Bandara di Indonesia Diharapkan Terapkan “Eco-Airport”

 

Bandara di Indonesia Diharapkan Terapkan “Eco-Airport”. Kementerian perhubungan inginkan supaya bandara di Indonesia mengaplikasikan sistem yang berprinsip ramah lingkungan serta berkepanjangan atau eco-airport.

Ke depan kami dapat menuju pada `Eco-Airport` atau `smart airport`, kata direktur jenderal perhubungan udara kemenhub herry bhakti dalam konferensi pers international green aviation conference 2013 di Jakarta, rabu.

Pemerintah republik indonesia, tuturnya, sudah menyebutkan komitmennya dalam rencana menurunkan tingkat emisi karbondioksida (CO2) serta kemenhub juga turut aktif beri dukungan perihal tersebut di skala Internasional.

Indonesia terhitung negara yang punya inisiatif dari segi lingkungan, tuturnya.Ia mencontohkan, indonesia sudah terpilih sebagai pengamat dalam grup kerja ICAO (international civil aviation organization) yang mengulas perihal rencana lingkungan didunia penerbangan dengan global.Di antara yang dibicarakan yaitu mengenai biofuel atau bahan bakar ramah lingkungan untuk pesawat terbang.

Ia mengungkap, sekarang ini beragam riset sudah dikerjakan di luar negeri, layaknya ada maskapai penerbangan di Eropa yang sudah mengujicobakan biofuel dengan tingkat campuran sampai 50 %.

Hasil riset tersebut diinginkan bisa disebarluaskan hingga dapat dikerjakan penelitian yang sama layaknya di indonesia dengan bekerja bersama dengan beragam pihak berkenaan.Sekarang ini di Indonesia tetap belum ada biofuel aviasi dengan jumlah yang cukup untuk diujicobakan.Pertamina sudah mengembangkan program riset berkenaan biofuel untuk penerbangan bekerja bersama dengan kemenhub serta sebanyak maskapai layaknya garuda Indonesia.

Karena, biofuel untuk aviasi meskipun sudah ada namun tetap belum bisa diproduksi dengan massal untuk keperluan dunia pasar penerbangan.Tujuan utama dari biofuel untuk pesawat yaitu supaya dunia penerbangan membuahkan jumlah emisi karbondioksida yang lebih sedikit di banding avturdisamping itu, pengembangan biofuel juga dibutuhkan untuk melacak sumber daya baru serta terbarukan di banding avtur yang disebut daya dari fosil.

Kementerian Perhubungan Indonesia berharap agar bandara di Indonesia dapat menerapkan sistem ramah lingkungan dan berkelanjutan atau eco-airport. Menurut Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub, Herry Bhakti, Indonesia harus beralih ke Eco-Airport atau bandara pintar di masa depan. Hal ini diungkapkan dalam konferensi pers International Green Aviation Conference 2013 di Jakarta pada hari Rabu.

Pemerintah Indonesia telah menyatakan komitmennya untuk menurunkan tingkat emisi karbon dioksida (CO2) dan Kemenhub juga aktif mendukung inisiatif ini secara global. Indonesia dianggap sebagai negara yang memiliki inisiatif lingkungan yang baik.

Bhakti juga menyebutkan bahwa Indonesia telah terpilih sebagai pengamat dalam grup kerja ICAO (International Civil Aviation Organization) yang membahas rencana lingkungan di dunia penerbangan secara global. Salah satu topik yang dibahas adalah penggunaan biofuel atau bahan bakar ramah lingkungan untuk pesawat terbang.

Bhakti menyebutkan bahwa saat ini telah dilakukan berbagai penelitian di luar negeri, seperti di Eropa di mana beberapa maskapai penerbangan telah menguji coba biofuel dengan tingkat campuran hingga 50%. Hasil penelitian tersebut diharapkan dapat disebarluaskan dan dapat dilakukan penelitian serupa di Indonesia dengan melibatkan berbagai pihak terkait.

Namun, saat ini di Indonesia masih belum tersedia biofuel aviasi dalam jumlah yang cukup untuk diuji coba. Pertamina telah mengembangkan program penelitian tentang biofuel untuk penerbangan dengan bekerja sama dengan Kemenhub dan beberapa maskapai seperti Garuda Indonesia. Meskipun biofuel untuk aviasi sudah tersedia, produksinya belum bisa dilakukan massal untuk keperluan dunia penerbangan.

Tujuan utama dari pengembangan biofuel untuk pesawat adalah untuk menghasilkan emisi karbon dioksida yang lebih sedikit dibandingkan avtur. Selain itu, pengembangan biofuel juga diperlukan untuk mengejar sumber daya baru dan terbarukan dibandingkan dengan avtur yang merupakan bahan bakar fosil.

Dalam rangka mencapai tujuan eco-airport, tidak hanya penggunaan biofuel yang perlu ditingkatkan, tetapi juga diperlukan upaya untuk meningkatkan efisiensi energi dan mengurangi limbah. Bandara juga dapat mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dan mempromosikan penggunaan energi terbarukan.

Salah satu contoh dari upaya eco-airport di Indonesia adalah Bandara Internasional Soekarno-Hatta yang telah mengoperasikan instalasi pembangkit listrik tenaga surya sejak 2017. Bandara ini juga telah mengurangi penggunaan kantong plastik sekali pakai dan menggunakan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan untuk kendaraan operasionalnya.

Penerapan konsep eco-airport tidak hanya berdampak positif terhadap lingkungan, tetapi juga dapat meningkatkan citra bandara dan menarik wisatawan yang lebih sadar lingkungan. Dengan meningkatkan kesadaran akan pentingnya lingkungan, diharapkan akan ada lebih banyak bandara di Indonesia yang menerapkan konsep eco-airport di masa depan.

semoga bermanfaat

Baca juga

Pantai Lakey: Berselancar Memburu Ombak Kidal

 

 

Iklan