7 Cara Praktis Meningkatkan Etos Kerja agar Produktivitas Kerja Meningkat

 

 

Meningkatkan Etos Kerja-Saat bersekolah, kita dihadapkan pada aturan dan pada kedisiplinan yang harus kita jalani. Kebebasan kita dibatasi oleh aturan-aturan tersebut yang meski terkadang terasa sedikit memaksa namun pada dasarnya itulah yang kita butuhkan sebagai seorang siswa.

Memasuki dunia kerja, selain aturan yang harus dipatuhi, ada tuntutan lain yang harus kita penuhi untuk meningkatkan produktivitas kerja, yaitu etos kerja. Etos kerja berhubungan dengan bagaimana karakter pribadi saat menjadi staf, apakah kita memberikan kontribusi yang maksimal pada pekerjaaan, apakah kita enjoy dengan pekerjaan kita, dan apakah orientasi ke depan terarah dan jelas.

Etos kerja yang baik, tidak kita dapatkan secara instan. Ada langkah yang harus kita tempuh untuk pada akhirnya memiliki etos kerja yang baik. Seorang staf yang memiliki etos kerja yang baik akan di apresiasi atasannya. Mereka akan mendapatkan apresiasi positif dari atasan dan menjadi tauladan bagi rekan kerjanya.

Ada banyak kesempatan bagus menanti siapa saja yang memiliki etos kerja yang baik, termasuk di dalamnya adalah kenaikan gaji, kenaikan pangkat, mutasi ke wilayah yang lebih baik, menjadi staf kepercayaan, dan masih banyak lagi manfaatnya.

Etos berasal dari bahasa Yunani Ethos yang berarti kebiasaan yang baik yang dilakukan secara tetap dan kontinyu. Kata ini kali pertama digunakan oleh seorang filsuf Yunani Kuno bernama Aristoteles.

Etos kerja atau job ethic berarti kebiasaan baik yang dilakukan secara tetap dan kontinyu di tempat kerja. Disebut dengan etos kerja yang baik saat yang bersangkutan melakukannya terus menerus. Belum menjadi parameter bagus tidaknya etos kerja jika kita mengamatinya hanya pada hitungan hari saja.

Bicara etos kerja, ada empat klasifikasi etos  yang harus kita pahami, yaitu:

  • Etika individu

Etika individu adalah etika yang paling mendasar dengan skop yang paling kecil. Masing-masing individu berusaha untuk menjaga nama baiknya dengan menerapkan etika individu setiap waktu. Etika individu berkaitan dengan prinsip, berkaitan dengan nilai-nilai yang di pegang diri sendiri, berkaitan dengan nilai positif yang dijaga untuk meningkatkan kualitas diri.

Ketekunan seseorang dalam menjaga kualitas diri pada akhirnya akan membuahkan karakter diri yang positif yang menjalar pada semua aspek pribadi kehidupan, baik saat sedang sendiri, saat sedang belajar di sekolah, berada di tempat kerja maupun ada di tengah-tengah masyarakat.

  • Etika sosial

Etika sosial berhubungan dengan bagaimana cara kita sebagai individu berinteraksi dengan sesama. Interaksi sosial tersebut tidak lepas dari peran ganda yang kita miliki, yaitu sebagai makhluk pribadi dan sebagai makhluk sosial.

Ada hak orang lain yang harus kita berikan, seperti dalam bentuk respect, perkataan yang baik, tidak menyakiti dan tidak menyela pembicaraan. Pun sebaliknya, kita akan mendapatkan hak yang sama yang kita peroleh dari orang yang mendapatkan perlakuan yang sama baiknya dari kita.

Sebagai makhluk pribadi dan sebagai makhluk sosial, dua-duanya saling terkait satu dengan yang lain. Tidak bisa dipisahkan. Antara apa yang setiap orang lakukan untuk dirinya sendiri—yang kaitannya dengan kewajiban dan hak—juga diperlukan dan diberikan kepada orang lain.

  • Etika lingkungan hidup

Pada dasarnya, etika lingkungkungan hidup ini tidak terpisahkan dari etika sosial. Etika ini berhubungan dengan apa yang kita dedikasikan pada lingkungan. Bagaimana kita berinteraksi dengan lingkungan baik itu dengan obyek yang bersangkutan atau dengan orang lain, dengan lingkungan fisik seperti menjaga kebersihan lingkungan atau dalam interaksi bisnis.  

  • Etika profesi

Etika profesi berhubungan dengan profesionalisme kerja. Ini kaitannya dengan bagaimana kita berinteraksi dengan teman yang ada dalam satu profesi itu, bagaimana kita berinteraksi dengan atasan, dan bagaimana kita dalam menghadapi dan mengerjakan tugas yang diberikan kepada kita. Nantinya, etika profesi yang bagus akan berujung pada berkualitasnya sebuah produk atau jasa yang diproduksi yang diakui oleh masyarakat secara umum kualitasnya.

Untuk meningkatkan kualitas kerja agar semakin maksimal tidaklah sulit. Yuk, bersama kita tingkatkan etos kerja agar produktivitas kerja semakin maksimal. Pada akhirnya, kita pribadi akan merasa puas dengan kinerja diri sendiri, mendapatkan apresiasi dari pihak lain utamanya atasan, dan termotivasi untuk belajar banyak hal baru yang bermanfaat. Berikut tips meningkatkan etos kerja.

1. Bersikap Optimis

Apa yang membuat kita pesimis? Terkadang kita sendiri tidak tau apa alasan kita menjadi pesimis. Kita merasa pesimis karena melihat rekan kerja yang lebih bagus prestasinya, kita merasa putus asa karena tidak bisa menaklukkan skill tertentu sehingga tidak bisa menyelesaikan pekerjaan ini atau itu. Kita merasa pesimis karena hal negatif yang dikatakan rekan kerja pada kita, dan sebagainya.

Pesimis bukanlah sikap petarung sejati. Berani mengambil risiko dengan bekerja di tempat tertentu berarti kita harus siap menghadapi rintangan tersebut. Yuk, kita berbalik arah dengan menjadikan hal negatif itu sebagai cambuk untuk lari lebih cepat, untuk meningkatkan potensi diri, dan bersiap lebih optimis.

Kendalikan baper, skip hal negatif itu dari memory masing-masing dan jadikan itu sebagai cambuk untuk lebih bersemangat, lebih optimis, dan lebih bergairah saat bekerja. Pandang segala sesuatu dari sisi positifnya, kurangi kuantitas baper, dan optimis dalam menghadapi tantangan di tempat kerja.

2. Menjadi Diri Sendiri

Ya, menjadi diri sendiri adalah cara kita untuk merasa lebih nyaman saat berada di tempat kerja. Terkait penampilan, ada baiknya kita fokus pada bagaimana kita merasa nyaman. Untuk kinerja, masing-masing karyawan punya etos kerja masing-masing.

Anda mungkin lebih suka membahas suatu masalah dari skop global ke detail dan teman Anda mungkin lebih nyaman jika berdiskusi mengenai skop yang detail ke yang global. Masing-masing punya style, masing-masing punya pilihan, masing-masing punya target dalam bekerja.

Turuti kata hati dengan senantiasa menjunjung tinggi toleransi dan menjadi diri sendiri. Menjadi diri sendiri kaitannya adalah terhadap cara yang kita pakai selama bekerja. Selama itu baik, selama itu tidak melanggar hak atasan dan rekan kerja, kita bisa menerapkannya.

3. Menghargai Waktu

Kita mungkin sudah terbiasa dengan slogan time is money. Jika uang bisa dicari, waktu tidak bisa kembali. Kita beraktivitas dalam waktu. Hargai waktu dengan sebaik-baiknya untuk menyelesaikan pekerjaan yang harus kita selesaikan. Untuk meningkatkan etos kerja, respect terhadap waktu adalah kunci untuk mencapai itu.

Alokasikan waktu dengan baik untuk pribadi, atur waktu dengan baik untuk meningkatkan kualitas kerja, dan selesaikan deadline tepat pada waktunya. Mengulur deadline berarti kita sengaja menumpuk pekerjaan yang menjadi penyebab stres, dan sempoyongan.

4. Berani Memulai

Tidak perlu menunggu orang lain untuk memulai sesuatu yang baru. Kita bisa menjadi pembaharu, menjadi inovator, menjadi penggerak untuk melakukan inovasi tersebut saat sedang bekerja. Mulailah sesuatu yang baru yang dianggap positif untuk meningkatkan kualitas diri.

Contohnya seperti belajar skill baru tanpa diminta, berinisiatif yang baik saat hubungan dengan rekan kerja sedang merenggang, datang tepat waktu atau bahkan lebih dini untuk mengerjakan kewajiban, dan lain sebagainya.

Saat kita berani menjadi pembaharu, berarti kita telah menaklukkan ketakutan dalam diri, meningkatkan kualitas etos pribadi, etos sosial dan etos profesi sehingga kualitas karakter yang kita miliki pun meningkat. Bukan tidak mungkin kita akan menjadi trend setter bagi karyawan lain untuk menjadi lebih bersemangat dan  menjadi role model untuk menjadi karyawan tauladan.

5. Bekerja adalah Kewajiban

Saat masih single, dan sudah waktunya memulai hidup mandiri, kita akan terjun ke dunia kerja untuk setidaknya memenuhi kebutuhan diri sendiri.

Kita menjadikan itu sebagai kewajiban agar tidak lagi bergantung pada orang tua. Atau, jika orang tua sedang dalam kondisi yang kurang sehat, berarti kita memililiki kewajiban untuk menanggung kebutuhan orang tua. Bekerja tidak lagi bernilai rutinitas tetapi ada kaitannya dengan tanggung jawab, dengan kewajiban yang kita dedikasikan untuk orang terdekat, untuk orang tersayang.

Bagi mereka yang sudah berkeluarga, bekerja menjadi bagian dari kewajiban untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Mulai dari kebutuhan harian, bulanan, pendidikan anak, renovasi rumah, kebutuhan bangunan, dan lain sebagainya. Sebagai orang tua dari satu atau dua anak yang masih lucu, masa depan mereka salah satunya ada di tangan kita, yaitu dengan meningkatkan etos kerja untuk hasil yang maksimal.

6. Fokus dan Konsentrasi

Etos kerja yang baik tidak lepas dari fokus, tidak lepas dari bekerja dengan fokus dan konsentrasi. Ada kalanya saat kita sedang diharuskan fokus tiba-tiba kita ingin bersantai dan bercanda bersama rekan kerja di kantor Sangat wajar.

Itu adalah cara kita untuk menghibur diri agar tidak bosan dengan rutinitas harian yang kita jalani. Namun kita perlu kontrol. Kita perlu kendali bagaimana agar pekerjaan yang menjadi kewajiban itu harus kita selesaikan tepat waktu.

Ada beban saat kita tidak bisa menyelesaikan kewajiban itu tepat pada waktunya. Ini bisa dikarenakan karena tidak fokus, atau karena kurangnya konsentrasi sehingga pekerjaan terbengkalai. Wajar jika setiap pribadi memiliki masalah, namun ini tidak berarti kita harus larut dalam masalah tersebut.

Bersikap bijak dalam memilah mana dan kapan harus bersikap profesional dan kapan dan bagaimana kita harus fokus pada masalah individual adalah kunci meningkatkan etos kerja. Tingggalkan masalah keluarga di rumah, dan fokus pada pekerjaan kantor saat sedang di tempat kerja.

Tidak mudah memang, namun selama kita selalu menjaga kesadaran untuk tetap fokus pada pekerjaan, kita akan terbiasa untuk maksimal di setiap detik yang kita miliki dan kita sesuaikan dengan konteks waktu dan tempatnya.

7. Taklukkan Tantangan

Beraktivitas pada titik aman memang nyaman, tapi kurang menantang dan jadinya akan biasa-biasa saja. Jangan enggan untuk menaklukkan tantangan yang kita dapat selama berada di tempat kerja. Tantangan yang diberikan atasan kepada kita menjadi kesempatan bagi kita untuk memiliki skill bekerja yang baru yang belum tentu rekan kerja lain memilikinya.

Tantangan yang kita hadapi menjadi parameter seberapa dalam kapasitas pribadi yang kita miliki dan harus kita eksplor agar semakin berkembang. Taklukkan tantangan tersebut dengan perlahan menghindari rasa takut untuk tidak bisa menaklukannya. Pribadi yang terbiasa menaklukkan tantangan akan terbiasa menjadi pribadi yang berani untuk beraksi dan memiliki kelebihan. Pribadi yang demikian memiliki nilai lebih di hadapan atasan.

 

Iklan