Anggota keluarga menjalin hubungan bertetangga dengan baik

 

Anggota keluarga tidak hanya bertugas menjalin hubungan baik antar anggota keluarga saja, namun juga kepada masyarakat secara umum. Sebagai kepala keluarga, tentu kita merasa resah saat pasangan atau anak-anak kita memiliki konflik dengan tetangga.

Apalagi jika konflik tersebut akhirnya berdampak pada kehidupan rumah tangga kita. Manusia memiliki dua peran penting dalam dirinya, yaitu untuk urusan pribadi dan untuk kepentingan sosial. Sangat disayangkan jika hubungan antar anggota keluarga yang dijalin begitu harmonis namun relasi sosial sama sekali tidak diperhatikan. Sebagai makhluk hidup, interaksi sosial harus dilakukan dan dijaga dengan baik agar nantinya terbentuk masyarakat yang tentram. Apakah Anda ingin meningkatkan kualitas hubungan baik dengan tetangga? Coba cara-cara mudah berikut ini!

1.    Jangan lupa tersenyum

Senyum adalah ibadah, kenapa disebut ibadah? Karena saat kita tersenyum di hadapan orang lain, mereka akan bahagia. Seperti yang kita tau bahwa membahagiakan orang lain adalah hal yang positif yang akan diganjar dengan pahala. Dengan catatan, senyum yang dilempar adalah senyum yang ramah dan dalam batas yang wajar. Bukan senyum sinis, bukan senyum nyindir, dan bukan tertawa terbahak-bahak. Ya, untuk membangun hubungan yang baik dengan tetangga, tidak sulit. Kita bisa praktikkan senyum ramah setiap bertemu dengan tetangga, entah itu saat berpapasan di jalan, saat sama-sama menghadiri kegiatan warga, saat bertemu di tempat peribadatan dan masih banyak lagi.

Coba kita bayangkan, apa jadinya jika saat bertemu tetangga ekspresi wajah kita datar, tanpa menoleh, tanpa senyum, tanpa kata sepatah pun, serem ‘kan jadinya? Apalagi jika ditambah dengan kening yang berkerut, dan pandangan mata yang sinis. Nyamankah tetangga kita saat memandang kita? tentu tidak!. Mari kita jalin keharmonisan bertetangga dengan tips yang satu ini. Selain bagus untuk menjaga hubungan baik, senyuman ramah yang kita tebar setiap harinya berdampak  bagus bagi kesehatan dan menjadi rahasia awet muda.

2.   Hindari mencampuri urusan pribadi orang lain

Baiklah, mari kita pisahkan dengan tegas antara konsep “peduli” dan “intervensi”. Sikap peduli sangat dibutuhkan dalam rumah tangga dan bermasyarakat. Namun “peduli” yang berlebihan, yang disertai dengan rasa kepo dan ingin mengatur sudah bukan “peduli” lagi namanya, tetapi “intervensi”. Saat anak masih kecil, belum dewasa dan perlu pengarahan, kita bisa melakukan intervensi pada keputusan-keputusan yang diambil. Lain halnya dengan saat anak sudah dewasa, sudah  matang pemikirannya, dan sudah berkeluarga, “intervensi” yang kita lakukan akan menimbulkan gesekan.

“Intervensi” dengan anak yang sudah dewasa berpotensi menimbulkan konflik, apalagi dengan tetangga yang beda rumah, beda darah, dan beda sumber keuangan. Jelas mencuatkan konflik yang serius. Seringkali orang-orang yang ingin mencampuri urusan orang lain berkilah dengan alasan “aku lakukan itu karena aku peduli”.

Nah, mari kita bersikap dewasa dengan cara peduli yang tepat. Caranya, kita tunjukkan rasa peduli kita pada konflik yang dialami tetangga jika memang mereka meminta bantuan. Setelah tetangga datang ke kediaman kita, menceritakan duduk masalahnya dan bertanya apa solusi yang tepat, barulah kita respond, kita beri solusi dengan cara yang baik.

Cukup mudah mengetahui apakah tetangga kita nyaman atau tidak dengan pertanyaan pribadi yang kita tujukan. Setelah bertanya, coba amati gerakan matanya, apakah terkesan malu, terkesan ogah, atau welcome dengan pertanyaan kita. Amati pula gerak tubuhnya, apakah gerakannya cenderung menghindari kita, atau justru merapat dengan tiba-tiba menggenggam tangan kita seolah terasa terbantu dan lega. Yang terakhir adalah amati perkataannya, apakah terkesan menutup pembicaraan dengan kata “nggak tau” atau justru menumpahkan beban di hatinya sambil terisak. Jika kita sebagai anggota keluarga peka akan perubahan gesture itu, kita akan lebih tahu kapan harus mengatakan sesuatu dan kapan waktu yang tepat untuk diam.

3.   Bangun suasana bersahabat

Manusia memiliki naluri untuk merasakan adanya sesuatu yang kurang “pas” saat melihat tingkah laku orang lain. Ada tingkah laku yang natural dan ada tingkah laku yang dilakukan secara terpaksa. Seperti halnya suasana bersahabat yang kita tunjukkan. Saat kita menunjukkan senyum ikhlas, tetangga akan membalasnya dengan senyum yang ramah. Saat kita melemparkan senyum terpaksa, tetangga akan bergumam dalam batinnya, “Kenapa ya, apa ada yang salah? Kok dia senyumnya maksa!”.

Untuk itu, bangun suasana bersahabat yang benar-benar muncul dari hati. Hapus semua pikiran negatif tentang tetangga, lupakan semua memory negatif yang dilakukan tetangga, biarkan pikiran dalam keadaan nol, dan ciptakan suasana bersahabat yang benar-benar menenangkan. Sesekali, keluarkan kue yang menumpuk di dalam kulkas, berikan untuk anak-anak tetangga. Atau, oleh-oleh sepulang perjalanan dinas suami bisa Anda bagikan ke tetangga kanan kiri. Tidak perlu setiap hari, frekuensinya bisa Anda ukur sendiri.

Selain itu, momen menjenguk tetangga yang sakit adalah momen yang cukup dikenang oleh tetangga. Meski dalam keseharian kita tidak sering berkumpul dengan mereka (dengan alasan ngrumpi itu dosa), namun saat ada tetangga yang sakit dan bergegas menjenguknya, mereka akan ingat apa yang kita lakukan. Ini adalah jembatan agar interaksi sosial dengan tetangga terjaga dengan baik.Tidak perlu eksklusif, cukup dengan melakukan hal-hal kecil seperti ini.

4.   Tenggang rasa

Contoh kecilnya, kita tinggal di desa kecil dan membuka bengkel untuk mata pencaharian. Bagus!, ini akan sangat membantu masyarakat. Masyarakat senang dengan kehadiran bengkel kita yang membantu permasalahan transportasi mereka. Tetapi, apa jadinya jika di siang bolong saat tetangga kanan kiri sedang istirahat, lalu suara checking gas brum brum brum kita bunyikan tanpa jeda? Terganggu pastinya!.

Jika alasannya Anda sedang di kejar deadline untuk menyelesaikan beberapa unit motor bermasalah sekaligus, coba kita pakai sudut pandang lain untuk melihatnya, yaitu bagaimana jika Anda berada di posisi tetangga yang sedang tidur, lalu terbangun karena bunyi gas yang berdentum, tidak kah Anda ingin marah?

Terkadang, karena urusan materi kita melupakan peran kita sebagai makhluk sosial. Sangat mungkin materi yang kita dapatkan begitu banyak karena usaha keras kita, rumah semakin besar dan mobil semakin banyak. Namun relasi sosial kita buruk karena kurang dalam mempraktikkan nilai-nilai tenggang rasa. Ada penerapan hukum kausalitas disini, semakin kita respect terhadap orang lain, semakin respect pula orang lain pada kita, dan semakin kita junjung tenggang rasa pada sesama, akan semakin sukses anggota keluarga kita menjalin hubungan bertetangga.

 

5.   Jaga kebersihan

Kebersihan pangkal kesehatan, kebersihan sebagian dari iman, “Apalagi ya nasihat seputar kebersihan? hehe. Nasihat itu bukan sekedar slogan, tetapi luar biasa dampaknya saat dipraktekkan. Anggota keluarga yang rajin membersihkan rumah maka rumah pun akan bersih jadinya. Rumah terasa nyaman karena debu dan kotoran telah dibasmi setiap hari. Tidak ada sampah berserakan, tidak ada bau menyengat yang membuat tidak nyaman. Semakin bersih rumah, semakin bebas kotoran, semakin nyaman di huni dan tentunya potensi terserang penyakit lebih kecil.

Lalu bagaimana saat bertetangga, apa yang harus dilakukan? Gambarannya seperti ini, jalan depan rumah adalah milik bersama, milik masyarakat satu desa atau satu komplek. Tanggung jawab atas kebersihan jalanan itu adalah tanggung jawab bersama, bukan tanggung jawab tetangga kita saja. Dari sampah jajan yang kita buang setiap hari jika dilakukan terus menerus akan menimbulkan konflik.

6.   Jaga Keamanan

Menjaga keamanan masyarakat adalah tanggung jawab bersama. Coba kita bayangkan jika teman dari salah satu anggota keluarga kita datang ke rumah dan membuat masalah di masyarakat, misalkan tiba-tiba ada hp tetangga yang hilang, atau ada anak kecil lewat lalu disentil kupingnya, nyamankah tetangga kita?

Untuk itu, siapapun orang baru yang datang ke rumah, usahakan kita tau identitasnya, apalagi jika yang bersangkutan datang ke rumah untuk menginap. Agar nantinya, keluarga kita tidak mengalami konflik baik internal atau dengan masyarakat sekitar.

7.   Mintalah bantuan, jangan segan!

Salah satu karakter anggota keluarga yang harus dihilangkan secara perlahan adalah “tidak butuh orang lain”. Jika “tidak butuh orang lain” diartikan mandiri secara finansial masih sah-sah saja. Namun apa jadinya jika dalam urusan apapun sama sekali kita tidak melibatkan orang lain?.

Sebut saja, ada tong berisi pasir di depan rumah, lalu kita bersikukuh mengangkatnya sendirian, atau saat ada cara hajatan di rumah, kita sama sekali tidak meminta bantuan tetangga untuk sekedar bentang tikar, ngaduk kuah, atau masak nasi. Kita dan anggota keluarga lain justru akan dikira selfish, egois, sombong karena tidak mau berbaur.

Tidak perlu khawatir kita akan merepotkan orang lain dengan meminta bantuan, karena ini adalah bentuk kerjasama dan memanusiakan tetangga. Satu saat, ketika mereka punya hajat, mereka akan mendatangi kita untuk meminta bantuan. Terjadilah timbal balik di masyarakat dan interaksi sosial pun berjalan.

8.   Buat acara kecil-kecilan

Sesekali membuat acara kecil-kecilan sangat perlu. Selain untuk tujuan perayaan, acara yang digelar di kediaman masing-masing bertujuan sebagai sarana silaturahim bersama tetangga. Sebut saja dengan menggelar acara selametan, acara tasyakuran, acara ulang tahun, dan acara-acara yang lain.

Pada saat inilah Anda bisa meningkatkan hubungan baik dengan tetangga. Kunjungi rumah tetangga dua-tiga hari sebelum acara, minta kepada mereka untuk meluangkan waktu membantu menyukseskan acara yang Anda adakan. Sebagai tetangga yang toleran, mereka akan meng-cancel semua jadwal di luar, dan berkumpul di rumah Anda atas undangan Anda. Pekerjaan Anda akan cepat selesai. Anda pun tidak harus meng-cover seluruh aktivitas sendirian. Disinilah nikmatnya saling tolong dan saling membantu.

9.   Ikuti kegiatan warga

Sesibuk apapun kita, setinggi apapun pangkat kita, sebanyak apapun materi yang kita miliki, akan jatuh nilainya di mata masyarakat jika tidak bisa bekerja sama dengan baik. Meski Anda tidak bisa berkumpul bersama tetangga setiap hari, atau tidak sempat say hello karena berangkat subuh dan pulang isya, Anda bisa sesekali sempatkan waktu untuk mengikuti kegiatan warga di hari-hari libur.

Ini akan memberikan kesan pada tetangga dan masyarakat luas bahwa kita bukan pribadi yang ekslusif, yang anti masyarakat dan yang sibuk dengan orientasi diri sendiri.

Ada kenikmatan dalam materi yang kita peroleh, ada kenikmatan pada pangkat yang kita dapatkan, dan ada kenikmatan pada momen-momen interaksi sosial yang kita dan anggota keluarga lain lakukan, selama kita mau menghayatinya.

Semoga bermanfaat.

Baca juga

Deskripsi tentang keluarga dari berbagai sudut pandang

Iklan