Penggunaan Polite Language di Bahasa Jepang


Bahasa Jepang Tegas

Salah satu ciri khas bahasa Jepang yang berbeda dari bahasa-bahasa lainnya adalah penggunaan polite language atau keigo. Penggunaan keigo sendiri dibagi menjadi tiga kategori yaitu sonkeigo (tuturan kehormatan), kenjougo (tuturan rendah hati), dan teineigo (tuturan sopan). Pada umumnya, keigo digunakan untuk menunjukkan rasa hormat terhadap orang yang dihormati, atau untuk menyampaikan pesan dalam keadaan formal.

Walaupun terdapat tiga jenis keigo, pada umumnya teineigo yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari atau dalam situasi formal. Teineigo digunakan saat berbicara dengan orang yang lebih tua, atasan, atau saat berbicara dengan orang yang tidak dikenal. Dalam teineigo, kata-kata yang digunakan cenderung lebih sopan dan tidak terkesan kasar. Misalnya, untuk kata kerja ‘makan’, dalam teineigo menjadi ‘meshiagari masu’.

Untuk jenis sonkeigo, ini digunakan ketika berbicara dengan orang yang lebih tua atau atasan dalam keadaan antara formal dan sangat formal. Dalam sonkeigo, kata-kata yang digunakan cenderung lebih sulit dan formal. Misalnya, untuk kata kerja ‘taberu’ yang artinya ‘makan’, dalam sonkeigo menjadi ‘meshiagaru’.

Sedangkan untuk kenjougo, biasanya digunakan ketika seseorang ingin berbicara dengan kerendahan hati. Biasanya, kenjougo digunakan ketika seseorang meminta maaf atau ketika seseorang ingin meminta maaf karena telah berbuat salah. Dalam kenjougo, kata-kata yang digunakan cenderung lebih tidak peduli diri dan lebih rendah hati.

Teineigo Versus Sonkeigo

Namun, penggunaan keigo dalam bahasa Jepang tidak selalu mudah. Bahkan untuk penutur asli bahasa Jepang sendiri, terkadang masih perlu mempelajari tekstur bahasa untuk bisa menggunakannya dengan benar. Selain itu, pilihan kata yang digunakan dalam keigo seringkali sangat detail dan memerlukan banyak pengalaman. Misalnya, menggunakan kata ‘oishii’ untuk menggambarkan makanan yang enak dalam teineigo menjadi ‘oosasoi’.

Selain itu, terdapat juga beberapa kata atau ungkapan yang dilarang digunakan dalam penggunaan keigo, seperti penggunaan kata ‘sore’ atau ‘ano’ yang terdengar tidak sopan jika digunakan dalam keadaan yang formal. Karena itu, sebaiknya bagi orang yang ingin menggunakan keigo, memiliki pengalaman atau mempelajarinya secara formal. Selain itu, penggunaan keigo harus dilakukan dengan bijak dan tidak berlebihan untuk menghindari terkesan tidak sopan.

Dalam keadaan informal, biasanya orang Jepang menggunakan bahasa yang lebih kasual dan terkadang tidak memerlukan penggunaan keigo. Namun, jika seseorang ingin menunjukkan rasa hormat terhadap orang yang lebih tua atau atasan, penggunaan keigo bisa dilakukan. Karena itu, penggunaan keigo adalah bagian yang penting dalam bahasa Jepang yang harus dipahami dan dipelajari dengan baik untuk menghindari terjadinya salah penggunaan yang dapat mengakibatkan perbedaan makna kata.

Teguran Resmi dalam Bahasa Jepang


Teguran Resmi dalam Bahasa Jepang

Teguran resmi dalam bahasa Jepang telah menjadi salah satu topik populer di kalangan masyarakat Indonesia. Bahasa Jepang selalu identik dengan suasana formal yang sangat tegas dan beradab. Tak heran jika ketika kita harus melakukan pembicaraan formal dengan orang Jepang, kita harus memahami aturan tata bahasa Jepang dengan baik.

Sesuai dengan budaya Jepang yang sangat menghargai kesopanan dan etika, teguran resmi dalam bahasa Jepang pun diarahkan untuk menyampaikan kritik atau pandangan yang penuh dengan rasa hormat kepada orang yang bersangkutan.

Berikut adalah beberapa hal yang perlu diketahui tentang teguran resmi dalam bahasa Jepang:

Kumpulan Kata Kritik dalam Bahasa Jepang

Kumpulan Kata Kritik dalam Bahasa Jepang

Berikut adalah beberapa kata kritik dalam bahasa Jepang yang sering digunakan untuk menyampaikan kritik dengan cara yang santun dan sopan kepada orang yang bersangkutan:

  • い (Warui): Buruk
  • 不適切 (Futekisetsu) : Tidak pantas, salah, kurang tepat
  • 問題がある (Mondai ga aru): Ada masalah
  • 改善が必要 (Kaizen ga hitsuyou): Perlu diperbaiki
  • 私見ですが (Shiken desu ga): Saya berpendapat, menurut saya

Saat menyampaikan kritik dalam bahasa Jepang, sangat penting untuk tidak terdengar seperti sedang menghakimi atau menuduh. Hindari penggunaan kata-kata yang kasar dan memojokkan orang yang bersangkutan. Sebaiknya, sampaikan kritik dengan cara yang santun dan sopan agar tidak menyinggung perasaan orang tersebut.

Penggunaan Suffix “San” untuk Menunjukkan Tingkat Kehormatan

Penggunaan Suffix San untuk Menunjukkan Tingkat Kehormatan

Suffix “San” digunakan dalam bahasa Jepang sebagai bentuk penghormatan untuk seseorang. Suffix “San” biasanya ditambahkan di belakang nama orang atau gelar dalam bahasa Jepang. Suffix ini juga digunakan saat memberikan teguran resmi kepada orang yang lebih tua atau lebih senior.

Contohnya, ketika memberikan kritik terhadap senior, sebaiknya gunakan kata “San” diakhir panggilan seperti “Tanaka-san”, hal ini menunjukkan rasa penghormatan kepada orang tersebut. Hindari penggunaan panggilan yang terlalu formal maupun panggilan yang terlalu akrab seperti “kamu”.

Mengutamakan Bahasa Tubuh pada Teguran Resmi

Bahasa Tubuh Jepang

Bahasa tubuh sangatlah penting untuk menjaga hubungan antara pembicara dengan orang yang bersangkutan. Bahasa tubuh juga memperlihatkan posisi atau keadaan hati dari kedua pembicara. Dalam budaya Jepang, bahasa tubuh juga menjadi bagian penting dari teguran resmi.

Pada saat menyampaikan teguran resmi kepada orang yang bersangkutan, gunakanlah bahasa tubuh yang sopan dan ramah, hindari kontak mata atau gerakan tangan yang terlalu banyak. Cobalah untuk menggunakan bahasa tubuh yang sederhana dan efektif untuk memperjelas isi pernyataan kita.

Dalam budaya Jepang, bahasa tubuh dan gestur sangat penting dalam menyampaikan urutan pesan secara implisit. Selain itu, komunikasi di Jepang menjadi lebih menyenangkan dan efektif ketika kam menyampaikan pesan sesuai dengan kodrat etika yang mereka percayai.

Menyampaikan teguran resmi dalam bahasa Jepang bukanlah hal yang mudah, membutuhkan pengamatan yang cermat dan persepsi yang baik terutama ketika memberikan kritik terhadap orang yang lebih senior. Namun, dengan memahami tata bahasa Jepang, kita dapat menyampaikan kritik dengan cara yang sopan dan santun. Hal ini akan memberikan banyak manfaat bagi kita, terutama ketika berhubungan dengan budaya Jepang.

Aturan Penulisan Email Formal dalam Bahasa Jepang


Email formal dalam bahasa jepang

Bahasa Jepang mempunyai aturan yang sangat jelas dalam penulisan email, terutama yang bersifat formal. Karena bahasa Jepang merupakan bahasa yang sangat tegas, penggunaan bahasa formal dalam email harus diperhatikan dengan baik. Hal ini sangat penting karena dapat mempengaruhi hubungan antara pengirim email dan penerima.

Berikut adalah beberapa aturan penulisan email formal dalam bahasa Jepang:

1. Pembukaan Email

Pada pembukaan email formal dalam bahasa Jepang, kita harus menggunakan frasa “Haikei” yang menunjukkan bahwa email tersebut ditujukan untuk siapa. Frasa ini biasanya diikuti dengan nama si penerima email beserta jabatannya, kemudian barulah kita memulai isi dari email tersebut.

2. Bahasa yang Digunakan

Dalam penulisan email formal di Jepang, penting untuk menggunakan bahasa yang sopan dan menghormati penerima. Salah satu cara penggunaan bahasa yang sopan adalah dengan menambahkan kata “O” di depan kata benda. Contohnya, “O-kyaku sama” yang artinya “Tamu terhormat”. Selain itu, gunakan juga penghilangkata “masu” di akhir kata kerja seperti “arigatou gozaimasu” yang artinya “terima kasih banyak”.

3. Format Penulisan Email

Dalam penulisan email formal bahasa Jepang, format penulisan email juga memiliki peran yang sangat penting. Salah satu format yang umum digunakan dalam penulisan email formal adalah:

① Judul email: Gunakan judul yang jelas dan deskriptif agar penerima email dapat dengan mudah memahami isi email

② Pembukaan email: Sampaikan salam pembuka seperti “Haikei” beserta nama penerima email dan jabatannya.

③ Body email: Jelaskan tujuan email Anda dengan jelas dan singkat sertakan informasi penting yang perlu disampaikan. Hindari penggunaan bahasa yang kurang sopan serta informasi yang tidak relevan.

④ Penutup email: Sampaikan ucapan terima kasih dan apresiasi pada penerima email.

⑤ Salutation: Gunakan kata sopan seperti “Keigu” atau “Hosei” sebagai pengganti “Salam” pada akhir email.

4. Penerjemahan

Jika Anda tidak lancar dalam bahasa Jepang dan ingin menulis email dalam bahasa Jepang, Anda dapat menggunakan layanan terjemahan online. Namun, sebaiknya pengecekan ulang dalam bahasa Jepang dilakukan agar tidak terjadi kesalahan dalam penggunaan kata serta tata bahasa yang kurang tepat.

5. Perhatikan Waktu Pengiriman Email

Waktu pengiriman email di Jepang juga sangat penting, terutama dalam konteks bisnis. Sebaiknya hindari mengirim email pada saat libur nasional atau di hari libur cuti bersama. Selain itu, pastikan email Anda sudah dikirim sebelum pukul 16.00 karena karyawan di perusahaan Jepang biasanya pulang pada saat itu.

Itulah beberapa aturan penulisan email formal dalam bahasa Jepang. Selain aturan yang telah disebutkan di atas, penting juga untuk menjaga sopan santun dalam setiap email yang dikirimkan, Hal ini akan meningkatkan hubungan baik antara pengirim email dan penerima. Jangan lupa untuk memperhatikan detail dan menjaga etos kerja dalam setiap email yang dikirimkan.

Etika Berbicara di Telepon dengan Orang yang Lebih Senior dalam Bahasa Jepang


bahasa jepang tegas

Bahasa Jepang tegas tetap menjadi bahasa yang dijunjung tinggi di Indonesia. Tidak heran jika Anda ingin mencoba berbicara dengan orang yang lebih senior dalam Bahasa Jepang, pastikan Anda memahami etika berbicara yang benar. Berbicara dengan orang yang lebih senior dalam bahasa Jepang menjadi lebih sulit daripada berbicara dengan teman sebaya. Ada beberapa aturan yang perlu diikuti. Apa saja itu? Berikut ini adalah informasinya.

Kemukakan Nama Anda dengan Jelas
Nama Anda dengan Jelas

Ketika Anda menghubungi orang yang lebih senior, Anda harus memperkenalkan diri Anda dengan jelas dan sopan. Ada beberapa cara untuk memperkenalkan diri di Jepang, tetapi biasanya orang Jepang menggunakan nama belakang mereka ketika berbicara dengan orang yang lebih senior. Jangan lupa membungkuk ketika memperkenalkan diri. Jika Anda tidak yakin apa yang harus dikatakan, Anda bisa mengucapkan: “Konnichiwa, watashi wa [nama] desu”. Artinya salam, nama, dan tersebut lainnya, jika sudah mengetahui nama orang yang dikunjungi, maka bisa menambahkan belakang ke nama orang yang dikunjungi.

Gunakan Kata-kata Sopan dengan Bahasa Jepang Tegas


Kata-kata Sopan

Bicara dengan orang yang lebih senior dalam Bahasa Jepang membutuhkan perhatian khusus pada kata-kata sopan. Jika tidak, Anda bisa terlihat tidak sopan. Anda harus membiasakan diri untuk menggunakan kata-kata sopan seperti “Hai, Onegaishimasu” yang artinya ‘Ya, tolong’ ketika meminta izin untuk membicarakan suatu topik dan “Sumimasen”, yang artinya ‘Maaf’, ketika Anda ingin meminta maaf atau memasukkan pendapat Anda. Biasakan juga mengucapkan “Arigatou Gozaimasu” atau ‘Terima Kasih’, tanda penghargaan yang penting dalam budaya Jepang.

Berkomunikasi dengan Sabar dan Lapang Hati


Berkomunikasi dengan Sabar

Penting untuk selalu bertindak sabar dan lapang hati saat berbicara dengan orang yang lebih senior. Bertindak ceroboh dan terburu-buru bisa merusak hubungan Anda. Lebih baik gunakan kata-kata yang sopan, didahului oleh frase yang sesuai ketika berbicara dengan orang yang lebih tua daripada pihak Anda untuk menghindari kesalahpahaman atau hal lainnya. Anda perlu memikirkan kata-kata Anda sebelum Anda mengatakannya, jangan sampai Anda membuat kesalahan yang merugikan diri Anda dan orang lain.

Nama Panggilan dengan Bahasa Jepang Tegas


Nama Panggilan

Mengetahui dan menggunakan nama panggilan dalam Bahasa Jepang adalah penting dalam berkomunikasi dengan orang yang lebih senior. Dalam budaya Jepang, saat Anda berbicara dengan orang yang lebih tua daripada Anda, Anda harus menggunakannya sebagai tanda penghormatan. Ada beberapa nama panggilan yang cukup populer dalam bahasa Jepang, seperti “san”, “kun” atau “sensei”. “San” digunakan di akhir nama dan cocok untuk semua orang. “Kun” digunakan hanya untuk teman, atau orang yang sama hierarkinya. Sedangkan “Sensei” digunakan untuk seorang guru atau mentor.

Berpakaian dengan Pantas Sesuai dengan Bahasa Jepang Tegas


Berpakaian dengan Pantas

Terakhir, Anda harus memperhatikan cara berpakaian Anda saat berbicara dengan orang yang lebih senior. Cara berpakaian yang sopan dan rapi bisa menunjukkan rasa hormat Anda terhadap orang lain. Pastikan untuk memilih pakaian yang pantas untuk acara atau pertemuan. Misalnya, memilih pakaian yang formal dan sopan untuk acara penting, seperti acara pernikahan atau upacara lainnya.

Jadi, memiliki etika bahasa jepang yang tegas sangat penting dalam Berbicara telepon dengan orang yang lebih senior. Sopan santun dalam percakapan Bahasa Jepang adalah tanda penghargaan dan hormat pada pihak lain. Dengan memahami etika berbicara yang benar, Anda dapat menghindari kesalahpahaman dan membangun hubungan yang lebih harmonis dengan orang yang lebih senior.

Penggunaan Bahasa Keras untuk Menunjukkan Ketegasan dalam Bahasa Jepang


Konbanwa

Bahasa Jepang dikenal sebagai bahasa yang memiliki banyak variasi dalam penggunaannya. Tidak hanya dalam bentuk tulisan, tetapi juga dalam bentuk percakapan sehari-hari. Salah satu gaya percakapan dalam bahasa Jepang adalah bahasa keras atau tegas.

Japanese Women

Secara umum, bahasa keras dalam bahasa Jepang digunakan untuk menunjukkan sikap tegas dan kuat dalam berbicara. Dalam situasi formal, gaya bahasa ini dianggap sebagai gaya bicara yang sopan dan pantas digunakan dalam interaksi sosial. Bagaimanapun, dalam situasi informal, gaya berbicara ini dapat menyertai bahasa kasar yang dapat memperkuat pengungkapan ketegasan.

Japanese People

Bahasa keras dalam bahasa Jepang dapat digunakan untuk menunjukkan dominasi dalam percakapan. Ini biasanya terlihat ketika seseorang sedang memimpin sebuah rapat atau presentasi, atau ketika seseorang sedang memperjuangkan pandangannya dalam suatu diskusi. Dalam situasi seperti itu, penggunaan bahasa keras dapat menunjukkan bahwa orang yang berbicara yakin dan percaya diri atas apa yang ia bicarakan. Hal itu pada gilirannya akan memberikan kesan yang kuat untuk mempengaruhi pihak lain agar merespon dengan mengikuti apa yang dikatakan. Penggunaan bahasa keras juga bisa digunakan untuk menyadarkan orang lain bahwa yang sedang diucapkan itu adalah pepatah atau kata hukum yang tidak bisa diingkari kembali.

Samurai

Salah satu contoh bagaimana bahasa keras digunakan dalam bahasa Jepang terlihat dari salah satu tradisi bahasa Jepang yang terkenal, yaitu “Bushido”. Konsep “Bushido” menggambarkan kode moral yang dipegang para samurai pada era Edo. Dalam kode moral ini, penggunaan bahasa keras dianggap sebagai bagian dari penghormatan dan keberanian dalam menghadapi segala hal dalam hidup. Seorang samurai dihargai ketika ia bisa menggunakan bahasa keras dengan baik dan tepat. Bahasa keras yang sering digunakan dalam “Bushido” antara lain adalah “Tskushi” yang berarti mendesak atau menekan, dan “Shitsukoi” yang bermakna tegar dan berkomitmen dalam menghadapi penghalang apapun.

Fighting Spirit

Tentu saja, dalam situasi sehari-hari, penggunaan bahasa keras dalam bahasa Jepang harus tetap disesuaikan dengan konteks dan tujuan pembicaraan. Ketika digunakan secara sopan dan dengan tepat, bahasa keras dapat memberikan efek positif dalam berkomunikasi. Namun ketika digunakan dengan sembarangan dan terlalu kasar, bahasa keras dapat berdampak buruk pada hubungan sosial. Oleh karena itu, sebagai seorang pelajar bahasa Jepang, disarankan untuk belajar dengan cepat memahami kapan dan bagaimana menggunakan bahasa keras dalam situasi-tentu saja yang cocok.

Iklan