Keluarga Tidak Harmonis: Penyebab dan Cara Mengatasinya

Keluarga tidak harmonis dipicu oleh banyak sebab. Setiap pasangan ingin agar keluarga yang dibinanya aman tentram. Sayangnya, tidak semua keluarga merasakan hal ini yang ditandai dengan meningkatnya  angka perceraian setiap tahunnya secara global di seluruh dunia. Apa penyebab keluarga tidak harmonis ini? Faktor penyebabnya cukup banyak, baik itu karena faktor internal maupun eksternal. Keluarga dikatakan harmonis jika di dalamnya terdapat keserasian dan keselarasan. Sebaliknya, keluarga tidak harmonis adalah keluarga yang didalamnya tidak ditemukan keselarasan dan keserasian antar pasangan. Pada situasi yang seperti ini, rasa nyaman dalam keluarga tentu tidak akan didapatkan.

Dengan mengetahui apa saja penyebab dari keluarga tidak harmonis, harapannya, setelah membaca artikel ini, Anda yang sedang mengalami konflik dalam rumah tangga segera teratasi masalahnya. Semoga keluarga kita senantiasa menjadi tempat kembali yang nyaman setiap saatnya. Yuk, cari tahu apa saja penyebab keluarga tidak harmonis ini!

 1.   Jenuh

Di awal-awal pernikahan, pasangan suami istri umumnya diliputi kebahagiaan. Rasa bahagia itu karena dua hati yang saling mencinta menjadi satu dalam ikatan pernikahan. Saat awal menikah, kebutuhan harian belum banyak, dan masih minim konflik. Seiring bertambahnya usia pernikahan, rasa jenuh akan mulai muncul, entah karena aktivitas keluarga yang monoton, baik itu bahagia yang terus menerus atau konflik yang tiada berakhir.

Dua-duanya berpotensi menyebabkan kejenuhan. Ya, jenuh memang identik dengan sesuatu yang monoton sebagai penyebabnya. Lakukan olahrasa agar Anda senantiasa menemukan sesuatu yang baru dalam keluarga yang dibina. Selain itu, selipkan kegiatan-kegiatan yang variatif yang akan menghilangkan kebosanan.

2.   Tampilan Fisik

Kita seringkali meng-klaim seseorang yang hanya fokus pada penilaian fisik adalah orang yang orientasinya fisik saja, materialistic, dan dangkal pemahamannya akan kehidupan. Tidak selamanya begitu juga kali ya!. Menyukai tampilan fisik cukup manusiawi, bahkan salah satu saran untuk memilih calon pendamping adalah dengan menilai kecantikan atau ketampanannya.

Sebagai pasangan suami istri, suami tidak sewajarnya bekerja saja tanpa menghiraukan penampilan fisik sama sekali. Begitupun istri, sesibuk apapun Anda di luar atau di dalam rumah untuk mengurus hal-hal domestic, tidak sebaiknya Anda lalai mengurus diri sendiri. Pilih baju yang sopan dan bersih, dan pakailah wewangian saat dekat dengan pasangan. Perut yang gendut selepas melahirkan bisa Anda kempiskan dengan banyak olahraga dan konsumsi makanan berserat. Jika Anda tetap cantik dan awet muda meski anak-anak sudah dewasa, apa salahnya? Anda untung, suami beruntung, dan ucapkan selamat tinggal pada kondisi keluarga tidak harmonis.

3.   Kurangnya Komunikasi

Komunikasi adalah jalan keluar yang “sederhana” atas konflik keluarga yang terjadi.  Dikata “sederhana” karena sejatinya menjalin komunikasi memang mudah. Kita dibekali mulut untuk berbicara satu dengan yang lainnya. Ada syarat yang harus Anda lakukan saat menjalin komunikasi dengan pasangan. Syarat tersebut seperti melihat momen yang tepat, jangan sampai Anda berbicara pada saat pasangan tidak mood, atau saat capek sepulang kerja. Selain itu, bicaralah dengan cara yang halus, dengan intro yang pas, dan tidak menyudutkan.

Saat suami atau istri sudah lebur suasana hatinya, sampaikan apa masalah keluarga yang mendesak untuk dicarikan solusinya saat ini. Komunikasi dilakukan tidak hanya saat sedang ada masalah saja, tetapi Anda bisa biasakan bercengkrama dengan pasangan di setiap waktu senggang untuk menambah keintiman.

Jika Anda memilih diam, tidak melibatkan pasangan saat sedang terjadi masalah, keluarga tidak akan berjalan seimbang. Pasangan akan merasa ada yang ganjal dengan sikap Anda. Entah kediaman itu karena Anda memang tidak ingin melibatkan pasangan dalam pusaran konflik (dan ingin menanggungnya sendiri) atau Anda tidak suka dengan karakter pasangan yang mungkin Anda anggap childish. Cari cara komunikasi yang tepat sesuai dengan karakter pasangan masing-masing.

Biasanya, tidak adanya komunikasi akan menyebabkan seseorang mengambil keputusan tanpa musyawarah dulu dengan pasangan. Jika sudah seperti ini, bisa Anda bayangkan bagaimana perasaan pasangan? Merasa tidak dihargai, tidak dibutuhkan, dan bahkan merasa seperti orang lain, bukan lagi pasangan.

4.   Merendahkan, Membandingkan, Menyalahkan

 

Lengkap sudah jika inilah sikap negatif yang Anda lakukan pada pasangan, yakni merendahkan, membandingkan dan menyalahkan. Kenapa sampai hati merendahkan pasangan? Karena yang bersangkutan memiliki standar atau parameter yang lebih tinggi dengan senantiasa melihat orang lain yang lebih sejahtera. Entah karena gaji suami yang kecil, pangkat suami yang rendah, keluarga suami yang tidak kaya, karena suami yang tidak cekatan, dsb.

Kenapa seseorang sampai tega membanding-bandingkan pasangannya dengan orang lain? Karena yang bersangkutan ingin merasakan berada pada posisi orang lain yang lebih enak menurutnya. Posisi tersebut tidak bisa dipersembahkan oleh pasangannya.

Kenapa seseorang suka menyalahkan pasangannya? Alasannya karena apa yang dilakukan oleh pasangan tidak sesuai harapan dan sudah tidak ada lagi rasa cinta kasih dalam hati. Saat cinta dalam hati gersang, tabiat seseorang yang cenderung ingin melindungi orang yang dicintainya berubah menjadi rasa tega untuk menyakiti, menyudutkan, dan menyalahkan. Keluarga tidak harmonis salah satunya dipicu oleh perangai buruk ini.

Solusinya? Ubah sikap menjadi lebih baik, tingkatkan iman pada Alloh, tingkatkan rasa sayang pada pasangan, dan sadari bahwa setiap kekejian akan dibalas dengan hukuman yang berkali lipat sakitnya.

5.   Seksualitas

Seksualitas, dulu terasa tabu saat harus membicarakan hal ini. Tetapi sekarang tidak lagi, terbukti dengan banyaknya pendidikan seks yang disampaikan baik di ranah formal maupun keluarga. Salah satu faktor yang harus dijaga dengan baik saat berkeluarga adalah kualitas seksualitas. Seksualitas yang rendah kualitasnya menyebabkan keluarga tidak harmonis. Kenapa? karena secara biologis manusia memerlukan hal ini, entah untuk kepentingan  reproduksi maupun sebagai sarana menyalurkan hasrat seksual yang manusiawi adanya.

Seksualitas yang tidak maksimal disebabkan oleh kesibukan, karena lelah, karena saling ogah, atau karena kemampuan berhubungan seksual yang tidak memuaskan pasangan.

Rendahnya kualitas hubungan seksual ini memicu kondisi keluarga tidak harmonis yang perlu diwaspadai. Bahkan, kesempatan orang ketiga  untuk terlibat dalam komitmen pernikahan Anda berawal darisini. Waspadalah! Cara mengatasinya? Tingkatkan komunikasi mengenai seksualitas Anda dan pasangan, jika memang ada masalah serius saat berhubungan, konsultasikan dengan ahlinya. Ketahui apa yang pasangan mau dan apa yang Anda mau dari pasangan. Ungkapkan dan saling berikan respond sesuai permintaan.

6.   Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi menjadi penyebab tingginya angka perceraian pasangan suami istri. Logis juga sih, karena setiap pasangan apalagi yang sudah dikaruniai anak memiliki banyak kebutuhan. Masalah ekonomi keluarga bergantung pada tiga hal, karena memang suami yang enggan mencari nafkah, nafkah yang diberikan tidak sebanding dengan banyaknya pengeluaran, atau istri sebagai pengelola keuangan yang banyak tuntutan dan merasa kurang.

Pada kondisi ekonomi yang sedang kritis seperti ini, kondisi keluarga tidak harmonis sangat mungkin dialami. Cara mengatasinya? Buka komunikasi dengan istri, temukan penyebab minusnya anggaran, perbaiki sifat dan sikap sehari-hari, dan bekerjasamalah yang baik dengan pasangan masing-masing.

7.   Beda Prinsip

Beda prinsip antara suami istri rentan menjadikan keluarga tidak harmonis. Beda prinsip yang dimaksud bisa dalam bentuk beda agama, beda cara pikir, dan beda cara pandang. Saat suami lebih mementingkan karir, sedangkan istri ingin agar suami memiliki waktu luang yang lebih banyak untuk anak-anak di rumah, tentu akan menyulut konflik. Sama halnya saat suami ingin agar istrinya di rumah mengurus anak sedangkan istri ingin sibuk berkarir, akhirnya, konflik juga yang muncul. Apa solusi yang bisa Anda lakukan? Ada solusi pra nikah dan pasca menikah yang bisa Anda jalankan.

Pada saat taaruf, Anda bisa menilai bagaimana cara pandang calon pasangan dan orientasi ke depannya. Jika banyak kesamaan, Anda bisa lanjutkan perjalanan, sedangkan jika banyak bedanya, Anda bisa cut sampai disitu dan cari yang lain yang memenuhi harapan.

Atau, meski banyak bedanya, pilih wanita yang taat agar perjalanan berkeluarga tidak dikendalikan oleh dua kepala dengan prinsip yang berbeda. Lalu apa solusi pasca menikah? Yang bisa Anda lakukan adalah dengan intens komunikasi, membuang sifat ke-kanak-an demi keharmonisan rumah tangga. Berkeluarga berarti ada saat dimana kita harus tancap gas dan kapan harus mengerem  kemauan.

8.   Mementingkan Karir

Setiap orang lahir dengan keterbatasan energi dan waktu. Tidak ada orang yang bisa fokus dalam banyak hal sekaligus, semisal mengurus rumah, mengurus anak, bekerja, berbisnis, bersosial, dan sebagainya. Tidak ada yang punya kapasitas untuk meng-handle semua itu sekaligus, karena sekali lagi, (jika kita merasa memiliki kemampuan yang tidak terbatas), energi dan waktu yang kita miliki terbatas.

Keluarga tidak harmonis adalah ketika keluarga tidak lagi menjadi prioritas. Apapun yang berhubungan dengan keluarga menjadi tidak begitu penting jika yang bersangkutan dihadapkan pada sesuatu yang lebih penting. Sebut saja saat seseorang lebih mementingkan karir dibandingkan dengan keluarga.

Ayah dan ibu berkarir, keduanya berangkat subuh-pulang setelah isya, bagaimana anak-anak? Kapan quality time nya? Terbatas!. Dalih pekerjaan ini adalah dalih yang dilematis, satu sisi manusia butuh materi dan disisi lain keluarga perlu perhatian. Sayangnya, seringkali seseorang tidak berhenti saat sudah tercukupi, namun haus dan ingin yang lebih dari itu. Kondisi keluarga tidak harmonis adalah akhir dari pilihan pasangan yang sama-sama mementingkan karir.

9.   Meragukan Pasangan

Paranoid, gampang parno, gampang berfikir yang tidak-tidak tentang pasangan adalah kebiasaan buruk yang memicu kondisi keluarga tidak harmonis. Siapa yang suka dicurigai? Siapa yang senang dituduh atas perbuatan yang tidak dilakukan? Tidak ada.

Mungkin sifat parno ini berdasar pada kesalahan yang pernah dilakukan pasangan dulu. Namun apa salahnya jika setelah saling memaafkan, Anda tidak lagi mengungkit dan bersikap seolah tidak ada apapun yang terjadi. Tanamkan rasa percaya, karena ini adalah prinsip dasar mencinta.

10. Campur tangan orang tua

Ada saat dimana kita yang sudah berkeluarga ingin punya kebebasan dan kemandirian, tidak banyak intervensi seperti dalam bentuk instruksi dan larangan. Dulu, saat masih kecil, oke lah jika orang tua mengatur kemana arah jalan. Namun jika sudah berkeluarga dan orang tua ikut campur, hubungan keluarga terancam keharmonisannya dan perlu segera dicarikan jalan keluar, salah satunya dengan cara pisah rumah.

Keluarga tidak harmonis yang berujung perceraian karena penyebab ini sudah banyak terjadi. Perkecil kemungkinan intervensi dengan menerapkan solusi diatas tanpa menghilangkan rasa hormat pada mertua maupun orang tua sendiri. Semoga kondisi keluarga tidak harmonis segera berubah menjadi harmonis dengan mengetahui penyebab dan juga cara untuk mengatasinya diatas.

Semoga bermanfaat

Baca juga Keluarga Sejahtera, Haruskah? 4 Hal Ini Alasannya!

Iklan