Keluarga yang Baik dan Perannya untuk Meraih CIita-cita Anak

 

Keluarga yang baik itu yang bagaimana? Frase “keluarga yang baik” memiliki cakupan definisi yang luas. Anda bisa melihatnya dari sudut pandang kata “baik” itu sendiri. Atau,  Anda bisa cermati dari sudut pandang subyek yang melihatnya, seperti dari sisi anak-anak, istri, dan juga dari masyarakat sekitar. Kata baik disini memang relatif.

Keluarga yang menurut anaknya baik belum tentu menurut masyarakat demikian adanya. Dan, keluarga yang menurut anak kurang baik, bisa jadi menurut masyarakat justru menjadi tauladan. Diatas semua kekurangan itu, idealnya kita selalu ingin menjadi “baik” di mata keluarga, masyarakat dan di mata Tuhan.

Kali ini, kita akan kupas definisi keluarga yang baik dari sudut pandang anak. Ada  banyak hal yang harus diupayakan agar anak akhirnya menyebut keluarganya sebagai keluarga yang baik, dan nyaman berada di tengah-tengah keluarganya. Salah satunya adalah kemampuan keluarga membantu anak-anak menemukan makna hidupnya.

Makna hidup bagi manusia tidak lepas dari visi yang ingin dicapai selama hidupnya. Visi atau tujuan ini berasal dari dalam diri anak, entah itu karena faktor genetic, karena bentukan lingkungan yang kemudian di terima dengan baik oleh akal sehat anak, atau karena naluriah sifatnya. Visi hidup dalam kata lain disebut dengan cita-cita. Cita-cita adalah arah tujuan kemana anak akan melangkah. Ada satu titik yang ingin dituju diantara jutaan titik yang bertebaran di depannya.

Kenapa anak begitu antusias dengan titik tujuan itu? karena dalam batin anak terdapat rasa suka yang berasal dari faktor tertentu yang mempengaruhinya. Selain suka, anak-anak di dorong dengan bakat, dengan skill, dengan kecerdasan yang dimilikinya untuk sampai pada cita-citanya itu.

Bahkan, meski anak sama sekali tidak memiliki bakat alam yang mendukung, dengan kemauan yang dimilikinya, cita-cita yang diharapkan akan tercapai. Keluarga yang baik dengan orang tua yang mencintai anak sepenuhnya akan mendukung anak untuk mencapai cita-citanya. Apa saja yang harus Anda lakukan sebagai orang tua agar anak sukses raih cita-citanya?

 1.   Berfikiran terbuka

Kenapa tips ini saya letakkan di awal? Karena ini adalah titik awal apakah Anda akan setuju atau tidak dengan cita-cita yang ingin dicapai anak Anda. Perlu kita ingat bahwa, bakat dan kecerdasan sangat beragam, tidak saklek itu-itu saja. Dalam schooling system, ada jurusan eksakta, sosial, dan ada jurusan bahasa. Entah, tapi mindset masyarakat umum menyatakan bahwa eksakta identik dengan clever, nomor satu, masa depan cerah, dan material melimpah.

Sedangkan jurusan sosial apalagi bahasa adalah jurusan nomor dua yang identik dengan kecerdasan yang pas-pasan, banyak waktu luang, fokus di style, dan masa depan yang kurang menjanjikan. Orang tua seringkali merasa bangga saat anak memilih jurusan  eksakta, karena banyak profesi menjanjikan di masa mendatang jika anak memilih jalur ini. Lain halnya saat anak memilih jurusan sosial dan bahasa yang saat kita ditanya teman sekantor, kita akan menjawab dengan gamang dan penuh klarifikasi. Gengsi pun bermain disini.

Atau, seringkali orang tua menganggap sepele bakat seni, bakat menulis, bakat mendongeng, bakat memasak anak, dan bakat-bakat lain yang tidak ada hubungannya dengan akademik. Banyak yang berfikiran bakat-bakat tersebut tidak profitable, dan pertanyaan “kelak akan jadi apa?” adalah pertanyaan wajib yang dilontarkan setiap orang.

Bakat-bakat itu adalah sesuatu yang innate, yang bukan atas kehendak anak sudah otomatis ada dalam dirinya. Berarti, ada Yang Meletakkan dan Berkehendak atas bakat itu pada diri anak. Tinggal bagaimana cara kita agar bakat dan cita-cita anak bisa tercapai dengan usaha maksimal dan tidak setengah-setengah.

Tidak kah kita merenungi kesuksesan super star dalam bidang tarik suara, novelis, pelukis, atlet lari marathon dst yang dengan bekal kecintaan dan kesukaan pada  bidang tersebut bermetamorfosa menjadi pribadi yang dikenal di seluruh dunia?. Nothing impossible! Yang awalnya disepelekan justru memiliki energi yang lebih besar untuk sampai pada tujuannya dan membuktikan bahwa tidak ada yang salah dengan cita-cita mereka.

2.   Melihat cita-cita dari sisi anak

Saya pribadi saat berinteraksi dengan si kecil seringkali menganggap anak saya adalah milik saya sepenuhnya, bahkan saya lupa bahwa dia dibekali pikiran, hati dan jiwa yang mungkin saja arahnya berbeda dengan saya. Sayangnya, saya seringkali tidak melihat hal itu. Kesadaran bahwa kita dan anak adalah pribadi yang berbeda sering kali saya lupakan. Meski dia adalah anak kandung kita, lahir dari rahim kita, namun tidak bisa kita pungkiri fakta bahwa kita berbeda kepala, berbeda kesenangan, dan berbeda ketertarikan.

Meski kita telah menyusun cita-cita sesempurna mungkin bagi anak, namun belum tentu cita-cita itu match dengan dimensi pribadi anak. Saat anak menjalani kemauan Anda dengan terpaksa, mereka akan merasa seperti robot, yang hampa kasih sayang, dan hanya merasa bahwa dia menjalani ambisi kita sebagai orang tua. Tidak kah yang demikian akan menyiksa batin anak?

Mari kita membiasakan diri mengamati apa kecenderungan si kecil sejak dini, kita tanyakan apa cita-citanya kelak, dan kita ketahui apa kesukaannya. Kita pahami apa yang menjadi alasan si kecil ingin meraih cita-cita tersebut, apa yang istimewa dari cita-cita itu sehingga anak-anak ingin mencapainya. Meski Anda dan anak memiliki jalur yang berbeda, tetap antarkan anak pada puncak cita-citanya dengan metode yang mereka sukai dan pengarahan yang Anda berikan sebagai sosok orang tua yang bijak dan tidak menekan.

Sekali lagi, kita punya cita-cita, anak-anak punya cita-cita. Jangan sampai kita jadikan cita-cita kita sebagai cita-cita anak sehingga si kecil tak ubahnya robot yang hilang keriangan.

3.   Mempelajari lebih jauh cita-cita anak

Agar anak-anak yakin bahwa Anda benar-benar mendukungnya, akan lebih baik jika Anda pelajari lebih jauh cita-cita anak. Jika profesi Anda adalah seorang dokter misalnya, lalu anak Anda bakat dalam bidang melukis dan ingin menjadi pelukis terkenal di dunia, Anda bisa terlibat lebih jauh dalam cita-cita ini, seperti Anda pahami peralatan yang dipakai melukis, siapa saja pelukis dunia yang karyanya fenomenal, apa perkembangan terkini dalam dunia seni lukis, dst.

Referensi ini akan membantu Anda untuk menjadi teman ngobrol yang menyenangkan bagi anak. Anda seolah memberikan otoritas kepada anak untuk memilih jalan hidupnya, karena memang dalam minat dan cita-cita, ada arahan dari faktor X yang kita sebagai orang tua tidak bisa intervensi terlalu jauh agar anak tidak kehilangan makna hidupnya. Tugas dari keluarga yang baik hanyalah mengantarkan anak untuk sampai disana.

4.   Mendengarkan keluh kesah anak selama proses kreatif

Berproses untuk mencapai cita-cita tentu tidak selamanya mulus. Ada kalanya anak-anak putus asa, patah semangat, kesulitan untuk melalui tahapan-tahapan tertentu dan sebagainya.

Meski pada awalnya Anda tidak setuju dengan pilihan anak, jangan sampai kita sebagai orang tua berkomentar “Salah sendiri, sudah dikasih tau, tapi nggak mau nurut, salah siapa!”  Anak akan merasa dirinya tersudutkan, dan serasa tidak ada kasih sayang dalam ungkapan yang membenarkan pilihan diri sendiri dan menyalahkan orang lain itu. Mari kita dengarkan keluh kesah anak, jika mereka kesulitan melacak penyebab dari masalah yang dihadapi, Anda bisa meminta anak untuk menceritakan kronologi masalahnya, temukan penyebab dari masalah itu dan bantu mencari solusinya.

5.   Memberikan fasilitas

Anak lahir dengan bakat, dengan minat, dan dengan cita-cita yang ada dalam diri, namun mayoritas anak belum memiliki kemampuan untuk mencari nafkah dan memenuhi kebutuhannya sendiri.

Mereka masih bergantung hingga satu saat siap berdikari. Disini, keluarga yang baik akan mencukupi fasilitas anak terutama yang mendukung si kecil untuk sampai pada cita-citanya. Fasilitas tersebut berupa fasilitas material yang menggiring anak untuk sampai pada visinya itu. Fasilitas ini akan mempercepat anak untuk sampai pada titik yang dituju.

6.   Selektif dengan diksi saat berkomunikasi

Keluarga yang baik tidak akan menyakiti hati anak dengan lontaran kata-kata kasar. Niat yang baik dikemas dalam kata-kata yang baik. Kejahatan verbal berupa bully an bisa menjadi bumerang saat berubah menjadi kebencian dan dendam. Arahkan anak dengan komunikasi yang enak di dengar, intonasi yang tidak meledak-ledak, dengan logika dan bahasa yang mudah mereka terima. Ini akan menjadikan Anda teman curhat yang mengasyikkan bagi anak untuk mencapai cita-citanya.

7.   Apresiasi dengan berbagai cara

Selain dukungan saat anak sedang down, keluarga yang baik akan memberikan apresiasi positif bagi apa saja usaha yang dilakukan anaknya untuk sampai pada cita-citanya itu. Saat anak Anda ingin menjadi ilmuwan dalam bidang fisika misalnya, lalu mereka mengikuti kompetisi science tingkat nasional lalu gagal, bukan tuntutan yang kita lontarkan sebagai respond.

Kita berikan respond positif bahwa kemenangan akan berpihak padanya di lain kesempatan, tidak ada yang salah dan harus dipersalahkan dalam kegagalan itu. Jika kebetulan anak Anda menang, keluar sebagai juara dalam kompetisi science itu, Anda bisa memberikan apreasiasi positif berupa pujian, maupun benda-benda yang diinginkan anak. Dengan catatan, dalam kemenangan itu tidak sebaiknya kita tampak begitu ambisius sehingga anak merasa terbebani dengan ambisi kita sebagai orang tua.

8.   Memberikan nasihat

Keluarga yang baik tidak akan membiarkan anaknya jauh dari nilai-nilai yang ada dalam agama dan masyarakat. Keluarga yang baik mengajak anak untuk merenungi setiap kesuksesan yang didapatkannya. Mengembalikan kesuksesan itu pada Zat Yang Maha Memberi Kesenangan, dan bukan semata karena usaha Anda dan anak-anak saja.

Di dalam kemenangan itu, tidak sebaiknya ada kata sombong, ada kata arogan, ada perasaan megalomania pada diri anak. Nasihat yang seperti inilah yang harus kita tekankan pada anak. Saat anak sedang diatas kita tidak lantas bangga dan lupa daratan, dan saat anak sedang di bawah kita tidak sebaiknya menyudutkan hingga anak kehilangan kasih sayang dan merasa putus asa.

Keluarga yang baik menjalankan banyak peran agar anak sukses mencapai cita-citanya. Peran tersebut meliputi ungkapan verbal dalam bentuk motivasi, nasihat dan apresiasi, memberikan fasilitas material, dan yang terpenting adalah berfikiran terbuka bahwa anak memiliki ketertarikan dan cita-citanya sendiri.

Perluas sudut pandang agar kita sebagai orang tua mampu menjadi pribadi yang bijak.

Baca juga

13 Tips Sukses Mendidik Anak untuk Mendapatkan Prestasi Belajar yang Bagus

Iklan