Deshita: Sejarah Singkat Jepang yang Menarik


Deshita Indonesia

Deshita atau lebih dikenal sebagai “Desu ga, Iida” adalah salah satu drama Jepang yang cukup populer di Indonesia. Drama ini sendiri bercerita tentang seorang perempuan Jepang bernama Makoto Iida yang tiba-tiba memutuskan untuk pindah ke Desa Iida di Prefektur Nagano, Jepang. Dia memutuskan untuk mencoba hidup mandiri dan memulai perjalanannya di desa tersebut. Namun, tidak semua hal berjalan dengan mulus dan Iida Makoto harus berjuang untuk beradaptasi dengan lingkungannya yang baru.

Serial televisi “Desu ga, Iida” sendiri pertama kali tayang di Jepang pada tahun 2004. Serial televisi ini terdiri dari 11 episode, tayang setiap pekan pada malam hari di TV Asahi. Drama ini menjadi cukup populer di Jepang dan kemudian diekspor ke beberapa negara yang termasuk dalam Asia Tenggara seperti Indonesia, Taiwan, Thailand, dan Singapura.

Di Indonesia, drama “Desu ga, Iida” pertama kali tayang pada tahun 2008 di salah satu stasiun televisi swasta. Drama ini mendapat sambutan yang baik dari penonton televisi Indonesia. Bahkan, drama ini menjadi salah satu drama Jepang paling populer di Indonesia. Hal ini terbukti dengan banyaknya orang Indonesia yang tertarik dan menyukai budaya Jepang melalui drama tersebut. Tak hanya menjadi salah satu acara televisi yang populer, “Desu ga, Iida” juga menjadi tren di kalangan remaja Indonesia saat itu.

Beberapa hal yang membuat drama “Deshita” sangat menarik dan menjadi favorit di Indonesia adalah ceritanya yang ringan dan mudah dipahami. Selain itu, serial ini juga memiliki lokasi syuting yang indah di daerah pedesaan di Jepang. Desa Iida itu sendiri sangat terkenal karena memiliki pemandangan alam yang indah dan tradisi budaya Jepang yang kental. Tentunya hal ini sangat menarik bagi penonton Indonesia yang ingin melihat keindahan Jepang dan juga budayanya.

Dalam drama ini juga terdapat unsur komedi dan drama yang bagus, membuat penonton merasa tidak bosan dan tertarik untuk terus menontonnya. Karakter-karakter dalam serial ini juga memiliki kepribadian yang kuat dan unik, sehingga mudah untuk diingat dan membuat para penonton terhubung dengan ceritanya.

Walau berakhir pada tahun 2004 di Jepang, drama “Desu ga, Iida” tetap menjadi salah satu drama Jepang yang sangat fenomenal dan populer di Indonesia hingga saat ini. Drama ini masih sering ditayangkan di beberapa stasiun televisi di Indonesia, dan dapat di-streaming di beberapa situs online. Bagi mereka yang ingin melihat Jepang dari sudut pandang yang berbeda, “Desu ga, Iida” dapat menjadi pilihan yang tepat.

Kebudayaan Jepang di Masa Deshita


Kebudayaan Jepang di Masa Deshita

Periode Deshita terjadi antara tahun 1952-1975 di Indonesia. Pada masa ini, pengaruh budaya Jepang mulai merambah ke Indonesia, terutama dalam hal musik, fashion, dan film. Meskipun Indonesia telah mengalami kolonialisme Jepang pada masa Perang Dunia II, namun minat masyarakat Indonesia dengan budaya Jepang semakin meningkat pada saat itu.

Salah satu budaya Jepang yang paling terkenal pada periode Deshita adalah anime dan manga. Anime dan manga yang populer seperti Astro Boy dan Dragon Ball tayang di stasiun televisi nasional dan sukses menjadi tontonan favorit di kalangan anak-anak dan remaja. Tidak hanya itu, film-film Jepang seperti Seven Samurai dan Rashomon juga sukses di bioskop-bioskop Indonesia. Kehadiran anime, manga, dan film Jepang memberikan pengaruh besar terhadap industri hiburan di Indonesia.

Budaya populer Jepang juga terlihat dalam fashion. Wanita di Indonesia mulai mengenakan kebaya yang memiliki rancangan dan pola yang dipengaruhi oleh kimono Jepang. Tidak hanya itu, rambut dengan model poni Tetsuma Yamamoto, alias Sammy, yang merupakan salah satu anggota dari grup musik populer asal Jepang, Sammy Seven, juga menjadi tren di kalangan remaja wanita.

Selain itu, masakan Jepang juga mulai populer pada masa Deshita. Restoran Jepang seperti KAWA-KAWA, tempat mencicipi sushi, sukiyaki, dan ramen yang lezat, muncul di berbagai kota besar di Indonesia. Seperti yang kita ketahui, makanan Jepang sangat khas dalam hal rasa dan tampilannya yang indah dan menarik, sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat Indonesia. Hingga saat ini, restoran Jepang masih menjadi pilihan bagi masyarakat Indonesia ketika ingin menikmati makanan lezat dari negeri Sakura tersebut.

Tidak hanya itu, seni tradisional Jepang juga menjadi populer di Indonesia pada masa Deshita. Seniman Jepang seperti Tadashi Yamamoto, yang sering diundang untuk tampil di berbagai acara televisi dan pameran seni, memamerkan keterampilan tradisional dari negeri Sakura tersebut. Tidak hanya itu, televisi nasional juga menayangkan berbagai pertunjukan budaya Jepang seperti pertunjukan taiko atau tari minyo, yang makin menambah minat masyarakat Indonesia untuk mengenal lebih dalam tentang budaya Jepang.

Secara keseluruhan, pengaruh budaya Jepang pada masa Deshita sangatlah kuat di Indonesia. Musik, fashion, film, makanan, seni tradisional, semuanya memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat Indonesia. Tidak hanya itu, pengaruh budaya Jepang masih terlihat hingga saat ini di Indonesia seperti kepopuleran anime, manga, dan cosplay yang menjadi tren di kalangan anak muda. Maka dari itu, tidak heran jika banyak masyarakat Indonesia masih memiliki minat yang tinggi terhadap budaya Jepang.

Pendidikan di Jepang pada Era Deshita


Deshita di Jepang

Deshita merupakan era pendidikan di Jepang pada tahun 1945 hingga 1952, setelah Jepang mengalami kekalahan dalam Perang Dunia II. Era ini dikenal dengan istilah “Pendidikan Pembentukan Kembali” karena fokusnya adalah membangun kembali sistem pendidikan di Jepang yang hancur akibat perang. Era Deshita sangat berpengaruh dalam perkembangan pendidikan di Jepang hingga saat ini.

Pada awal era Deshita, fokus utama adalah memperbaiki infrastruktur pendidikan yang rusak akibat perang. Sekolah-sekolah yang hancur perlu direnovasi dan dibangun kembali. Kurikulum juga direvisi. Materi pelajaran yang berkaitan dengan militerisme dan imperialisme dihapuskan, karena dianggap sebagai faktor penyebab kekalahan Jepang dalam perang. Pelajaran tentang demokrasi dan hak asasi manusia ditekankan dalam kurikulum.

Selain membenahi infrastruktur dan kurikulum, era Deshita juga fokus pada pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan. Pendidikan guru diprioritaskan untuk menghasilkan guru-guru yang berkualitas dan mampu mengajarkan materi pelajaran dengan baik. Program pelatihan dan sertifikasi untuk guru diperkenalkan.

Salah satu dampak penting dari era Deshita adalah terbentuknya sistem pendidikan yang merata untuk semua orang. Pendidikan dasar dan menengah wajib dan gratis diperkenalkan, sehingga semua anak bisa menerima pendidikan dasar tanpa terkecuali. Pemerintah juga memberikan bantuan keuangan untuk mahasiswa yang ingin melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Hal ini mengurangi kesenjangan sosial dalam pendidikan di Jepang.

Di era Deshita juga terjadi perubahan besar dalam sistem pendidikan tinggi Jepang. Universitas-universitas milik pemerintah diubah menjadi badan hukum semi-independen, sehingga lebih mandiri dalam menjalankan kebijakan dan menyusun kurikulum. Perguruan tinggi swasta juga mulai berkembang pesat di era ini.

Perbaikan infrastruktur, pengembangan pendidik dan sistem pendidikan yang lebih merata menjadi prioritas di era Deshita. Namun, ada juga beberapa kritik terhadap era ini. Beberapa kalangan menganggap kurikulum yang direvisi tidak cukup mempertahankan tradisi dan nilai-nilai Jepang. Selain itu, ada juga kritik terhadap sistem pendidikan yang terlalu kompetitif dan menekan, khususnya di tingkat perguruan tinggi.

Meskipun demikian, era Deshita di Jepang tetap diyakini sebagai awal mula perkembangan pendidikan modern Jepang. Sebagian besar sistem pendidikan yang ada di Jepang saat ini masih merefleksikan perubahan dan perbaikan yang diperkenalkan pada saat era Deshita. Pendidikan di Jepang dianggap sebagai salah satu yang terbaik di dunia, dan era Deshita telah memberikan kontribusi besar dalam pencapaian ini.

Ekonomi Jepang: Perkembangan pada Waktu Deshita


Ekonomi Jepang: Perkembangan pada Waktu Deshita

Pada tahun 1960-an, Jepang merupakan negara yang sedang dalam masa pembangunan. Perekonomian negara ini mengalami pertumbuhan yang cepat pada waktu itu. Pada masa Deshita, Jepang mengalami kemajuan ekonomi yang luar biasa. Ada beberapa faktor yang membuat ekonomi Jepang berkembang pesat. Faktor tersebut antara lain:

  1. Teknologi dan Inovasi
  2. Proteksionisme Ekonomi
  3. Pelatihan Kerja yang Berkualitas Tinggi
  4. Investasi di Luar Negeri

Pada subbab ini, kita akan membahas lebih lanjut tentang perkembangan ekonomi Jepang pada masa Deshita terutama mengenai investasi asing di Indonesia.

Investasi Asing Jepang di Indonesia

Investasi Asing Jepang di Indonesia

Investasi asing Jepang di Indonesia menjadi salah satu kontributor terbesar dalam perekonomian Indonesia pada masa Deshita. Para pengusaha Jepang melihat Indonesia sebagai negeri yang memiliki pangsa pasar yang besar dan pertumbuhan ekonomi yang cepat. Selain itu, investasi Jepang di Indonesia juga dilakukan untuk memperluas wilayah operasional dan mencari bahan baku dengan harga yang lebih murah.

Pada tahun 1970, pemerintah Indonesia membuka peluang investasi asing di berbagai sektor seperti industri, pertanian, peternakan, dan perkebunan. Hal ini menjadi peluang emas bagi para pengusaha Jepang untuk melakukan ekspansi ke Indonesia. Investasi dari Jepang terfokus pada industri otomotif, elektronik, dan tekstil.

Setelah beberapa tahun berinvestasi di Indonesia, para pengusaha Jepang pun mulai membangun infrastruktur dan memperluas operasional bisnisnya. Beberapa perusahaan Jepang di Indonesia bahkan sudah beroperasi selama lebih dari 40 tahun, seperti perusahaan otomotif Toyota dan Honda.

Berbagai Macam Investasi Jepang di Indonesia

Berbagai Macam Investasi Jepang di Indonesia

Investasi Jepang di Indonesia tidak hanya terfokus pada satu sektor saja, tetapi juga bervariasi. Beberapa jenis investasi Jepang di Indonesia antara lain:

  • Industri Otomotif: Toyota, Honda, Isuzu
  • Elektronik: Sony, Panasonic, Sharp
  • Komunikasi: NTT Docomo, KDDI
  • Pertambangan: Sumitomo Metal Mining, Mitsubishi
  • Perbankan: Bank of Tokyo-Mitsubishi, Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC)

Perusahaan-perusahaan ini tidak hanya menyediakan lapangan kerja untuk masyarakat Indonesia, tetapi juga memberikan kontribusi pada perekonomian Indonesia melalui pembayaran pajak dan pengembangan infrastruktur.

Manfaat Investasi Jepang di Indonesia

Manfaat Investasi Jepang di Indonesia

Bagi masyarakat Indonesia, investasi Jepang memberikan banyak manfaat antara lain:

  • Lapangan Pekerjaan: Investasi Jepang di Indonesia menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia
  • Pajak: Investasi Jepang memberikan kontribusi besar pada penerimaan pajak negara
  • Pelebaran Pasar: Investasi Jepang membuka peluang pasar bagi produk-produk Indonesia dan memperluas pasar untuk produk-produk Jepang di Indonesia
  • Pengembangan Infrastruktur: Beberapa perusahaan Jepang di Indonesia juga turut serta dalam pengembangan infrastruktur di Indonesia seperti pembangunan jalan, jembatan, dan bandara

Seiring berjalannya waktu, investasi Jepang di Indonesia semakin berkembang pesat. Bahkan, pada saat ini Indonesia merupakan salah satu tujuan investasi utama bagi perusahaan-perusahaan Jepang.

Tantangan Investasi Jepang di Indonesia

Tantangan Investasi Jepang di Indonesia

Walau begitu, ada beberapa tantangan yang dihadapi oleh para pengusaha Jepang dalam berinvestasi di Indonesia, yaitu:

  • Regulasi: Masalah regulasi cenderung menjadi kendala utama para pengusaha Jepang dalam berinvestasi di Indonesia
  • Ketidakpastian Hukum: Pengusaha Jepang khawatir mengenai ketidakpastian hukum di Indonesia
  • Tenaga Kerja: Masalah ketenagakerjaan seperti keterampilan dan produktivitas tenaga kerja menjadi tantangan bagi pengusahaan Jepang di Indonesia

Bagaimanapun juga, investasi Jepang masih menjadi sumber perekonomian utama bagi Indonesia dalam upaya mencapai keberhasilan ekonomi di masa depan.

Kesimpulan

Pada masa Deshita, ekonomi Jepang mengalami perkembangan yang pesat. Investasi asing Jepang di Indonesia menjadi kontributor besar pada perekonomian Indonesia. Investasi Jepang di Indonesia tidak hanya terfokus pada satu sektor saja, tetapi juga bervariasi di berbagai bidang. Investasi Jepang memberikan banyak manfaat bagi masyarakat Indonesia antara lain lapangan pekerjaan, pajak, pelebaran pasar, dan pengembangan infrastruktur. Namun demikian, tantangan seperti regulasi, ketidakpastian hukum dan masalah tenaga kerja menjadi faktor yang perlu diperhatikan bagi para pengusaha Jepang.

Kesenian dan Hiburan di Jepang pada Masa Deshita


Hiburan di Jepang pada Masa Deshita

Pada masa Deshita, kesenian dan hiburan di Jepang mengalami perkembangan yang pesat. Salah satu bentuk kesenian yang populer adalah Kabuki. Kabuki merupakan bentuk teater tradisional Jepang yang berasal dari awal periode Edo. Kabuki pada masa itu dipentaskan oleh aktor laki-laki yang memerankan peran-peran wanita, karena pada masa itu wanita tidak diperbolehkan tampil di teater.

Para aktor Kabuki pada masa Deshita lebih banyak melakukan improvisasi dalam akting mereka daripada mengikuti naskah yang telah ditentukan. Hal ini membuat pertunjukan Kabuki menjadi semakin menarik dan berbeda setiap kali dipentaskan. Yang menarik dari Kabuki adalah kostum, tari, dan musiknya yang kaya akan nuansa tradisional Jepang.

Selain Kabuki, Jepang juga memiliki bentuk kesenian yang populer lainnya yaitu Bunraku. Bunraku adalah bentuk teater boneka tradisional Jepang yang berasal dari kota Osaka pada abad ke-17. Pertunjukan Bunraku menggunakan boneka berukuran manusia yang digerakkan oleh tiga orang pemain. Cerita yang dipentaskan pada Bunraku lebih serius daripada Kabuki, dan biasanya didasarkan pada cerita-cerita klasik Jepang.

Di dalam dunia hiburan, ada 3 jenis pertunjukan yang sangat populer pada masa Deshita, yaitu Rakugo, Manzai, dan Karaoke. Rakugo adalah bentuk hiburan tradisional Jepang yang menggunakan cerita komedi monolog, yang diceritakan oleh seorang penghibur yang duduk di atas sehelai tikar. Rakugo biasanya dimulai dengan penampilan musik dan tarian tradisional Jepang, sebelum kemudian beralih ke cerita komedi yang lucu.

Sedangkan Manzai adalah bentuk hiburan Jepang yang menggunakan dua orang pelawak untuk mengocok perut penonton. Pertunjukan Manzai biasanya dimulai dengan percakapan di antara dua pelawak yang menggunakan bahasa slang Jepang yang khas, lalu berganti dengan aksi-aksi humor yang dilakukan oleh keduanya.

Terakhir, Karaoke adalah hiburan yang populer pada masa Deshita. Karaoke di Jepang pada masa itu dilakukan dengan memasang lagu yang berbeda-beda pada setiap unit meja, dan pengunjung dapat memilih lagu yang ingin mereka nyanyikan. Pada masa Deshita, Karaoke menjadi hiburan yang sangat terkenal dan banyak dipraktikkan oleh masyarakat Jepang.

Secara keseluruhan, kesenian dan hiburan di Jepang pada masa Deshita sangat beragam dan dapat memikat hati siapa saja. Pada masa kini, walaupun teknologi dan gaya hidup masyarakat berubah, kesenian dan hiburan tradisional Jepang tetap dilakukan dan dinikmati oleh banyak orang di Jepang.

Iklan