5 tugas keluarga membantu proses interaksi sosial anak

 

5 tugas keluarga yang berhubungan dengan interaksi sosial anak jika dilakukan dengan baik berpengaruh pada optimalnya kehidupan sosial anak saat ini dan di masa mendatang. Kehidupan sosial adalah kehidupan yang mengambil porsi cukup besar dalam diri masing-masing individu. Kenapa? karena saat ini tidak satupun masyarakat modern yang tinggal dalam goa dengan segala kebutuhan  harian yang seketika ada di depan mata tanpa adanya interaksi sosial dengan orang lain, mulai dari pemenuhan kebutuhan dasar hingga kebutuhan mewah.

5 tugas keluarga terkait sosialisasi anak memang harus dijalankan semaksimal mungkin. Sebelum membahas lebih jauh apa 5 tugas keluarga dalam meningkatkan kemampuan sosialisasi anak, mari kita pahami terlebih dahulu apa itu sosialisasi dan istilah yang berkaitan dengannya.

Definisi Sosialisasi

Apa itu sosialisasi? Sosialisasi adalah proses transfer kebiasaan dari generasi ke generasi yang berlaku dalam masyarakat. Tidak hanya kebiasaannya saja, tetapi juga nilai dan aturan yang berlaku di dalamnya. Jadi, dalam proses sosialisasi, terdapat dua subyek pelaku. Pertama adalah generasi terdahulu yang akan memberikan pengarahan kepada anak, dan yang kedua adalah generasi selanjutnya yang akan terjun ke masyarakat dengan bekal yang diperolehnya dari generasi sebelumnya. Selain itu, dalam sosialisasi ada “sesuatu” yang harus dijaga (lebih tepatnya dilestarikan).

Sesuatu itu adalah kebiasaan, norma dan nilai yang berlaku di dalamnya. Tujuan dari pengarahan ini adalah agar generasi baru yang digembleng dan diarahkan itu bisa diterima public karena tidak melakukan sesuatu diluar kebiasaan, norma, nilai, dan aturan yang ada dalam masyarakat tersebut. Para sosiolog menyatakan bahwa sosialisasi erat kaitannya dengan peranan yang dilakukan oleh masing-masing individu. Konkretnya, sosialisasi dibagi menjadi dua, yaitu sosialiasi primer dan sosialisasi sekunder. 

Sosialisasi Primer

Sosialiasi primer adalah sosialisasi yang dilakukan dalam skop keluarga. Ini adalah sosialisasi yang pertama kali dilakukan oleh masing-masing individu semasa kecilnya dimana interaksi dalam keluarga adalah miniature dari kehidupan bermasyarakat.

Proses sosialisasi primer ini berlangsung antara usia 1 sampai 5 tahun sebelum anak menemukan lingkungan barunya di sekolah atau mulai berinteraksi dengan teman-temannya di lingkungannya.

Sosialisasi Sekunder

Sosialisasi sekunder dalam bahasa lain disebut dengan sosialisasi lanjutan. Sosialisasi ini skopnya lebih luas daripada keluarga, yaitu masyarakat. Sosialisasi ini adalah proses pengenalan individu terhadap kelompok masyarakat tertentu dimana individu tersebut tinggal. Dalam praktiknya, ada istilah yang disematkan pada subyek yang melakukan sosialisasi sekunder, yaitu resosialisasi dan desosialisasi.

Resosialisasi adalah proses dimana identitas yang baru disematkan pada subyek tersebut, sedangkan desosialisasi adalah proses pencabutan identitas yang lama dari subyek tertentu. Tentunya ada faktor-faktor tertentu yang menjadi alasan kenapa individu mendapatkan julukan tertentu atau justru dicabut identitasnya oleh masyarakat.

Proses Interaksi Sosial

Menurut George Herbert Mead, tahapan sosialisasi anak dibagi menjadi 4 sebagai berikut:

  • Tahap persiapan

Tahap persiapan atau yang disebut dengan preparatory stage adalah tahapan dimana buah hati bersiap-siap untuk mengenal dirinya sendiri dan juag dunia sekitarnya. Seperti memanggil wanita yang dekat dengannya dengan kata “ibu”, saat lapar mengucapkan “mam” yang berarti makan, dsb.

Sebutan tersebut diajarkan oleh orang tuanya secara perlahan. Pada tahap ini anak-anak belum tahu betul apa maksud dari istilah tersebut. Learning by doing, mereka mulai memahami apa yang dimaksud oleh ibunya dengan proses pembiasaan yang dilakukan oleh orang tuanya.

  • Tahap meniru

Tahap meniru disebut atau dalam istilah ilmiahnya play stage adalah sempurnanya seorang anak dalam menirukan peran-peran penting yang dilakukan orang dewasa. Ada kesadaran yang tumbuh disini, dan ada kemampuan untuk memposisikan diri di tengah-tengah masyarakat. Anak-anak mulai tahu apa yang orang lain inginkan darinya dan paham apa yang harus diberikan kepada orang lain.

Sebagian orang yang berada disekelilingnya memiliki peran penting dalam mengajarkan norma dan nilai yang berlaku dalam masyarakat. Mereka yang mengajarkan norma dan nilai tersebut dengan baik dan perpengaruh besar bagi tumbuhnya kesadaran anak disebut dengan Significant Others.

  • Tahap siap bertindak

Tahap meniru sudah semakin berkurang pada tahap game stage ini. Pada tahap ini anak-anak meningkat kesadarannya mengenai cara menempatkan dirinya dan memposisikan orang lain dengan benar. Anak-anak mulai sadar pentingnya kerjasama dengan orang lain dan sadar untuk selalu membela keluarganya. Mereka berinteraksi dengan semakin banyak orang di lingkungannya. Anak-anak mulai paham akan norma yang berlaku dalam masyarakat.

  • Tahap Penerimaan Norma Kolektif

Generalized Stage/ Generalized Other adalah tahapan dimana seseorang sepenuhnya sudah menjadi dewasa. Mereka sudah paham akan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat, bisa berinteraksi dengan masyarakat luas, bertenggang rasa dengan orang yang dikenal maupun yang tidak dikenal. Singkatnya, pada tahap ini, seseorang telah menjadi bagian dari masyarakat seutuhnya yang independent.

5 Tugas Keluarga untuk Mengoptimalkan Interaksi Sosial Anak

 

Tugas keluarga dalam meningkatkan kemampuan sosialisasi anak harus diperankan dengan baik sejak dini. Kesuksesan anak dalam membangun interaksi sosial dengan masyarakat sekitar akan memberikan pengaruh positif bagi kehidupan anak saat ini dan di masa mendatang. Apa 5 tugas keluarga yang harus diperankan dengan baik itu?

 1.   Pembentukan Karakter

Satu dari 5 tugas keluarga yang harus diperankan dengan baik adalah dalam proses pembentukan karakter anak. Karakter adalah sesuatu yang melekat pada diri seseorang dan bisa diamati oleh orang lain. Dalam melakukan interaksi sosial, seorang anak harus dibekali dengan karakter positif pada dirinya. Semakin banyak karakter positif yang melekat pada diri anak, semakin besar peluang si kecil untuk diterima masyarakat dan mendapatkan cinta kasih dari masyarakat sekitarnya.

Umumnya, karakter positif yang dicontohkan orang tua akan ditiru oleh anak-anaknya. Pun demikian, tingkah laku negatif yang disaksikan anak-anak sejak kecil akan ditiru dan diterapkan saat bersosialisasi dengan orang lain. Anak adalah amanah dimana pembentukan karakter positif adalah tanggung jawab orang tua. Karakter positif yang harus ditanamkan sejak kecil dan bermanfaat dalam meningkatkan kemampuan interaksi sosial anak antara lain adalah sikap jujur, sikap saling menghormati, saling menyayangi, tenggang rasa, toleransi, tidak mudah menyalahkan, bisa bekerja sama, suka menolong, dsb.

Saat seseorang hidup sendiri, segala sesuatu akan terasa simpel, karena hanya ada satu pemikiran, dan satu keinginan saja. Akan tetapi, manusia tidak bisa hidup dalam kesendirian selamanya. Ada banyak hal dan kegiatan sehari-hari yang melibatkan orang lain, mulai dari pemenuhan kebutuhan harian, kebutuhan sekunder dan tersier,  melaksanakan kegiatan gotong royong warga, menggelar hajatan, dan sebagainya. Secara tidak langsung  interaksi sosial adalah cara Anda untuk belajar hidup berkelompok. Hidup berkelompok akan mengajarkan anak-anak mengenai cara  mengontrol emosi dan menekan sifat egois agar tercipta lingkungan yang harmonis. 

2.   Memberikan Pengetahuan yang Cukup

Pengetahuan tidak hanya berhubungan dengan ilmu yang didapatkan di sekolah formal dan non formal. Pengetahuan mengenai interaksi dengan masyarakat sekitar perlu Anda sampaikan kepada si kecil agar dapat menjalin interaksi sosial yang lebih baik. Sebagai orang tua, Anda bisa memberikan wawasan yang cukup kepada anak-anak mengenai norma, nilai dan aturan yang berlaku dalam masyarakat.

Tidak hanya itu, pengetahuan juga mencakup karakter positif yang sebaiknya dipraktikkan dalam kehidupan bermasyarakat. Larangan untuk bersikap tidak baik dan sanksi sosialnya pun bisa Anda sampaikan kepada si kecil dengan bahasa yang dapat mereka pahami.

Selain itu, Anda juga wajib memberikan tauladan yang baik kepada anak. Ilmu yang diajarkan dengan cara memberikan tauladan secara langsung terbukti lebih mudah diingat daripada jika Anda hanya menyampaikan teori-teorinya saja. Anak secara langsung bisa mengamati bagaimana Anda berinteraksi dengan masyarakat sekitar, mencontohnya dalam konteks yang sama, dan lambat laun akan menjadi kebiasaan.

3.   Mengajarkan Kasih Sayang

Cinta dan kasih sayang adalah sumber kedamaian. Kasih sayang atau cinta yang tulus terbaca oleh hati  yang menyaksikannya. Pun demikian, saat orang berkata sayang atau cinta, tetapi hatinya tidak demikian adanya, hati orang lain tidak bisa dibohongi.  Ada sesuatu yang janggal, yang membuat orang lain  merasa tidak nyaman saat bersama Anda.

Saat melakukan interaksi sosial, anak yang hatinya dipenuhi cinta dan kasih oleh orang tuanya, dapat beradaptasi dengan baik dengan masyarakat sekitar. Anak-anak yang seperti ini memiliki sifat welas asih terhadap sesama, toleran, mudah menolong, dan memiliki rasa empati yang tinggi. Alhasil, anak-anak akan dicintai dan dikasihi oleh sesama karena karakter positif yang dimilikinya.

Keterpenuhan kasih sayang dan cinta dari orang tua akan membuat anak menjadi pribadi yang tenang, berhati yang lembut, dan mudah memaafkan. Tidak ada tendensi bagi anak untuk menyakiti teman-teman sepermainannya saat sedang bersama-sama. Ada kenyamanan bersanding dengan tipe orang yang penuh cinta dan kasih dalam hatinya.

4.   Tempat Berlindung

Tempat berlindung bagi anak adalah satu dari 5 tugas keluaraga yang wajib Anda jalankan dengan baik. Sebagai orang tua yang bijak dan dewasa, Anda memiliki kewajiban untuk melindungi anak-anak dari bahaya yang mengancamnya saat sedang bersosialisasi.

Bahaya tersebut bisa berupa kejahilan teman-temannya dalam bentuk bully, atau kekerasan fisik.  Lindungi anak agar tidak sampai mengalami hal itu dengan cara tidak melepaskan mereka sepenuhnya dalam bergaul. Ada momen-momen tertentu dimana Anda wajib memantau kegiatan anak agar Anda tau kapan waktu yang tepat untuk bersikap.

Selain itu, sebagai orang tua, Anda wajib mengontrol dengan siapa anak bergaul setiap harinya. Usahakan agar anak tidak salah dalam memilih teman. Teman yang dipilih seharusnya adalah teman-teman yang positif karakternya agar membawa pengaruh baik bagi anak. Tidak hanya proteksi dalam bidang pergaulan saja yang harus dilakukan, Anda pun harus selektif dalam memilih tontonan anak entah itu yang bersumber dari media elektronik atau yang ada di gadget mereka masing-masing.

5.   Memberikan Motivasi

Anak adalah pribadi yang rapuh dimana secara mental mereka membutuhkan dukungan yang kuat dari orang tua. Anak-anak yang seringkali di bully dan mendapatkan perlakuan negatif dari teman-temannya rawan mengalami inferiority complex atau rasa minder. Anak yang minder lambat laun akan merasa tersudut dan kemampuan yang dimilikinya pun tidak berkembang dengan maksimal.

Saat anak sedang terpuruk, salah satu dari 5 tugas keluarga adalah memberikan motivasi kepada anak, entah keterpurukan itu karena konflik dalam pergaulan atau karena menurunnya semangat untuk belajar. Memotivasi, memberikan pengarahan dan pemahaman, serta mengapreasiasi kegiatan positif yang dilakukan anak adalah cara agar anak senantiasa berkembang menjadi lebih baik dan jauh dari sifat minder.

Baca juga

13 Tips Sukses Mendidik Anak untuk Mendapatkan Prestasi Belajar yang Bagus

Iklan