Review Anime Just Because!

Review Anime Girls Last Tour
Table of contents: [Hide] [Show]

Review Anime Just Because! | Just Because! menjadi satu lagi entri dalam dunia anime dengan premis romansa yang tak terhindarkan dan nama yang dapat mengejutkan dalam bahasa Inggris.

Dengan musim gugur tahun 2017 sebagai latar belakangnya, anime ini, yang terdiri dari 12 episode dengan durasi 24 menit setiap episode, diproduksi oleh studio Pine Jam. Bagaimana penilaian sebenarnya terhadap anime ini? Mari kita telaah lebih dalam.

Review Anime Just Because!

Premis dan Karakter

Ketika pertama kali mendengar tentang “Just Because!”, sulit untuk tidak mempermasalahkan nama anime ini yang tampak seperti terjemahan yang kurang tepat dalam bahasa Inggris. Tapi, jangan biarkan kesan pertama menipu.

Anime ini tidak sepenuhnya mengikuti stereotip romansa remaja yang sering kita lihat. Meskipun memiliki premis yang umum—seperti karakter utama pria yang baru pindah ke kota dan memiliki kisah cinta yang kompleks—”Just Because!” berhasil menghindari jebakan klise dan klise ecchi yang sering mewarnai genre sejenis.

Pertengahan artikel terlihat bahwa karakter utama, Izumi Eita, tergambarkan sebagai introvert yang cenderung menjadi pria beta. Namun, hal ini tidak sepenuhnya merugikan anime ini. Karakterisasi yang cenderung klise ini diimbangi oleh penekanan pada karakter pendukung, terutama Komiya Ena, yang muncul sebagai karakter yang lebih dinamis dan menarik.

Pengembangan Cerita dan Pencapaian

Dalam menghadapi tantangan tipikal genre romansa, “Just Because!” mencoba menjelajahi tiga hubungan romantis sekaligus. Dengan hanya 12 episode untuk mengeksplorasi ketiga pasangan ini, anime ini dihadapkan pada tugas yang cukup berat. Rata-rata, setiap pasangan hanya mendapatkan empat episode untuk pengembangan karakter mereka. Inilah yang menjadi salah satu kelemahan utama anime ini.

Pengembangan karakter utama terutama terbatas pada peran mereka dalam hubungan romantis, dengan pengecualian Komiya. Komiya Ena muncul sebagai karakter yang paling terperinci, menunjukkan berbagai emosi dan sikap yang proaktif, mengontraskan dengan karakter Izumi.

Romansa antara Souma dan Morikawa tampaknya adalah yang paling dapat diterima dalam konteks ini. Perasaan Souma yang telah lama dimiliki terhadap Morikawa memberikan landasan yang kuat untuk pengembangan hubungan mereka. Meskipun tidak drama terbaik, tetapi kisah ini terasa realistis.

Sebaliknya, romansa antara Izumi dan Natsume, karakter utama lainnya, terlihat seperti kecelakaan besar. Tidak hanya dipenuhi oleh kesalahpahaman yang disebabkan oleh ketidakkomunikasian sadar, namun adegan pengakuan, momen krusial dalam kisah cinta, justru dilewatkan begitu saja.

Anime ini memilih untuk langsung menuju ke adegan bahagia setelah pertemuan mereka di bawah bunga sakura. Keputusan ini bisa jadi kontroversial, terutama bagi penonton yang mengharapkan momen pengakuan yang menyentuh.

Aspek Visual

Satu aspek yang patut diapresiasi dari “Just Because!” adalah kualitas visualnya. Pine Jam berhasil menyajikan detail yang memukau dalam setiap adegan. Latar belakangnya sangat terperinci, memberikan kedalaman pada pengalaman visual penonton. Bangunan, langit-langit, dan dinding menunjukkan tingkat tekstur yang tinggi, dan penggunaan adegan malam memberikan nuansa kota yang memikat.

Ini merupakan usaha yang patut diacungi jempol dari Pine Jam, terutama mengingat ini hanya anime penuh kedua mereka. Bagian seni yang kuat memberikan dampak positif pada penilaian keseluruhan anime ini.

Baca Juga: Review Anime Girls Last Tour

Akting dan Musik

Dalam hal kinerja akting, tidak ada keluhan berarti. Meskipun karakter Izumi mungkin terasa klise dengan kepribadian beta-nya, pengisi suara berhasil menyampaikan karakternya dengan baik. Lagu pembuka, yang dinyanyikan oleh Yanagi Nagi, memberikan nuansa yang sesuai dengan tema romantis anime ini. Sementara itu, soundtrack lainnya cukup memadai meskipun tidak dapat dianggap sebagai yang paling memorabel.

Kesimpulan

Secara keseluruhan, “Just Because!” dapat dianggap sebagai anime romansa yang layak ditonton, terutama bagi mereka yang mencari sesuatu di luar klise genre. Meskipun memiliki kelemahan dalam pengembangan karakter dan pengolahan romansa tertentu, anime ini berhasil menyajikan visual yang memukau dan mempertahankan beberapa elemen kejutan dalam kisah cintanya.

Apakah “Just Because!” layak ditonton? Tentu saja, tetapi mungkin lebih cocok sebagai tontonan sekali atau dua kali. Di antara banyaknya pilihan anime saat ini, terdapat beberapa yang mungkin lebih memikat perhatian Anda jika waktu Anda terbatas.

Meskipun demikian, Pine Jam menunjukkan potensi mereka dalam menghadirkan karya yang menarik, dan ke depannya, kita mungkin melihat produksi-produksi yang lebih matang dari studio ini.

Iklan