Pengenalan Huruf Hiragana dalam Bahasa Jepang


huruf hiragana

Hiragana adalah huruf abjad (kana) dalam bahasa Jepang yang digunakan untuk menulis kata-kata hiragana dan kata-kata campuran (kanji dan katakana). Bentuk huruf hiragana diturunkan dari bentuk tulisan kanji cina. Kata “hiragana” sendiri bermakna “karakter sederhana”.

Hanya ada 46 karakter huruf hiragana, namun masing-masing karakter tersebut memiliki beberapa varian bentuk. Oleh karena itu, belajar huruf hiragana merupakan hal yang penting sebelum mempelajari bahasa Jepang secara lebih lanjut.

Berikut adalah daftar huruf hiragana dalam bahasa Jepang:

daftar huruf hiragana

Setiap huruf dalam bahasa Jepang memiliki Cara membacanya sendiri-sendiri, biasanya digunakan dalam nama-nama hari dalam seminggu.

月曜日(げつようび)- Senin

火曜日(かようび)- Selasa

水曜日(すいようび)- Rabu

木曜日(もくようび)- Kamis

金曜日(きんようび)- Jumat

土曜日(どようび)- Sabtu

日曜日(にちようび)- Minggu

Hari adalah kata benda dalam bahasa Jepang yang bermakna hari dalam seminggu dan memiliki karakter huruf hiragana yang berbeda-beda. Di atas adalah daftar nama hari dalam bahasa Jepang beserta karakter huruf hiragananya. Huruf hiragana harus dipelajari secara seksama, bahkan jika hanya terdiri dari beberapa karakter saja, agar dapat membaca dan menulis kata-kata dalam bahasa Jepang dengan baik.

Sejarah Asal-Usul Nama-Nama Hari dalam Bahasa Jepang


Nama Hari dalam bahasa Jepang Hiragana

Bahasa Jepang sangat unik dan menarik. Terdapat 7 hari dalam seminggu di kalender Jepang. Seperti kebanyakan negara di seluruh dunia, Jepang menggunakan sistem penamaan hari berdasarkan planet dalam sistem surya kita. Mereka menggunakan unsur-unsur kimia untuk memberi nama hari dengan karakter Kanji yang terdiri dari garis-garis. Namun, hari-hari ini kemudian dilafalkan dengan karakter hiragana yang lebih mudah dan sederhana bagi penduduk Jepang. Sejarah penamaan hari dalam Bahasa Jepang cukup menarik karena dipengaruhi oleh kepercayaan agama dan budaya mereka.

1. Nichiyōbi (Hari Minggu)

Pada zaman dahulu, orang Jepang tidak memiliki istilah “Minggu”. Pada awalnya, hari yang dianggap istimewa di Jepang adalah hari ketika bulan purnama muncul dan ini dianggap sebagai hari libur nasional. Namun, pada abad ke-19, Jepang mulai mengekspor kopi dari Jawa (Indonesia) dan masyarakat Jepang menjadi terbiasa dengan budaya barat yang mengenal istilah “Minggu”. Akhirnya, istilah ini diadopsi sebagai bagian dari kebudayaan modern Jepang.

2. Getsuyōbi (Hari Senin)

Pada zaman dulu, orang Jepang mempersembahkan hari Senin kepada dewa bulan bernama Tsukuyomi. Tsukuyomi adalah dewa bulan dan Tuhan pengambil keputusan dalam kisah mitologi Jepang. Dalam salah satu cerita mitos ini, Tsukuyomi dan saudaranya, Amaterasu, terlibat dalam perselisihan dan Tsukuyomi akhirnya membunuh Uke-Mochi (dewi keberlimpahan pangan). Akibat dari perbuatannya itu, Amaterasu memutuskan untuk mengasingkan Tsukuyomi ke langit malam dan menyatakan bahwa Tsukuyomi akan dihormati dan dipuja setiap kali orang melihat bulan. Dan karena itu, hari Senin dianggap sebagai hari yang paling cocok untuk memuja dewa bulan Tsukuyomi.

Pada zaman Heian (794-1192), orang Jepang menulis bulan dengan kanji “月’ dan “tsuki”. Ketika bahasa Jepang disederhanakan, mereka menggabungkan karakter hiragana “ge” dan “tsu” untuk membentuk karakter hiragana untuk hari Senin, yakni “Getsuyōbi”.

3. Kayobi (Hari Selasa)

Pada zaman dulu, orang Jepang mempersembahkan hari Selasa kepada dewa perang bernama Takemikazuchi. Takemikazuchi adalah dewa yang sangat kuat dan penting dalam mitologi Jepang. Orang Jepang sangat menghormati dewa perang ini dan menganggap bahwa hari Selasa adalah hari yang paling cocok untuk mempersembahkan doa kepada Takemikazuchi. Untuk membentuk karakter hiragana “Kayobi” dalam nama hari Selasa, orang Jepang menggabungkan karakter hiragana “ka” dan “yo”.

4. Suiyōbi (Hari Rabu)

Pada zaman dulu, orang Jepang mempersembahkan hari Rabu kepada dewa air bernama Susano-o. Susano-o adalah dewa laut dan menurut mitologi Jepang, dia memiliki kekuatan untuk mengendalikan badai dan tornado. Dewa laut ini dianggap sangat penting bagi masyarakat pesisir Jepang dengan banyak kepentingan kelautan. Orang Jepang kemudian membentuk karakter hiragana “Sui” dan “yō” untuk membentuk karakter hiragana “Suiyōbi” sebagai nama hari Rabu.

5. Mokuyōbi (Hari Kamis)

Pada zaman dulu, orang Jepang mempersembahkan hari Kamis kepada dewa gunung bernama Jumyō. Jumyō adalah dewa yang dianggap sebagai dewa keabadian dan memberikan panjang umur. Orang Jepang memuja Jumyō dan berdoa agar kehidupannya panjang dan sejahtera. Untuk membentuk karakter hiragana “Mokuyōbi” dalam nama hari Kamis, mereka menggabungkan karakter hiragana “mo” dan “ku”.

6. Kinyōbi (Hari Jumat)

Pada zaman dulu, orang Jepang mempersembahkan hari Jumat kepada dewa cinta dan kecantikan bernama Kuzunoha. Dewi Kuzunoha adalah dewi yang sangat cantik dan anggun serta dipuja oleh banyak orang Jepang. Orang Jepang kemudian membentuk karakter hiragana “Kin” dan “yō” untuk membentuk karakter hiragana “Kinyōbi” sebagai nama hari Jumat.

7. Doyōbi (Hari Sabtu)

Nama hari Sabtu dalam Bahasa Jepang berasal dari kata “doshibu”, yang berarti “hari tak produktif”. Awalnya, Sabtu bukanlah hari libur di Jepang namun kemudian diadopsi dari budaya barat dan dianggap sebagai hari santai, tidur-tiduran, dan tidak terlalu banyak melakukan aktivitas produktif.

Konsep dan filosofi hari dalam mitologi Jepang sangat kaya dan merefleksikan cara pandang orang Jepang terhadap dunia. Penamaan hari dalam Bahasa Jepang mencerminkan tradisi dan kepercayaan yang tertanam dalam Budaya Jepang dan membantu menjaga keunikan negara tersebut. Oleh karena itu, penamaan hari dalam Bahasa Jepang hingga saat ini tetap terjaga dan diakui oleh masyarakatnya.

Cara membaca dan menulis nama-nama hari dalam bahasa Jepang hiragana


hari dalam bahasa jepang hiragana

Dalam bahasa Jepang, terdapat tujuh hari dalam seminggu yang memiliki nama. Nama-nama hari dalam bahasa Jepang hiragana dapat dibaca dan ditulis dengan mudah. Namun, bagi mereka yang baru pertama kali belajar bahasa Jepang, mungkin akan sedikit kesulitan dalam membaca dan menulis nama-nama hari tersebut. Berikut adalah cara membaca dan menulis nama-nama hari dalam bahasa Jepang hiragana.

1. Hari Minggu (日曜日 – Nichiyoubi)

hari minggu dalam bahasa jepang hiragana

Hari minggu dalam bahasa Jepang disebut Nichiyoubi. Untuk menulisnya dalam hiragana, kita perlu menuliskan “ni” (に), kemudian “chiyo” (ちよ) dan “bi” (び) secara berurutan. Sehingga hasilnya adalah “にちようび”. Cara membacanya adalah “Ni-chi-yo-u-bi”.

2. Hari Senin (月曜日 – Getsuyoubi)

hari senin dalam bahasa jepang hiragana

Hari senin dalam bahasa Jepang disebut Getsuyoubi. Untuk menulisnya dalam hiragana, kita perlu menuliskan “ge” (げ), kemudian “tsu” (つ), “yo” (よ) dan “bi” (び) secara berurutan. Sehingga hasilnya adalah “げつようび”. Cara membacanya adalah “Ge-tsu-yo-u-bi”.

3. Hari Selasa (火曜日 – Kayoubi)

hari selasa dalam bahasa jepang hiragana

Hari selasa dalam bahasa Jepang disebut Kayoubi. Untuk menulisnya dalam hiragana, kita perlu menuliskan “ka” (か), kemudian “yo” (よ), “u” (う) dan “bi” (び) secara berurutan. Sehingga hasilnya adalah “かようび”. Cara membacanya adalah “Ka-yo-u-bi”.

4. Hari Rabu (水曜日 – Suiyoubi)

hari rabu dalam bahasa jepang hiragana

Hari rabu dalam bahasa Jepang disebut Suiyoubi. Untuk menulisnya dalam hiragana, kita perlu menuliskan “su” (す), kemudian “i” (い), “yo” (よ) dan “bi” (び) secara berurutan. Sehingga hasilnya adalah “すいようび”. Cara membacanya adalah “Sui-yo-u-bi”.

5. Hari Kamis (木曜日 – Mokuyoubi)

hari kamis dalam bahasa jepang hiragana

Hari kamis dalam bahasa Jepang disebut Mokuyoubi. Untuk menulisnya dalam hiragana, kita perlu menuliskan “mo” (も), kemudian “ku” (く), “yo” (よ) dan “bi” (び) secara berurutan. Sehingga hasilnya adalah “もくようび”. Cara membacanya adalah “Mo-ku-yo-u-bi”.

6. Hari Jumat (金曜日 – Kinyoubi)

hari jumat dalam bahasa jepang hiragana

Hari jumat dalam bahasa Jepang disebut Kinyoubi. Untuk menulisnya dalam hiragana, kita perlu menuliskan “ki” (き), kemudian “n” (ん), “yo” (よ) dan “bi” (び) secara berurutan. Sehingga hasilnya adalah “きんようび”. Cara membacanya adalah “Kin-yo-u-bi”.

7. Hari Sabtu (土曜日 – Doyoubi)

hari sabtu dalam bahasa jepang hiragana

Hari sabtu dalam bahasa Jepang disebut Doyoubi. Untuk menulisnya dalam hiragana, kita perlu menuliskan “do” (ど), kemudian “yo” (よ), “u” (う) dan “bi” (び) secara berurutan. Sehingga hasilnya adalah “どようび”. Cara membacanya adalah “Do-yo-u-bi”.

Dengan mengetahui cara membaca dan menulis nama-nama hari dalam bahasa Jepang hiragana, kita menjadi lebih mudah memahami bahasa Jepang dan dapat menggunakan hari-hari tersebut dalam percakapan sehari-hari. Menulis dan membaca hiragana adalah keterampilan dasar yang harus dikuasai oleh para pembelajar bahasa Jepang, sehingga dapat dengan mudah membaca dan menulis kata-kata dalam bahasa Jepang.

Penggunaan Nama-Nama Hari dalam Budaya Jepang


Penggunaan Nama-Nama Hari dalam Budaya Jepang

Jepang adalah salah satu negara di Asia yang memiliki keunikan dalam budaya mereka, salah satunya adalah dalam penggunaan nama-nama hari dalam bahasa Jepang. Setiap hari dalam seminggu memiliki sebutan yang berbeda-beda dengan nuansa yang unik. Penggunaan nama-nama hari ini juga dapat terlihat dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Jepang, mulai dari kebiasaan makan, perayaan, hingga dalam bahasa sehari-hari.

1. Nichi (Minggu)

Nichi (Minggu)

Hari Minggu dalam bahasa Jepang dikenal dengan sebutan nichi (日). Secara harfiah, kata nichi berarti matahari atau cahaya matahari, yang memiliki makna kuat dalam budaya Jepang. Banyak masyarakat di Jepang yang percaya bahwa matahari merupakan salah satu simbol kekuatan alam yang terbesar, yang membantu kehidupan di bumi menjadi lebih baik dan produktif.

Kegiatan yang umum dilakukan oleh masyarakat di Jepang pada hari Minggu adalah berkumpul dengan keluarga atau teman-teman untuk makan bersama, mengunjungi kuil atau taman, atau melakukan hobi seperti berkebun atau bersepeda. Selain itu, banyak perusahaan di Jepang yang memberikan libur pada hari Minggu, sehingga hari tersebut menjadi kelebihan untuk masyarakat Jepang dalam mengumpulkan energi dan meningkatkan kualitas hidup.

2. Getsu (Senin)

Getsu (Senin)

Senin dalam bahasa Jepang dikenal dengan sebutan getsu (月). Kata getsu merupakan sinonim dengan bulan, yang secara tradisional menjadi simbol kecantikan dan kemurnian. Di Jepang, ada beberapa festival yang dirayakan dengan menggunakan bulan sebagai temanya, seperti festival tsukimi atau festival melihat bulan pada musim gugur.

Selain itu, getsu juga menjadi kata yang biasa digunakan dalam bahasa Jepang untuk menyebut urutan waktu, seperti getsurei atau kalender bulan, atau getsuyoubi atau hari Senin. Banyak orang di Jepang yang mengaitkan getsu dengan energi positif dan kecantikan, yang membuat hari Senin menjadi awal yang baik untuk memulai aktivitas baru.

3. Ka (Selasa)

Ka (Selasa)

Selasa dalam bahasa Jepang dikenal dengan sebutan ka (火). Kata ka secara harfiah berarti api atau api unggun, yang terlihat sangat kontras dengan suasana getsu yang lebih tenang dan damai. Namun, ka juga dapat menjadi simbol semangat dan kekuatan, yang kadang-kadang dibutuhkan dalam menghadapi hari-hari sulit.

Banyak orang di Jepang yang juga mengaitkan ka dengan kebahagiaan dan keceriaan, seperti ketika membakar kacang atau marshmallow di atas api unggun, atau ketika berpartisipasi dalam festival api di mana ribuan obor dinyalakan sekaligus. Selain itu, kata ka juga digunakan dalam beberapa istilah Jepang, seperti shokuka atau kompor api atau kaenran atau sekolah api, yang mengandung pengertian api sebagai sumber energi dan kemajuan.

4. Sui (Rabu)

Sui (Rabu)

Rabu dalam bahasa Jepang dikenal dengan sebutan sui (水). Kata sui berarti air, yang menjadi elemen paling penting dalam kehidupan manusia. Air tidak hanya menjadi sumber kehidupan bagi manusia, tapi juga menjadi simbol kesucian dan ketenangan.

Banyak orang di Jepang yang mengaitkan kata sui dengan kemampuan dalam mengalir dalam kehidupan, serta memberikan energi positif dan harapan. Selain itu, kata sui juga digunakan dalam beberapa istilah Jepang, seperti mizunomi atau minuman air, atau sushi atau makanan yang terbuat dari nasi dan disajikan dengan bahan-bahan laut atau air lainnya.

5. Moku (Kamis)

Moku (Kamis)

Kamis dalam bahasa Jepang dikenal dengan sebutan moku (木). Moku berarti pohon atau kayu, yang menunjukkan perlunya sumber energi dalam kehidupan manusia. Pohon menjadi simbol kekuatan dan ketahanan, yang secara tradisional sering digunakan dalam melakukan persembahan atau shinto di Jepang.

Banyak orang di Jepang yang mengaitkan kata moku dengan kemampuan dalam memberikan keseimbangan dan kestabilan dalam kehidupan, serta menjadi sumber energi yang tak tergoyahkan. Selain itu, kata moku juga digunakan dalam beberapa istilah Jepang, seperti bokushou atau tulang punggung yang kuat atau kado atau seni mengatur bunga dan kayu, yang mengandung pengertian kayu sebagai elemen alam yang dapat memberikan energi positif dan keindahan.

6. Kin (Jumat)

Kin (Jumat)

Jumat dalam bahasa Jepang dikenal dengan sebutan kin (金). Kata kin berarti emas atau logam, yang menjadi simbol kekayaan dan kemakmuran dalam kehidupan manusia.

Banyak orang di Jepang yang mengaitkan kata kin dengan kemampuan dalam memperoleh dan mendapatkan kekayaan serta kemakmuran. Selain itu, kata kin juga digunakan dalam beberapa istilah Jepang, seperti kinpou atau hukum dan aturan moral atau kinyoubi atau hari Jumat, yang mengandung pengertian kin sebagai elemen penting dalam kehidupan manusia.

7. Do (Sabtu)

Do (Sabtu)

Sabtu dalam bahasa Jepang dikenal dengan sebutan do (土). Kata do berarti tanah atau bumi, yang menjadi simbol kekuatan dan keseimbangan dalam kehidupan manusia.

Banyak orang di Jepang yang mengaitkan kata do dengan kemampuan dalam menghormati dan menghargai bumi serta sumber daya alam, serta menjaga keseimbangan antara alam dan manusia. Selain itu, kata do juga digunakan dalam beberapa istilah Jepang, seperti dorei atau pengabdian dan kesetiaan atau doyoubi atau hari Sabtu, yang mengandung pengertian do sebagai elemen penting dalam kehidupan manusia.

Dalam budaya Jepang, penggunaan nama-nama hari menjadi penting karena dianggap dapat mempengaruhi keberuntungan dan energi positif dalam kehidupan sehari-hari. Namun, di samping itu, penggunaan nama-nama hari juga menjadi penghubung antara manusia dan alam, yang mengandung berbagai nilai keagamaan dan kebudayaan yang harus dilestarikan dan dihargai.

Perbedaan antara nama-nama hari dalam bahasa Jepang dengan bahasa-bahasa lainnya


Weekdays in Japanese

Seperti yang kita ketahui, setiap negara mempunyai nama-nama hari dalam satu minggu yang berbeda-beda. Di Indonesia sendiri, nama hari dalam bahasa Indonesia sudah menggunakan sistem yang diadopsi dari bahasa Inggris. Tapi apakah kamu tahu, kalau di Jepang, nama hari dalam bahasa Jepang terdengar sangat berbeda dengan nama-nama hari dalam bahasa-bahasa lainnya?

Berbeda di Sepanjang Guratan Bumi

Perbedaan utama terletak pada pemilihan kata-kata yang dipilih dan hal-hal yang dicerminkan oleh nama tersebut. Contohnya, di Jepang, hari Sabtu disebut dengan “doyo no hi (土用の日)” yang harfiah berarti hari ketika bumi memasuki periode Doyo. Sedangkan di Indonesia, Sabtu diambil dari kata “Saturday” yang berarti “Sabtu” dalam bahasa Inggris. Begitu pun dengan hari lainnya, seperti Jumat yang di Jepang disebut dengan “kin-ya (金曜日)” yang bermakna hari emas, dan Selasa disebut dengan “ka-yo (火曜日)” yang berarti hari api. Hal-hal ini mungkin terdengar asing bagi kita, namun bagi masyarakat Jepang hal-hal semacam ini menjadi sangat berarti dalam kebudayaan mereka.

Perbedaan dalam Ejaan

Selain perbedaan dalam makna dan pengertian, bahasa Jepang juga mempunyai perbedaan ejaan dan pengucapan dalam beberapa nama hari. Contohnya, Kamis di Jepang disebut dengan “moku-yo-bi (木曜日)” sedangkan di Indonesia disebut dengan “Kamis”. Penambahan huruf “bi” di akhir nama hari tersebut menjadi syarat penting agar orang Jepang mengenal dengan jelas bahwa yang dibicarakan adalah hari. Sedangkan dalam pengucapannya, huruf-huruf tersebut dibaca dengan pelafalan yang lebih keras dan lebih jelas, seperti dalam nama hari Senin (getsu-yo-bi) dan Rabu (sui-yo-bi).

Tanggalan Jepang vs Barat

Sistem kalender Jepang sangat berbeda dengan masyarakat Barat seperti Indonesia. Kalender Jepang menggunakan satu jenis kalender yang tidak bergantian seperti kalender Gregorian yang digunakan di Indonesia. Namun, setelah Jepang mengalami modernisasi selama era Meiji (1868-1912), mereka mengadaptasi kalender Gregorian dalam sistemnya dan membuat beberapa perubahan penamaan nama-nama hari. Hal ini membuat banyak orang yang belajar dengan bahasa Jepang merasa kesulitan dalam mengenal nama-nama hari, terlebih lagi bagi mereka yang tidak menguasai ejaan hiragana (karakter Jepang).

Perbedaan dalam Komunikasi Sehari-hari

Ketika mengunakan bahasa Jepang, kebiasaan mengucapkan nama hari sangat penting dalam berkomunikasi sehari-hari. Namun, dalam kehidupan sehari-hari, orang Jepang juga biasa menggunakan istilah “suiyoubi” untuk hari Rabu atau “mokuyobi” untuk hari Kamis, yang diambil dari pengucapan huruf-huruf kanji yang diartikan dengan kata-kata yang tidak menyangkut hari. Hal ini bisa terjadi karena dalam bahasa Jepang, menggunakan kata-kata yang lebih familiar bagi masyarakat juga memberikan kemudahan dalam mengucapkan dan menyampaikan pesan dalam percakapan sehari-hari.

Kesimpulan

Jadi, meskipun kita berada di sepanjang guratan bumi yang sama-sama mengenal sistem kalender dan nama hari, namun terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara nama-nama hari dalam bahasa Jepang dengan bahasa-bahasa lainnya. Meskipun terasa sulit dalam mengenal dan mengucapkan nama-nama hari dalam bahasa Jepang, namun hal ini menjadi penting dalam memahami budaya dan tradisi orang Jepang secara umum.

Iklan