Deskripsi tentang keluarga dari berbagai sudut pandang

 

Deskripsi tentang keluarga tergantung dari sudut pandang yang Anda gunakan untuk melihatnya, apakah Anda menggunakan sudut pandang definisi dari para ahli ataukah mendefinisikan keluarga dari fungsi yang dimilikinya. Gambaran umum dari keluarga adalah unit terkecil pembentuk masyarakat.

Sebuah keluarga terdiri dari orang-orang yang bersatu karena adanya ikatan perkawinan, dengan kehadiran anak (baik yang sedarah maupun adopsi), yang tinggal dalam satu rumah, saling berkomunikasi, dan saling menjalankan peran masing-masing dengan baik.

Asal kata “keluarga” berasal dari bahasa sansekerta “ kulawarga” yang tersusun dari dua kata yaitu kata “kula” dan kata “warga”. Kula berarti ras, dan Warga berarti anggota. Jadi, kata kulawarga adalah anggota ras. Pada kesempatan kali ini akan kita bahas 10 deskripsi tentang keluarga dari berbagai sudut pandang. Tujuannya adalah agar saya dan Anda memiliki pengertian yang lebih luas tentang keluarga, dan memiliki sudut pandang yang lebih banyak saat memaknai apa itu keluarga.

 1.   Sigmund Freud

Anda tentu sudah tidak asing lagi dengan pakar teori psyche yang satu ini, Sigmund Freud. Teorinya mengenai consciousness dan unconsciousness seringkali dikutip oleh para mahasiswa psikologi, dan ahli terapi kejiwaan.

Deskripsi tentang keluarga menurut Sigmund Freud tidak lepas dari kajiannya mengenai hasrat libidinal yang mendorong laki-laki dan perempuan untuk bersatu dalam ikatan perkawinan. Ya, Freud berpendapat bahwa keluarga terbentuk karena adanya dorongan seksual pasutri di dalamnya sebagai landasan membangun keluarga. Singkatnya, keluarga adalah manifestasi dari hubungan seksual pria dan wanita yang berlangsung secara kontinyu.

2.   Fitzpark (2004)

Baiklah, sejenak kita tinggalkan Sigmund Freud dan beralih ke Fitzpark. Sebagai seorang ahli, Fitzpark mendefinisikan keluarga menurut tiga sudut pandang, yaitu sudut  pandang structural, fungsional dan transaksional.

  • Sudut pandang structural

Dari sudut pandang structural, Fitzpark mendefinisikan keluarga dalam kaitannya dengan siapa yang ada atau menjadi bagian dari keluarga itu. Pengertian ini mencakup keluarga sebagai asal usul/ silsilah keluarga, regenerasi dan keluarga batih.

  • Sudut pandang fungsional

Dari sudut pandang fungsional, keluarga berhubungan dengan fungsi psikososialnya, yang berarti bagaimana keluarga memenuhi perannya sebagai pencari nafkah, pendidik, pemberi tauladan, dan meningkatkan intensitas interaksi dengan masyarakat. Ya, penekanan dari keluarga disini dilihat dari fungsi dan tugas yang dilakukan oleh masing-masing anggota keluarga yang ada dalam keluarga tersebut.

  • Sudut pandang transaksional

Keluarga dalam sudut pandang transaksional ditandai dengan adanya keintiman interaksi yang merupakan identitas anggota keluarga pada umumnya, entah dalam bentuk kuatnya ikatan emosi, kesamaan visi di masa mendatang, maupun pengalaman terdahulu yang dilalui.

Singkatnya, deskripsi tentang keluarga menurut Fitzpark mencakup tiga sudut pandang sekaligus, yaitu sudut pandang structural yang berhubungan dengan fungsi biologis manusia; sudut pandang fungsional yang berhubungan dengan tugas dan fungsi yang dijalankan masing-masing anggota keluarga; dan sudut pandang transaksional yang berhubungan dengan intimnya interaksi yang dibangun dalam sebuah keluarga.

3.   Narwoko dan Suyanto (2004)

Berdasarkan definisi yang disampaikan dua sosiolog ini, deskripsi tentang keluarga adalah lembaga sosial dasar yang menjadi asal muasal darimana pranata sosial lain muncul atau berkembang. Berkeluarga adalah kebutuhan yang universal yang menjadi fokus dari kehidupan individu masing-masing. Disini, ada hal menarik yang perlu digarisbawahi, yaitu keluarga sebagai cikal bakal terbentuknya pranata sosial dalam skop yang lebih luas, dan keluarga adalah kebutuhan universal dimanapun individu tersebut berada

4.   Reproduksi

Selanjutnya, deskripsi tentang keluarga tidak lagi melibatkan definisi yang diungkapkan para ahli. Disini, kita akan melihat definisi keluarga dilihat dari fungsinya yang begitu kompleks. Salah satunya adalah dari fungsi reproduksinya. Anak tidak lahir begitu saja tanpa adanya hubungan intim yang berlangsung pasca pernikahan yang sah.

Pernikahan adalah jembatan legalitas untuk memiliki buah hati. Setiap orang, secara naluriah ingin mendapatkan momongan. Tujuan memiliki momongan antara lain adalah sebagai penerus silsilah keluarga, harapan di masa mendatang, sebagai tujuan akhir orang tua mencari nafkah, dan menepis anggapan masyarakat bahwa Anda dan pasangan secara biologis tidak subur.

5.   Sosialisasi

Seperti yang kita pahami bersama bahwa, menjadi manusia seutuhnya tidak hanya melibatkan pencapaian pribadi saja. Pribadi yang “utuh” adalah mereka yang mampu menyeimbangkan peran diri sebagai seorang individu dan sebagai anggota dari masyarakat luas. Sukses dan tidaknya seseorang dalam bersosialisasi, tergantung dari bagaimana keluarga dalam mendidik generasi penerusnya. Disini, keluarga berperan penting dalam proses interaksi sosial si kecil.

6.   Afeksi

Keluarga adalah tempat dimana anak mendapatkan cinta kasih yang cukup dari kedua orang tuanya. Rasa cinta dan rasa kasih inilah yang menjadi pengikat batin, memberikan ketenanangan hati bagi anak-anak, dan menjadikan keluarga sebagai tempat kembali yang akan menyambutnya dengan cinta kasih tanpa pamrih.

Memang, tidak semua orang tua mampu melakukannya. Entah karena karakter orang tua yang galak, keras dan minim kasih sayang, atau karena orientasi orang tua yang cenderung materialistic. Anak adalah kesatuan jasmani dan rohani yang Anda hadirkan ke dunia. Penuhi dirinya dengan cinta kasih dan juga materi agar kelak saat Anda tak berdaya melakukan sesuatu apapun, anak akan memberikan kebahagiaan bagi Anda dan rela merawat tanpa menuntut upah apalagi menagih warisan.

7.   Proteksi

Keluarga adalah lembaga yang memberikan proteksi bagi anggota keluarganya. Tugas memproteksi ini tidak hanya dilakukan oleh orang tua semata, namun juga oleh anak-anak kepada orang tuanya. Proteksi identik dengan menepis bahaya dan bencana. Bahaya tidak hanya yang sifatnya fisik semata tetapi juga yang berhubungan dengan psikis.

Orang tua harus memproteksi anak-anaknya agar tidak sampai mengalami kekerasan fisik dari teman-temannya. Pun, jangan sampai anak-anak terkena bullying orang-orang disekitarnya. Demikian halnya dengan anak yang tidak sengaja mendapati seseorang yang menghina orang tuanya didepannya, maka wajib bagi anak-anak itu untuk melindungi dan membela, jangan sampai meng-iya-kan bully­-an tersebut. Jika sampai ini terjadi, nama baik keluarga akan jatuh di mata masyarakat.

8.   Ekonomi

Deskripsi tentang keluarga yang selanjutnya tidak lepas dari fungsinya dalam menjalankan roda perekonomian. Ada kebutuhan yang berjalan terus-menerus dan membutuhkan pemasukan yang kontinyu, mulai dari pemenuhan kebutuhan dasar, kebutuhan akademik, kebutuhan kesehatan, sampai pada dana yang harus disisihkan untuk kepentingan sosial.

Darisini, keluarga yang ideal akan menjalankan fungsi finansial-nya yang dilakukan setiap harinya, baik itu dengan menjadi bagian dari lembaga formal, informal, maupun dengan berwiraswasta di kediaman masing-masing. Perekonomian yang tidak memadai adalah penyebab konflik yang serius,  bahkan banyak perpisahan yang dipicu oleh faktor kurangnya nafkah lahir yang satu ini.

9.   Religius

Bagi umat beragama, apa ending dari kehidupan bahagia? mayoritas jawabannya adalah meninggal dalam keadaan baik, banyak orang yang merasa kehilangan karena kepergiannya, dan yang terakhir adalah masuk surga dan kekal di dalamnya. Tujuan-tujuan tersebut identik dengan pencapaian yang sesuai dengan nilai-nilai agama yang dianut.

Nah, siapa yang berperan menumbuhkan karakter agamis pada anak? tentu jawabannya adalah orang tua. Apapun yang dilakukan, entah itu dalam kaitannya dengan mencapai cita-cita, mencari ilmu, bermasyarakat, dst semuanya tidak lepas dari apa yang namanya ibadah. Ibadah disini adalah proses penghambaan yang akan mempermudah seseorang untuk menyadari bahwa apapun yang dia alami tidak lepas dari takdir Tuhannya. Tidak perlu terlampau bahagia karena bahagia dunia sifatnya sementara. Tidak perlu terlampau terpuruh, karena apa yang Anda alami tidak lepas dari kuasa Tuhan sang pemberi hikmah.

10. Pendidikan

Keluarga cukup besar peranannya dalam mengoptimalkan pendidikan anak. Pendidikan anak maknanya cukup luas, baik itu pendidikan formal maupun non formal, pendidikan science maupun agama, pendidikan etika maupun kognitif.

Deskripsi tentang keluarga yang ideal tidak lepas dari kapasitasnya dalam memahamkan anak untuk menjalankan dua sisi dalam dirinya sekaligus, yaitu sisi pendidikan kognitif dan pendidikan etika, science dan agama, jasmani dan rohani, pribadi dan bermasyarakat. Tujuannya tidak lain adalah agar kehidupan yang dijalaninya tidak berat sebelah. Orang tua yang bijak akan membimbing anak-anaknya dengan baik agar menjadi pribadi yang sempurna.

Baca juga Apa yang dimaksud keluarga bahagia? ini 5 kriterianya!

Iklan