Ekonomi Keluarga: Masalah dan 13 Cara Mengatasinya

 

Ekonomi keluarga yang cenderung minus kerap menjadi pemicu perceraian pasangan suami istri.  Ini tidak lain karena banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi setiap harinya. Masalah ekonomi keluarga terjadi karena pendapatan yang diperoleh tidak sebanding dengan  pengeluaran yang dikeluarkan. Pada dasarnya, yang menjadi pemicu masalah ekononomi keluarga tidak melulu pendapatan yang kecil, akan tetapi lebih kepada sikap yang kurang tepat dalam mengelola pendapatan itu sendiri.

Untuk mengatasi masalah ekonomi keluarga, ada sikap moral dan sikap material yang bisa kita terapkan. Sikap moral lebih kepada bagaimana kita menerapkan nilai-nilai spiritualitas dalam mengelola pendapatan, sedangkan sikap material lebih kepada sikap nyata yang bisa Anda terapkan agar masalah ekonomi keluarga berangsur membaik. Nah, agar kita segera terbebas dari masalah ekonomi yang melelahkan itu, mari terapkan tips sederhana berikut;

 1.   Bersyukur

Bersyukur tidak sebatas berucap “alhamdulillah” saja saat menerima kenikmatan. Namun bersyukur lebih kepada suasana hati yang menerima pemberian dari-Nya. Bersyukur tidak berhubungan dengan sedikit banyaknya materi yang diperoleh, namun lebih kepada bagaimana kelapangan jiwa untuk menerima dan tidak merasa kurang atas pemberian Zat Yang Maha Pengasih.

Jika kebiasaan ini belum Anda terapkan dalam keluarga, segera mulai saat ini juga untuk memperbanyak rasa syukur, melapangkan dada atas pemberiannya, dan tidak mengumpat seberapapun materi yang Anda dapatkan.

2.   Sabar

Selain memperbanyak syukur, solusi moral atas ekonomi keluarga yang tidak stabil adalah dengan banyak bersabar. Sabar adalah sikap tenang, tidak gegabah, dan mengesampingkan amarah saat menghadapi sesuatu yang tidak sesuai dengan harapannya.

Selain itu, orang yang sabar selalu melihat adanya titik terang di waktu yang akan datang, meski bukan sekarang. Amarah tidak akan menyelesaikan masalah. Apakah dengan sikap Anda yang tidak sabar itu hutang yang membelit teratasi? Mustahil!. Tingkatkan sabar dan perbanyak doa agar Tuhan segera memberikan jalan keluar ekonomi Keluarga Anda melalui perantara siapa saja dan apa saja.

3.   Giat bekerja tanpa mengenal putus asa

Solusi selanjutnya adalah kerja nyata untuk mengatasi ekonomi keluarga yang sedang genting. Mustahil uang datang sendiri tanpa adanya usaha yang gigih. Agama tidak mengajarkan manusia untuk hanya melakukan ritual agama semata tapi melalaikan kewajibannya untuk mencari nafkah.

Giat-giatlah mencari nafkah di siang hari, berapapun income yang diperoleh mari disyukuri.  Saat Anda putus asa dengan usaha yang dilakukan, ingatlah janji Tuhan yang pasti ditepati dan ingatlah anak istri yang menunggu Anda di rumah. Usaha moral seperti bersyukur, bersabar dan tidak mudah putus asa akan memberikan Anda kemudahan dan tidak menjadi beban pikiran.

4.   Pasutri saling terbuka dan bekerjasama dengan baik

Komunikasi harus dijaga dengan baik entah pada saat ekonomi sedang stabil maupun saat sedang mengalami permasalahan. Pada saat ekonomi keluarga sedang buruk, Anda sebagai kepala rumah tangga bisa sharing dengan istri atau dengan anak-anak yang sudah dewasa. Adapun isi dari obrolan tersebut antara lain mengenai penyebab keuangan mengalami deficit, solusi keuangan yang akan diambil, dan keterlibatan istri untuk membantu bekerja sesuai dengan kemampuannya.

Yang dimaksud kerjasama antar pasangan suami istri tidak berarti keduanya harus sama-sama bekerja. Dalam arti yang sederhana, suami mencari nafkah, dan istri mengelola keuangan dengan baik dan berusaha bagaimana caranya agar pendapatan yang diperoleh cukup untuk menutup kebutuhan rumah tangga.

5.   Tidak saling menyalahkan

Saling menyalahkan saat ekonomi keluarga sedang terpuruk bukanlah sifat yang dewasa. Sifat suka menyalahkan tidak berbuah selesainya masalah yang dihadapi.  Sebaliknya, Anda bisa memberikan motivasi kepada pasangan agar lebih giat bekerja dan tidak patah semangat. Anda bisa mengarahkan suami untuk selalu berprasangka positif bahwa pasti ada jalan keluar selama kita mau berusaha.

Sikap saling menyalahkan justru akan memperburuk keadaan. Secara alamiah, manusia tidak suka disalahkan, disudutkan, dan dicela. Coba Anda bayangkan jika pada saat suami sedang terpuruk perekonomiannya lalu Anda  (sebagai orang yang paling dekat dengannya) menyalahkan dengan hantaman kata-kata kasar dan bahkan kekerasan fisik, apa yang akan terjadi? “Sudah jatuh tertimpa tangga” itulah peribahasa yang cocok untuk mewakili perasaan suami saat itu. Menyalahkan tidak akan menyelesaikan masalah, tetap tenang, berfikir jernih, dan cari solusi bersama atas masalah ekonomi keluarga itu.

6.   Hemat dan sederhana

Hemat pangkal kaya. Sikap hemat akan mendatangkan kesejahteraan bagi siapa saja yang menerapkannya. Menjalankan sikap hidup hemat berarti mengalokasikan dana sesuai dengan kebutuhan, dan bukan keinginan (karena keinginan manusia tidak terbatas).

Selain itu, sikap hemat identik dengan mencegah kemauan diri untuk membelanjakan pendapatan sesuka hati. Terapkan sikap hidup hemat baik saat ekonomi keluarga sedang kuat maupun sedang lemah. Sungguh, manfaatnya Anda sendiri yang akan merasakannya. Anda akan sangat terbantu dengan sikap hidup hemat ini saat ekonomi keluarga sedang tidak baik.

Selain sikap hidup hemat, gaya hidup yang sederhana adalah cara jitu untuk mengelola keuangan agar tetap stabil. Hidup sederhana identik dengan terpenuhinya kebutuhan hidup dan tidak melebihi batas. Mereka yang menerapkan gaya hidup sederhana tau betul mana yang mereka butuhkan dan tidak mereka butuhkan. Cara pandang mereka jauh kedepan dan antisipatif. Jangan sampai karena ulah sendiri yang boros dan glamor, suatu saat nanti ekonomi keluarga akan tumbang dan keutuhan keluarga menjadi taruhan.

Mari kita renungi bersama, kenapa hanya demi gengsi Anda membeli mobil mewah dimana uang untuk beli adalah hasil utang? Apa pentingnya tampak kaya di depan orang namun batin senantiasa gelisah karena terlilit masalah ekonomi keluarga?. Yuk, biasakan diri dengan bersikap hemat dan sederhana mulai saat ini juga.

7.   Cek kondisi keuangan

Sikap moral seperti yang tersebut dalam poin terdahulu akan menjadi solusi yang jitu jika Anda sertai dengan tindakan nyata untuk mengatasi masalah ekonomi keluarga. Tahap awalnya adalah dengan mengecek kondisi keuangan. Anda bisa data apa saja pengeluaran yang Anda belanjakan selama satu bulan.

Amati apakah uang lebih banyak dipakai untuk kebutuhan konsumtif atau untuk kebutuhan pokok dalam rumah tangga. Jika ternyata setelah dikalkulasi masalah ekonomi keluarga bersumber dari kebutuhan konsumtif, segera ambil sikap untuk itu. Berikan pengarahan pada istri selaku pengelola keuangan dengan kata-kata yang tidak menyinggung. Intinya, pada tahap ini Anda harus menemukan sumber permasalahan ekonomi keluarga. Setelah menemukan jawabannya, Anda bisa atur strategi untuk mengatasinya.

8.   Rancang anggaran

Di akhir bulan, Anda bisa cek kondisi keuangan bulan lalu, sembari merancang anggaran untuk bulan selanjutnya. Pendapatan sekian juta yang Anda peroleh akan dialokasikan untuk apa saja. Anda bisa buat daftar yang rinci mulai dari besaran dana untuk kebutuhan sehari-hari, kebutuhan pendidikan anak, kebutuhan asuransi, cicilan mobil, dan lain-lain.

Atur bagaimana caranya agar tidak deficit. Jika memang pendapatan tersebut belum cukup, Anda bisa kencangkan ikat pinggang dengan  mengurangi kebutuhan konsumtif. Anda pun  bisa membeli barang-barang kualitas KW yang fungsinya sama dengan barang ori yang harganya selangit.

9.   Bayar hutang

Ibarat kita punya roti yang bentuknya bulat namun kita punya hutang separuh roti pada orang lain, roti yang kita punya sejatinya tidaklah penuh. Kita wajib mengembalikan separuh roti itu pada orang lain. Sama halnya dengan saat kita memiliki hutang 500ribu misalnya, tampaknya kita pegang uang satu juta penuh, namun ada hak orang lain disitu yang harus kita kembalikan.

Agar Anda bebAs dari beban hutang, tidak dholim pada orang lain, segera bayar hutang saat Anda sudah memilikinya. Jangan tunggu nanti, karena sejatinya membayar hutang adalah cara untuk terbebas dari beban psikis dan pikiran. Setelah hutang Anda bayar seluruhnya, sisa uang yang ada adalah sepenuhnya hak Anda yang bisa Anda kelola dengan baik agar tidak sampai berhutang kembali.

10.  Pakai asuransi

Setelah tanggungan hutang beres, tahap selanjutnya adalah menyiapkan fasilitas proteksi untuk Anda sekeluarga, dan mungkin juga barang mewah yang Anda miliki. Anda bisa manfaatkan jasa asuransi yang ada dan sesuai kebutuhan. Tidak perlu memilih jenis asuransi yang premium jika dana yang dimiliki hanya cukup untuk membayar asuransi kelas ekonomi.

Asuransi ini berguna jika satu waktu Anda harus mengeluarkan dana yang besar baik untuk pengobatan, pendidikan, kematian, maupun perbaikan properti. Satu saat jika Anda tidak memiliki kecukupan dana untuk melunasi kebutuhan mendadak tersebut sekaligus, Anda bisa manfaatkan asuransi sehingga tidak berpengaruh pada stabilitas ekonomi keluarga Anda.

11.  Investasi

Langkah selanjutnya, Anda bisa alokasikan dana untuk investasi. Anda bisa menabung untuk membeli emas, tanah, sawah, rumah, membuka bisnis yang sekiranya membantu mengembangkan modal yang Anda miliki. Tidak banyak orang yang menyadari pentingnya investasi demi kehidupan di masa mendatang. Saat ada uang, banyak yang menghamburkannya untuk kepentingan konsumtif. Dampaknya, saat perekonomian kritis, orang yang menerapkan pola hidup seperti ini akan jatuh miskin.

Pilih jenis investasi yang tepat , yang sesuai dengan kemampuan Anda. Jangan lupa buat target mingguan atau bulanan untuk meningkatkan saving. Selain itu, buat target kapan barang-barang tersebut bisa Anda beli. Bersama dengan itu, hindari sikap boros, biasakan berhemat dan hidup bersahaja.

12.  Dana cadangan

Di awal pernikahan, buatlah perjanjian dengan pasangan untuk saving sekian persen gaji tiap bulannya. Ini bisa Anda jadikan dana cadangan jika sewaktu-waktu ada kebutuhan mendadak. Tidak perlu besar persentasenya. Usahakan agar dana ini jangan sampai digunakan untuk kebutuhan konsumtif yang sudah Anda alokasikan sendiri dari total gaji Anda. Adanya dana cadangan akan membantu menyelamatkan ekonomi keluarga agar tidak sampai berhutang atau bahkan menjual aset yang Anda miliki saat ini.

13.  Komitmen

Rencana yang bagus akan sia-sia saja jika tidak dibarengi dengan komitmen untuk mengerjakannya. Usahakan agar tips memperbaiki ekonomi keluarga diatas berjalan maksimal dan konsisten. Praktikkan rencana anggaran yang Anda buat setiap bulannya, hindari gaya hidup hedon, sisihkan dana untuk menabung dan berinvestasi agar ekonomi keluarga Anda aman dari kata “kritis”. Selain itu, tingkatkan spiritualitas agar Anda senantiasa bersyukur, bersabar, dan jauh dari bahaya yang menimpa yang berdampak pada kestabilan ekonomi keluarga Anda.

Selamat mencoba, semoga tips diatas memberikan manfaat.

Baca juga

Iklan