Kisah tentang Kegiatan Sehari-hariku di Jepang


Aku Pulang Mama di Jepang

Aku pulang mama. Kata-kata ini mungkin sudah sering kita dengar pada lagu dari Gita Gutawa yang berjudul “Aku Pulang”. Namun, bagaimana jika kata-kata tersebut menjadi kenyataan dalam kehidupan sehari-hari di negeri sakura, Jepang?

Sudah satu tahun lebih aku tinggal di Jepang untuk menempuh studi di salah satu perguruan tinggi negeri di Negeri Matahari Terbit. Rasanya seperti baru kemarin aku menerima kabar bahwa aku diterima di universitas tersebut, dan sekarang aku sudah menjalani hari-hari sebagai mahasiswa di sini.

Di pagi hari, aku biasanya bangun pukul enam pagi. Setelah mandi, aku kemudian menyiapkan sarapan. Pilihan sarapan yang biasanya aku konsumsi adalah nasi, telur dadar, serta sayuran. Di Jepang, terdapat berbagai macam variasi makanan untuk sarapan. Ada nasi dengan lauk ayam karaage, jamur shimeji dan sebagainya. Namun, aku lebih menyukai sarapan yang simpel dan mengandung gizi yang cukup.

Setelah sarapan, aku bersiap-siap untuk berangkat ke kampus. Di Jepang, transportasi publik yang paling populer adalah kereta api. Kereta api di Jepang dikenal dengan nama Shinkansen atau biasa disebut dengan Bullet Train. Kecepatan kereta api tersebut dapat mencapai 320 km/jam dan sangat nyaman digunakan.

Sesampai di kampus, aku melaksanakan kegiatan perkuliahan. Di universitasku, perkuliahan berlangsung dari pukul 09.00 hingga pukul 17.00. Selama kuliah, aku biasanya fokus mengikuti pembelajaran dan tidak bermain-main dengan gadget. Pada jam istirahat, aku sering berbincang dengan teman-teman dan tidak lupa untuk mengisi perut dengan camilan seperti keripik kentang, biskuit atau coklat.

Setelah perkuliahan, aku akan pulang ke apartemen yang aku sewa bersama teman-temanku. Sesampainya di apartemen, aku biasanya langsung mandi dan sholat. Setelah itu, waktu luang akan aku gunakan untuk menyelesaikan tugas kuliah atau bermain dengan teman-teman. Jika merasa cukup lelah, aku suka menonton film atau drama Korea.

Di hari libur, aku biasa mengunjungi tempat-tempat wisata yang ada di Jepang. Danau Ashi, yang terletak di kota Hakone, dan Menara Tokyo, adalah tempat-tempat yang pernah aku kunjungi. Selain itu, aku juga suka berbelanja di toko serba ada (store) seperti Don Quijote dan Seria. Di toko-toko tersebut, banyak sekali barang-barang unik seperti pajangan lucu, pernak-pernik dengan harga murah, pakaian bergaya Jepang dan sebagainya.

Bagi mahasiswa di Jepang, seperti diriku, kegiatan padat sehari-hari serta eksplorasi objek wisata pada akhir pekan adalah hal yang biasa. Namun, meski jauh dari keluarga dan kerabat, tidak ada yang bisa mengalahkan rasa bahagia saat aku pulang mama setelah menuntaskan kegiatanku di Jepang.

Tantangan Belajar Bahasa dan Budaya Jepang Sebagai Mahasiswa Asing


Aku Pulang Mama

Berdasarkan data dari Kementerian Pendidikan Jepang, sekitar 300.000 mahasiswa asing dari berbagai belahan dunia belajar di Jepang pada tahun 2018. Tidak sedikit dari mereka yang memilih Jepang sebagai destinasi kuliahnya karena kecintaan terhadap budaya pop Jepang, seperti anime dan manga. Namun, belajar di Jepang bukanlah hal yang mudah terutama bagi mahasiswa asing. Terdapat berbagai tantangan yang harus dihadapi saat belajar bahasa dan budaya Jepang sebagai mahasiswa asing.

Kendala Bahasa

Kendala Bahasa

Salah satu kendala utama yang dihadapi oleh mahasiswa asing saat belajar di Jepang adalah kendala bahasa. Bahasa Jepang memang tidak mudah dipelajari untuk orang yang berasal dari bahasa selain Jepang. Mahasiswa asing harus mempelajari tiga sistem tulisan sekaligus yaitu kanji, hiragana, dan katakana. Selain itu, cara pengucapan dan grammar bahasa Jepang juga cukup berbeda dengan bahasa-bahasa lain di dunia.

Budaya yang Berbeda

Budaya Jepang

Selain bahasa, mahasiswa asing juga harus mempelajari budaya yang berbeda dari negaranya sendiri. Budaya Jepang memiliki norma dan nilai yang berbeda dari kebanyakan negara barat. Konsep seperti tatemae dan honne, yang mengajarkan pentingnya menjaga wajah dan menghindari konflik, mungkin sulit untuk dipahami oleh mahasiswa asing. Bahkan perilaku sekecil apa pun, seperti yang dianggap sopan di negara asal, bisa terlihat kasar atau tidak sopan di Jepang.

Harga Kehidupan yang Tinggi

Harga Kehidupan di Jepang

Jepang dikenal sebagai salah satu negara dengan harga kehidupan yang cukup tinggi di dunia. Mahasiswa asing yang tinggal di Jepang harus mempersiapkan budget yang cukup besar untuk kebutuhan sehari-hari. Mulai dari makanan dan transportasi hingga biaya sewa dan listrik, semuanya memiliki harga yang mahal. Namun, ada beberapa cara seperti mencari pekerjaan paruh waktu atau menerapkan gaya hidup hemat agar bisa menghemat pengeluaran sehari-hari.

Kurangnya Keterlibatan dalam Konteks Budaya Jepang

Keterlibatan dalam Konteks Budaya Jepang Mahasiswa Asing

Selain kendala bahasa dan budaya, mahasiswa asing juga bisa menghadapi kendala dalam keterlibatan dalam konteks budaya Jepang. Memang, penting untuk mempelajari budaya Jepang tanpa menimbulkan stereotip, tapi jika mahasiswa hanya belajar dalam lingkungan yang terbatas atau bersama-sama dengan sesama mahasiswa asing dari negara mereka sendiri, hal ini bisa membatasi pengalaman mereka yang sebenarnya.

Tingginya Persaingan Pekerjaan

Tingginya Persaingan Pekerjaan di Jepang

Ketika selesai kuliah, mahasiswa asing akan bergabung dengan pasar tenaga kerja di Jepang. Hal ini bisa menjadi tantangan tersendiri bagi mereka, karena tingkat persaingan pekerjaan sangat tinggi di Jepang. Mahasiswa asing harus mempersiapkan diri dengan baik, dari yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan bahasa Jepang hingga menguasai keterampilan pekerjaan tertentu yang dibutuhkan di pasar tenaga kerja Jepang.

Jadi, belajar bahasa dan budaya Jepang sebagai mahasiswa asing memang tidaklah mudah. Namun, jika dijalani dengan semangat dan kerja keras, tantangan-tantangan tersebut bisa diatasi dan menghasilkan pengalaman belajar yang tak terlupakan.

Iklan