Asal Usul Bahasa Jepang


Asal Usul Bahasa Jepang

Bahasa Jepang, atau Nihongo dalam bahasa Jepang, adalah salah satu bahasa yang paling terkenal dan digunakan di dunia. Bahasa ini berasal dari Jepang, sebuah negara kepulauan yang terletak di Asia Timur. Asal usul Bahasa Jepang tidaklah jelas seperti asal usul bahasa lainnya, seperti bahasa Inggris atau Perancis, namun telah diperkirakan bahasa ini telah berkembang selama lebih dari 2000 tahun.

Bahasa Jepang memiliki banyak kemiripan dengan beberapa bahasa lain, seperti bahasa Korea dan bahasa Mandarin. Namun, bahasa Jepang memiliki ciri khas-nya sendiri, seperti pengucapan dengan nada, serta sistem penulisan kanji, hiragana, dan katakana yang unik.

Bahasa Jepang dipengaruhi oleh banyak bahasa asing selama berabad-abad. Jepang memiliki banyak hubungan perdagangan dengan Tiongkok dan Korea, yang secara signifikan mempengaruhi bahasa Jepang. Di antara pengaruh-pengaruh tersebut termasuk penggunaan karakter kanji, yang diambil dari bahasa Tiongkok dan kemudian dimodifikasi menjadi huruf Jepang.

Paralel dengan itu, bahasa Jepang juga sangat dipengaruhi oleh Bahasa Inggris. Setelah Jepang terbuka untuk dunia luar pada awal abad ke-19, pengaruh budaya asing mulai naik, yang mempengaruhi bahasa Jepang serta kehidupan sehari-hari orang Jepang

Berdasarkan sejarah, Bahasa Jepang pertama kali muncul sekitar abad ke-4 Masehi, saat beberapa imigran dari Asia Tenggara tiba di Jepang. Namun, Bahasa Jepang baru mulai berkembang sekitar abad ke-8 hingga ke-9 Masehi, ketika huruf Katakana dan Hiragana mulai diperkenalkan, tetapi huruf kanji yang diperkenalkan dari Tiongkok tetap lebih dominan.

Pada akhirnya, Bahasa Jepang menjadi inti dari budaya Jepang, dan ia menjadi bahasa resmi di Jepang. Bahasa ini menjadi sajian penyatu di Jepang, sementara kekayaan akan bahasanya menjadi pengharmoni dalam kehidupan manusia yang sangat kompleks dan majemuk. Jepang adalah gadis Cantik, misterius dan sangat menawan, sebuah negara yang Ahli di berbagai hal yang berkaitan dengan teknologi, disiplin dan seni, yakni kesuksesan utamanya. Sebagai negara terdepan dalam pengembangan teknologi inovatif, bahasa Jepang telah menjadi semacam jembatan ilmu pengetahuan yang merampungkan keterbelakangan anti-komunikasi Antar bangsa

Uniknya Susunan Bahasa Jepang


Bahasa Jepang

Bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa yang memiliki susunan kalimat yang unik jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya. Dalam bahasa Jepang, susunan kalimatnya adalah subject-object-verb atau SOV.

Tempat subjek dalam kalimat Jepang biasanya diawali dengan partikel ‘wa’ dan menempati posisi paling awal dalam kalimat. Kemudian, objek yang diikuti oleh partikel ‘o’ dan diikuti oleh kata kerja yang diletakkan pada posisi paling belakang.

Contohnya seperti kalimat “Watashi wa ringo o tabemasu” yang berarti “Saya makan apel”. Di sini, “watashi” sebagai subjek diletakkan pada posisi paling awal, kemudian diikuti oleh partikel ‘wa’. Selanjutnya, “ringo” sebagai objek diletakkan setelah subjek dan diikuti oleh partikel ‘o’. Kata kerja “tabemasu” diletakkan pada posisi paling akhir dalam kalimat.

Uniknya lagi, dalam bahasa Jepang, bentuk kata kerja tidak berubah tergantung pada subjeknya, hanya diubah bergantung pada waktu atau kondisinya. Contohnya, “tabemasu” artinya makan dalam bentuk formal dan “taberu” artinya makan dalam bentuk informal dan tetap bisa digunakan untuk subjek yang berbeda.

Selain SOV, bahasa Jepang juga memiliki konsep partikel yang unik. Partikel sendiri merupakan kata-kata kecil yang menandai peran kata atau frasa dalam suatu kalimat. Partikel yang paling sering digunakan di dalam bahasa Jepang adalah sebagai berikut:

1. Wa (は): Partikel ini mengindikasikan subjek dari suatu kalimat.

2. Ga (が): Partikel ini mendiferensiasikan subjek dengan objek dalam suatu kalimat.

3. O (を): Partikel ini menandakan objek suatu kalimat.

4. Ni (に): Partikel ini menandakan tempat atau waktu di mana suatu tindakan terjadi.

5. De (で): Partikel ini menandakan lokasi atau cara melakukan suatu tindakan.

Contohnya seperti kalimat “Watashi wa nihon ni ikimasu” yang berarti “Saya pergi ke Jepang”. Dalam kalimat ini, partikel “wa” menandakan subjek, yaitu “watashi”. Kemudian, partikel “ni” menandakan bahwa objek kalimat adalah “nihon”, yang artinya Jepang.

Bahasa Jepang juga memiliki konsep honorifik yang berbeda dengan bahasa Indonesia. Secara umum, bahasa Jepang menggunakan bentuk kehormatan dalam berbicara dengan orang yang lebih tua atau yang memiliki posisi sosial yang lebih tinggi. Ada beberapa kata yang harus digunakan ketika berbicara dengan orang yang lebih tua atau orang yang memiliki posisi sosial yang lebih tinggi. Contohnya seperti penggunaan kata ‘san’ setelah nama seseorang sebagai tanda penghormatan seperti ‘Watanabe san’ atau ‘Suzuki san’.

Secara keseluruhan, susunan kalimat dalam bahasa Jepang memang sangat unik dan berbeda dari bahasa-bahasa lain. Oleh karena itu, untuk mendalami bahasa Jepang, membutuhkan pemahaman yang lebih mendalam tentang konsep partikel dan kata kehormatan.

Ada Kode Etik Saat Berbicara Bahasa Jepang


Kode Etik Saat Berbicara Bahasa Jepang

Apabila kamu mempelajari bahasa Jepang atau sedang berencana untuk belajar, kamu harus mengetahui bahwa ada kode etik atau adat yang harus diindahkan saat berbicara bahasa Jepang. Adat-istiadat dan tata krama dalam bahasa Jepang harus dihargai dan dijaga keasliannya sehingga kamu dapat terintegrasi dengan masyarakat Jepang dan menjalin hubungan baik dengan mereka.

Berikut ini adalah tiga contoh kode etik saat berbicara bahasa Jepang yang harus kamu ketahui:

1. Menggunakan Sapaan Dan Bahasa Hormat Sesuai Kedudukan


Menggunakan Sapaan Dan Bahasa Hormat Sesuai Kedudukan

Selama kamu berbicara dengan seseorang, kamu harus menggunakan sapaan dan bahasa hormat yang tepat sesuai dengan kedudukan sosial orang tersebut. Kita tidak bisa hanya mengatakan ‘Anata’ atau ‘Kimi’ pada orang yang tidak kita kenal atau pada orang yang lebih tua dari kita. Kita harus menggunakan sapaan ‘san’ atau ‘sama’. Demikian juga, jika ingin berbicara dengan atasan atau guru, kita harus menggunakan bahasa kehormatan ‘desu’, ‘masu’ atau ‘gozaimasu’ yang menandakan respek pada orang tersebut.

2. Menggunakan Bahasa Kehormatan Saat Meminta Maaf


Menggunakan Bahasa Kehormatan Saat Meminta Maaf

Jika kamu sedang membuat kesalahan atau meminta maaf pada orang yang lebih tua, kamu harus menggunakaban bahasa kehormatan yaitu ‘Gomen nasai’ atau ‘Sumimasen’. Kita juga harus menundukkan kepala ketika meminta maaf sebagai tanda penghormatan dan penyesalan atas kesalahan yang dibuat.

3. Menggunakan Sapaan Tepat Dalam Kondisi Tertentu


Menggunakan Sapaan Tepat Dalam Kondisi Tertentu

Bahasa Jepang memiliki banyak sapaan yang digunakan tergantung pada situasi dan kondisi tertentu. Misalnya, ketika kamu berkunjung ke rumah orang, kamu harus menggunakan sapaan ‘Ojisan’ atau ‘Obasan’ pada paman atau bibi dari orang tersebut. Ketika kamu berbicara dengan teman sebaya, kamu dapat menggunakan kata ‘kimi’ atau ‘anta’. Saat berbicara dengan anak kecil, kamu harus menggunakan sapaan ‘chan’ atau ‘kun’ tergantung pada jenis kelamin si anak. Karena itu, penting untuk mempelajari sapaan yang tepat dan menggunakan mereka dengan benar tergantung pada situasi dan kondisi kamu berada.

Dalam bahasa Jepang, adat dan tata krama memiliki peran penting dalam berkomunikasi. Kode etik saat berbicara bahasa Jepang harus dijaga supaya kita bisa menghargai kebudayaan dan tradisi Jepang serta menjalin hubungan baik dengan masyarakat Jepang. By the way, jangan lupa ​memperhatikan kata ‘iya sayang’ dalam bahasa Jepang karena ini bukanlah ungkapan yang lazim digunakan di Jepang.

Perbedaan Bahasa Jepang Lisan dan Tulisan


Perbedaan Bahasa Jepang Lisan dan Tulisan

Bahasa Jepang adalah bahasa yang terkenal dengan tingkat kesulitan yang cukup tinggi. Salah satu hal yang membuat Bahasa Jepang terlihat sulit adalah karena memiliki dua bentuk yang berbeda, yaitu bentuk lisan atau “kotoba” dan bentuk tulisan atau “moji”. Kedua bentuk ini memiliki perbedaan yang cukup besar bahkan dalam hal termudah sekalipun.

1. Kosakata

Perbedaan yang paling mencolok antara bahasa Jepang lisan dan tulisan adalah kosakata. Dalam bentuk tulisan, bahasa Jepang menggunakan banyak kanji atau karakter China yang dipinjam ke dalam Bahasa Jepang. Kanji sendiri memiliki arti yang sama, tetapi dapat digunakan dalam berbagai bahasa.

Di sisi lain, kosakata bahasa Jepang lisan lebih banyak menggunakan kata-kata asli bahasa Jepang. Hal ini terjadi karena kata-kata tersebut mudah dipahami oleh pendengar Jepang. Ini berbeda dengan bentuk tulisan yang menggunakan kanji yang lebih kompleks dan sulit diingat. Jadi, bagi pemula yang baru belajar bahasa Jepang sebaiknya berfokus pada pengucapan kata-kata lisan yang mudah diingat, dan mendalami bentuk tulisan secara bertahap.

2. Pengucapan

Perbedaan lain yang cukup mencolok antara bahasa Jepang lisan dan tulisan adalah pengucapan. Dalam hal pengucapan, Bahasa Jepang lisan terlihat lebih mudah dilafalkan dan dimengerti, sedangkan pengucapan bahasa Jepang tulisan jauh lebih complah dan kadang-kadang lebih sulit dipahami karena kemunculan kanji yang sulit.

Hal ini terjadi karena Bahasa Jepang lisan terdiri dari vokal dasar seperti “a”, “i”, “u”, “e”, “o”, dan kosakata yang singkat, struktur kalimat cepat dan mudah dimengerti. Beberapa pembicara bahasa Jepang mungkin menambahkan kata yang tidak penting, tetapi selama ini tidak menyebabkan kesulitan dalam pemahaman.

3. Gaya Bicara

Perbedaan bahasa Jepang lisan dan tulisan juga terlihat pada gaya bicara. Gaya bicara dalam Bahasa Jepang tulisan lebih kaku dan resmi, sementara Bahasa Jepang lisan lebih santai dan informal. Hal ini terjadi karena dalam Bahasa Jepang tulisan lebih banyak digunakan dalam situasi formal seperti dalam surat resmi, dokumen akademik, atau korespondensi bisnis.

Sebaliknya, Bahasa Jepang lisan digunakan dalam situasi kasual seperti percakapan sehari-hari, diskusi dengan teman, atau bahkan dalam komunikasi lisan di tempat kerja. Orang Jepang lebih suka menggunakan kata – kata yang lebih sopohistifitik dalam tulisan, dan lebih santai dalam Bahasa Jepang lisan.

4. Penggabungan Dalam Kalimat

Bahasa Jepang

Perbedaan Bahasa Jepang lisan dan tulisan juga dapat dilihat pada penggabungan kata dalam kalimat. Dalam Bahasa Jepang lisan, penggabungan kata sangat mudah dipahami karena pengucapan kata-kata tersebut berkontribusi untuk struktur kalimat. Tetapi dalam Bahasa Jepang tulisan, penggabungan kata memerlukan pemahaman yang lebih dalam.

Pada Bahasa Jepang tulisan, penggabungan kata-kata dapat dilakukan dengan menggunakan partikel atau tanda baca. Partikel atau tanda baca membantu memahami hubungan antara kata dalam kalimat. Penggunaan partikel dibilang sangat penting, karena untuk memahami Bahasa Jepang tulisan, Anda harus memahami cara penggunaan setiap partikel secara tepat.

Itulah beberapa perbedaan Bahasa Jepang lisan dan tulisan yang perlu diketahui. Baik Bahasa Jepang lisan maupun tulisan memiliki daya tarik yang berbeda, dan bisa menjadi tantangan yang menarik untuk dipelajari. Jadi, jika Anda mempertimbangkan untuk belajar Bahasa Jepang, pastikan untuk mempelajari keduanya secara merata agar Anda dapat menguasai Bahasa Jepang secara keseluruhan.

Mengenal Bahasa Jepang Slang atau Kasual


Bahasa Jepang Slang atau Kasual

Bahasa Jepang slang atau kasual adalah bagian dari bahasa Jepang yang digunakan secara informal dan lebih akrab oleh masyarakat Jepang. Pada umumnya, bahasa Jepang slang atau kasual digunakan dalam lingkungan yang lebih santai seperti antara teman atau keluarga, serta dalam situasi informal seperti pada saat berkumpul atau bermain. Bahasa Jepang slang atau kasual berbeda dengan bahasa formal atau resmi, dan biasanya menggunakan kosakata yang lebih singkat dan mudah dipahami.

Berikut adalah beberapa contoh bahasa Jepang slang atau kasual yang sering digunakan:

  • Ahō (アホ) – Bodo amat, gak peduli
  • Baka (ばか) – Bodoh
  • Henshin (変身) – Berubah menjadi
  • Nanka (なんか) – Sejenis, gitu, atau semacamnya
  • Oshiete (教えて) – Ajari aku

Selain itu, bahasa Jepang slang atau kasual juga dapat diekspresikan melalui penggunaan kata-kata yang sama dengan bahasa formal, tetapi dengan penekanan intonasi atau aksen yang berbeda. Misalnya, kata “daijōbu” dalam bahasa formal berarti “baik-baik saja”, namun jika diucapkan dengan aksen yang berbeda, dapat memiliki arti “apa kabar?” atau “semuanya baik-baik saja?” dalam bahasa slang atau kasual.

Tidak hanya dalam pengucapan dan kosakata yang digunakan, bahasa Jepang slang atau kasual juga dapat diekspresikan melalui penggunaan kata ganti dan partikel yang berbeda. Sebagai contoh, dalam bahasa formal, “watashi wa” merupakan bentuk kata ganti “saya” yang paling umum digunakan. Namun, dalam bahasa slang atau kasual, kata ganti “anata” yang artinya “kamu” sering kali digunakan.

Bagi orang yang baru belajar bahasa Jepang, bahasa Jepang slang atau kasual mungkin terdengar sulit dipahami dan membingungkan. Oleh karena itu, diperlukan pengalaman dan pemahaman yang lebih mendalam mengenai kosakata dan pengucapan aksen dalam bahasa Jepang slang atau kasual.

Untuk dapat menguasai bahasa Jepang slang atau kasual, diperlukan pengamatan dan pendengaran aktif terhadap penyebutan kosakata dan intonasi yang digunakan dalam situasi sehari-hari. Melakukan praktik bicara dengan teman Jepang atau melihat acara televisi yang menggunakan bahasa Jepang kasual juga dapat membantu pengguna bahasa memperdalam pemahaman mereka tentang bahasa Jepang slang atau kasual.

Kesimpulannya, bahasa Jepang slang atau kasual merupakan bagian penting dari bahasa Jepang yang digunakan dalam situasi informal dan lebih akrab. Tidak hanya kosakata dan pengucapan yang berbeda, bahasa Jepang slang atau kasual juga dapat diekspresikan melalui penggunaan kata ganti dan partikel yang berbeda. Untuk dapat menguasai bahasa Jepang slang atau kasual, diperlukan pengalaman dan pemahaman yang lebih mendalam mengenai kosakata dan pengucapan aksen dalam bahasa Jepang slang atau kasual.

Iklan