Asal-Usul Sebutan Bahasa Jepang untuk Kambing


Bahasa Jepangnya Kambing

Masih banyak orang yang tidak mengetahui sebutan bahasa Jepang untuk kambing. Menurut bahasa Jepang, kambing disebut dengan kata「ヤギ」(yagi). Sejak kapan sebutan ini mulai dipakai di Jepang dan apa alasan di balik pemilihan kata tersebut sebagai sebutan untuk binatang kambing di negara ini? Mari kita bahas selengkapnya.

Ternyata, kambing atau yagi sudah dikenal sejak ribuan tahun silam di Asia Tenggara. Pada periode Yayoi (sekitar 300 SM – 250 M), manusia mulai memelihara dan memanfaatkan kerah leher kambing sebagai aksesoris pada pakaian tradisional mereka. Dalam kisah-kisah rakyat Jepang kuno, seperti Nihon Shoki dan Kojiki, kambing juga sering disebut sebagai hewan suci yang datang dari Dewa Langit. Masyarakat pada masa itu mengenal kambing melalui barang-barang impor dari Korea, Tiongkok, dan Asia Tenggara. Oleh karena itu, tidak heran jika sebutan bahasa Jepang untuk kambing terdapat banyak kesamaan dengan sebutan di negara-negara tetangga tersebut.

Ada beberapa teori di balik penggunaan kata「ヤギ」(yagi) sebagai sebutan untuk kambing di bahasa Jepang. Pertama, kata yagi diyakini berasal dari kata-kata yang digunakan di Tiongkok kuno. Pada zaman Shang dan Zhou (1600-256 SM), orang Tiongkok mengenal kambing dengan sebutan yang mirip dengan yagi, yaitu ‘yě’ (羊). Kemudian, kata tersebut menyebar ke seluruh Asia dan menjadi sebutan umum untuk kambing. Ada juga teori yang menyebutkan bahwa kata「ヤギ」(yagi) berasal dari bahasa Ainu, suku asli di Hokkaido, yang menamakan kambing dengan kata yang mirip, yai.

Di Jepang, kambing sebenarnya bukan termasuk binatang yang biasa dikonsumsi, meskipun sudah mulai dikenal di kalangan masyarakat Jepang sejak kurang lebih 1500 tahun yang lalu. Pada periode Edo (1603-1868), kambing mulai berkembang di Jepang dan banyak dipelihara sebagai hewan kurban di kuil-kuil atau dijadikan hewan peliharaan. Namun, konsumsi daging kambing masih terbatas, terutama karena masyarakat Jepang pada masa itu lebih memilih daging babi atau daging sapi sebagai sumber protein.

Sebutan bahasa Jepang untuk kambing, yagi, masih digunakan hingga saat ini. Meskipun demikian, penggemar kambing di Jepang relatif kecil dan kambing umumnya hanya ditemukan di peternakan atau peternakan hewan di sekitar kota-kota besar. Di beberapa kota di Jepang, seperti Nagasaki dan Hokkaido, terdapat beberapa restoran atau toko yang khusus menjual daging kambing, namun jumlahnya masih sangat terbatas.

Dalam bahasa Jepang, sebutan untuk hewan-hewan lainnya juga sangat menarik untuk dipelajari. Misalnya, sapi disebut「ウシ」(ushi), kucing disebut「ネコ」(neko), dan kuda disebut「ウマ」(uma). Ada juga sebutan umum untuk hewan liar seperti ayam hutan, babi hutan, dan monyet, yang biasa disebut sebagai「キジ」(kiji),「イノシシ」(inoshishi), dan「サル」(saru).

Bagaimana menurutmu dengan sebutan bahasa Jepang untuk kambing? Apakah kamu tertarik mencicipi daging kambing di Jepang atau memelihara kambing sebagai hewan piaraan? Jangan lupa untuk meninggalkan komentarmu di bawah ini, ya!

Kaitan antara kata kambing dan tradisi shinto di Jepang


Kambing dalam tradisi shinto

Kambing atau “hitsuji” dalam bahasa Jepang memainkan peran penting dalam tradisi Shinto, agama asli Jepang yang dianut oleh sebagian besar penduduk Jepang. Shinto berfokus pada penghormatan terhadap roh-roh yang dianggap ada dalam semua benda-benda di alam semesta, termasuk hewan, tumbuhan, batu, dan air.

Salah satu praktik yang dilakukan di kuil-kuil Shinto adalah mempersembahkan hewan – termasuk kambing – sebagai korban suci. Proses ini disebut sebagai “mikku” atau “mikoshi-arai” yang merupakan ritual pembersihan untuk menghilangkan segala jenis energi negatif dari kuil dan orang yang berada di sekitarnya.

Sebelum hewan dipersembahkan, kambing akan dirawat dengan baik dengan memberikan makanan yang baik dan juga minuman air suci selama beberapa waktu. Kambing yang dipilih untuk acara tersebut biasanya adalah kambing jantan yang berusia satu tahun dan masih berbulu putih.

Kambing di kuil Shinto

Selain sebagai korban suci, kambing juga dianggap sebagai simbol kesucian dan kebaikan dalam budaya Jepang, hal ini sejalan dengan filosofi Shinto. Kambing dianggap sebagai makhluk yang murni dan tidak bercela, karena itu mereka dijadikan sebagai simbol kemurnian dan kesucian.

Di beberapa kuil Shinto, kambing juga sering digunakan sebagai bahan ukiran hiasan di pintu gerbang kuil. Ukiran ini biasanya dihiasi dengan gambar kambing atau figur kambing yang dibuat dari kayu, dan menjadi lambang perlindungan dan keamanan kuil.

Namun seiring perkembangan zaman, terdapat pandangan negatif terhadap perlakuan terhadap kambing dalam praktik Shinto tersebut. Pasalnya, proses pemberian makanan suci dan persembahan pada akhirnya bisa berakhir pada kambing disembelih. Hal ini menimbulkan keresahan di kalangan beberapa aktivis hak-hak hewan yang menganggap praktik tersebut mengancam kehidupan dan perlindungan hewan.

Oleh karena itu, kini terdapat beberapa pendekatan alternatif dalam kelompok Shinto yang menjunjung tinggi nilai kesucian dan kehormatan, dengan mempertimbangkan pandangan yang lebih sensitif terhadap hak-hak hewan.

Secara keseluruhan, kambing memiliki tempat yang sangat penting dalam praktik Shinto. Sebagai simbol kemurnian, kesucian, dan perlindungan, kuil-kuil Shinto sering menggambarkan keberadaan kambing dalam bentuk gambar atau hiasan arsitektur. Namun di sisi lain, perdebatan etis tentang penggunaan kambing dalam praktik Shinto berlanjut dalam beberapa tahun terakhir.

Kambing sebagai simbol keberuntungan dan kesuksesan dalam bahasa Jepang


Kambing jepang

Banyak dari kita mungkin mengenal angka 12 atau shio kambing sebagai simbol astrologi Cina yang mewakili karakter dan nasib seseorang ketika lahir di tahun tersebut. Bagi kebanyakan orang Indonesia, kambing mungkin dianggap sebagai binatang yang cukup biasa dan tidak memiliki makna khusus. Namun, tahukah kamu bahwa kesuksesan dan keberuntungan juga terkait dengan kambing dalam bahasa dan budaya Jepang? Mari kita bahas lebih lanjut.

Kambing jepang 2

Di Jepang, kambing atau hitsuji (羊) sering kali dikaitkan dengan konsep keberuntungan dan kemakmuran. Tak hanya itu, kambing juga sering dipakai sebagai simbol pada perusahaan dan organisasi untuk menarik keberuntungan dan meningkatkan rezeki.

Ada dua alasan penting yang menjadikan kambing sebagai simbol keberuntungan di Jepang. Pertama, janggut kambing yang melambangkan kedamaian. Dalam bahasa Jepang, janggut kambing disebut higen (髭元) yang jika dibaca secara terpisah memiliki arti, horenai (不orenai) yang berarti tidak dirugikan atau untung-untungan. Ungkapan ini dipercaya oleh orang Jepang sebagai doa untuk mendapatkan kesuksesan dan keberuntungan dalam kehidupan sehari-hari.

Kambing anime

Alasan kedua yang menjadikan kambing sebagai simbol keberuntungan di Jepang adalah karena kambing dianggap sebagai binatang yang keras kepala dan tekad kuat. Karakter ini dipercaya sebagai sifat terpuji yang dapat membantu mengatasi masa-masa sulit dan membimbing seseorang menuju kesempatan yang lebih baik.

Sebagai contoh, jika kamu pernah menonton film anime atau manga, kamu mungkin sering menemukan karakter yang digambarkan sebagai garangan dan keras kepala seperti Katsuki Bakugo dari My Hero Academia atau Eren Yeager dari Attack on Titan. Kedua karakter ini memiliki sifat seperti seekor kambing yang keras kepala namun tetap kuat dan pantang menyerah dalam menghadapi tantangan.

Kambing jepang 3

Nah, jadi itulah beberapa alasan mengapa kambing dianggap sebagai simbol keberuntungan dan kesuksesan dalam bahasa Jepang. Menggunakan simbol kambing dalam berbagai elemen, seperti merchandise, gedung perkantoran, dan akan memberikan keberuntungan bagi pemiliknya. Jadi jika kamu sedang memulai usaha atau sedang dalam kondisi yang kurang beruntung, mungkin kamu bisa mencari merchandise yang berhiaskan gambar kambing sebagai doa untuk mendapatkan keberuntungan dan kesuksesan di dalam hidupmu.

Selain itu, kamu juga bisa mempraktikkan filosofi keras kepala dan tekad kuat seperti seekor kambing dalam menjalani hidup. Cobalah untuk tetap berpegang pada tujuan dan pantang menyerah dalam menghadapi rintangan. Siapa tahu, kamu akan mendapatkan kesempatan besar dan mendapatkan keberuntungan yang lebih besar di masa depan.

Iklan