Sejarah Kalender Tradisional Jepang


Kalender Tradisional Jepang

Kalender tradisional Jepang (koyo) dipakai sejak zaman kuno dan merupakan salah satu budaya penting Jepang. Bahasa Jepangnya kalender terdiri dari dua jenis, yakni kalender masa lalu yaitu rokuyo dan kalender modern yaitu reki. Kalender yang digunakan saat ini di Jepang adalah kalender modern.

Adapun penamaan untuk setiap bulan pada kalender tradisional Jepang diambil dari nama-nama bunga atau nama-nama bulan. Penamaan ini juga dipakai dalam kehidupan sehari-hari dan acara-acara penting di Jepang.

Kalender tradisional Jepang diawali dengan bulan Januari yang disebut Mutsuki. Bulan ini dihubungkan dengan dewa air, Saruta-hiko. Sementara itu, bulan Februari disebut Kisaragi, dan dalam budaya Jepang, bulan ini juga dikaitkan dengan dewa air.

Selanjutnya bulan Maret, disebut dengan Yayoi, merupakan bulan yang sangat penting dalam kalender tradisional. Di Jepang, bulan ini dimaknai sebagai awal musim semi dan juga dihubungkan dengan dewa pertanian, Inari. Bulan April disebut dengan Uzuki, yang dihubungkan dengan kehidupan perempuan.

Bulan Mei disebut dengan Satsuki, dihubungkan dengan dewa tanah dan awal musim panas. Bulan Juni, Minazuki, memiliki arti “bulan yang selalu terukir”, konon karena bulan ini sering ditemani oleh suara ujian merangsang otak, shoozu sebagai alat bantu belajar. Sedangkan bulan Juli dinamakan Hazuki, dihubungkan dengan dewa bulan terkenal Tsukiyomi no mikoto. Bulan ini juga dinamakan, “bulan penuh gembira”, terutama karena merupakan musim liburan sekolah.

Bulan Agustus disebut dengan Nagatsuki, disebut juga sebagai musim tanam padi, disini ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan sebelum penanaman padi seperti membangun rakit kecil dan membakar kerabat. Bulan September di Jepang disebut sebagai Fumitzuki. Fumitzuki berarti mengumpulkan dan menyimpan dalam bahasa Jepang.

Lalu, bulan Oktober disebut dengan Kamiarizuki, yang memiliki arti “bulan terang” karena konon pada bulan Oktober langit di Jepang terlihat sangat cerah. Bulan November disebut dengan Shimotsuki, dihubungkan dengan bulan terakhir bagi para penyelam, karena musim dingin membuat perairan menjadi dingin dan susah dijelajahi.

Akhirnya, di bulan Desember, alias Shiwasu, di Jepang dikenal sebagai musim dingin yang dihubungkan dengan dewa laut yang menjaga laut Jepang, yang namanya adalah Watatsumi. Di akhir tahun Jepang semua orang mempersiapkan diri untuk merayakan shogatsu, yaitu perayaan Tahun Baru dalam bahasa Jepangnya. Shogatsu merupakan perayaan budaya terbesar di Jepang dan akan membahas lebih detail pada artikel terpisah.

Hangeul: Sistem Penulisan Kalender Jepang


kalender jepang

Bahasa Jepang memiliki sistem penulisan kalender yang unik. Sistem ini disebut “Nengo” yang artinya “era” atau “tahun zaman”. Pada saat ini, Jepang menetapkan sistem penanggalan menggunakan kalender Gregorian seperti yang digunakan di seluruh dunia. Namun, sistem Nengo ini tetap digunakan di Jepang sebagai salah satu cara untuk mengukur waktu dalam konteks sejarah, budaya dan politik.

Sistem Nengo dimulai dengan pemberian nama era baru untuk periode pemerintahan kaisar yang baru. Setiap era memiliki karakteristik dan penyebab perubahan yang membuat era baru dimulai. Misalnya, pada tanggal 1 Mei 2019, Jepang memasuki era baru, “Reiwa” yang menggantikan era “Heisei” yang telah berlangsung selama 30 tahun.

Setiap era memiliki satu atau lebih karakteristik khusus yang saat ini digunakan dalam bahasa sehari-hari. Setiap era juga dapat dibagi menjadi beberapa periode yang disebut “Gengo”, dan ditandai dengan nama dan nomor tahun yang berbeda untuk setiap periode. Misalnya, era Meiji memiliki 45 Gengo yang dimulai dari tahun 1868 hingga 1912.

Setiap tahun dalam setiap periode dihitung berdasarkan tahun berapa periode dimulai. Misalnya, pada 8 Desember 2021, kita berada di tahun ke-4 dari periode Reiwa. Perhitungan ini dilakukan sejak tahun 645 Masehi, saat Jepang mengadopsi sistem penanggalan Tionghoa.

Nama era baru biasanya diumumkan beberapa bulan sebelum pemerintahan baru dimulai dan dihitung mundur dari tanggal 1 Januari, tahun baru kalender Gregorian.

Sekarang, Anda telah mengetahui tentang sistem penulisan kalender Jepang yang unik, yaitu Nengo. Jangan lupa untuk belajar lebih banyak tentang budaya dan kebiasaan Jepang untuk memperluas pengetahuan Anda.

Penamaan bulan dalam kalender Jepang


Penamaan bulan dalam kalender Jepang

Bahasa Jepang terkenal dengan berbagai tradisi dan budaya yang masih lestari hingga saat ini, termasuk pula dalam hal penamaan bulan dalam kalender Jepang. Seperti yang kita tahu, kalender Jepang memiliki pola penamaan bulan yang berbeda dengan kalender yang biasa kita gunakan sehari-hari. Tidak hanya itu, penamaan bulan dalam kalender Jepang pun memiliki makna tersendiri yang mengandung pesan moral dan kearifan lokal. Berikut ini adalah penjelasan tentang penamaan bulan dalam kalender Jepang:

1. Januari (Mutsuki)

Januari atau Mutsuki dalam bahasa Jepang, memiliki arti “bulan mengabulkan permintaan”. Ini dikarenakan Januari merupakan bulan permulaan tahun baru di Jepang, sehingga dianggap sebagai momen yang tepat untuk memohon keselamatan dan keberuntungan di masa depan.

2. Februari (Kisaragi)

Februari atau Kisaragi dalam bahasa Jepang, memiliki arti “bulan memotong kayu bakar”. Bulan Februari dianggap sebagai momen yang tepat untuk mempersiapkan persediaan kayu bakar untuk musim dingin yang masih panjang. Biasanya di bulan ini, suhu di Jepang masih tergolong dingin sehingga pemanasan rumah menjadi hal yang sangat penting.

3. Maret (Yayoi)

Maret atau Yayoi dalam bahasa Jepang, memiliki arti “bulan tunas”. Maret merupakan momen dimana musim semi sudah mulai tiba di Jepang. Terdapat banyak sekali bunga dan dedaunan yang bermekaran dalam bulan ini, sehingga dianggap sebagai bulan yang sangat indah.

Selain itu, pada zaman kuno Jepang, bulan Maret juga dianggap sebagai momen yang tepat untuk melakukan upacara-upacara keagamaan untuk memohon kesuburan dan keberhasilan dalam bercocok tanam.

4. April (Uzuki)

April atau Uzuki dalam bahasa Jepang, memiliki arti “bulan kesadaran”. Pada bulan April di Jepang, biasanya telah memasuki musim semi yang penuh dengan kesibukan dan pekerjaan-baru, seperti memulai tahun pelajaran baru dan memulai pekerjaan baru.

Maka dari itu, bulan April menjadi momen yang tepat untuk mengambil kesadaran dalam menjalankan pekerjaan dan tanggung jawab yang masih banyak menanti di depan.

5. Mei (Satsuki)

Mei atau Satsuki dalam bahasa Jepang, memiliki arti “bulan kebahagiaan”. Bulan Mei dianggap sebagai momen yang cocok untuk merayakan kebahagiaan, baik melalui festival-festival yang diadakan di berbagai daerah, maupun melalui momen berkumpul bersama keluarga dan rekan kerja.

6. Juni (Minazuki)

Juni atau Minazuki dalam bahasa Jepang, memiliki arti “bulan tanpa air”. Pada bulan Juni di Jepang, biasanya curah hujan sudah mulai berkurang sehingga tanah menjadi kering. Namun meskipun begitu, bulan Juni dianggap sebagai momen yang penuh dengan harapan dan semangat untuk meraih kesuksesan dan kebahagiaan di masa depan.

7. Juli (Fumizuki)

Juli atau Fumizuki dalam bahasa Jepang, memiliki arti “bulan menabur benih”. Bulan Juli di Jepang merupakan momen yang tepat untuk menanam dan menabur benih untuk musim berikutnya. Hal ini juga diartikan sebagai momen untuk mempersiapkan diri menuju masa depan yang lebih baik.

8. Agustus (Hazuki)

Agustus atau Hazuki dalam bahasa Jepang, memiliki arti “bulan penuh kelopak”. Pada bulan ini di Jepang, bunga-bunga seperti padma dan mawar bermekaran dengan indahnya. Hal ini melambangkan keindahan dan keharmonisan yang ada di alam semesta.

9. September (Nagatsuki)

September atau Nagatsuki dalam bahasa Jepang, memiliki arti “bulan panjang”. Bulan September dianggap sebagai momen yang tepat untuk menikmati hari-hari yang panjang dan indah dalam tahun ini, seperti menikmati pemandangan musim gugur yang cantik atau bepergian bersama keluarga dan teman-teman.

10. Oktober (Kannazuki)

Oktober atau Kannazuki dalam bahasa Jepang, memiliki arti “bulan tanpa dewa”. Konon, di bulan Oktober para dewa sedang melakukan perjalanan jauh sehingga dianggap sebagai momen yang tepat untuk merenung dan bersyukur atas segala nikmat dan perlindungan yang diberikan oleh dewa-dewa tersebut selama setahun penuh.

11. November (Shimotsuki)

November atau Shimotsuki dalam bahasa Jepang, memiliki arti “bulan es”. Pada bulan ini di Jepang, biasanya musim dingin sudah tiba dan barang-barang seperti es dan salju banyak ditemukan. Bulan November dianggap sebagai momen yang tepat untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi musim dingin yang akan datang.

12. Desember (Shiwasu)

Desember atau Shiwasu dalam bahasa Jepang, memiliki arti “bulan kesucian”. Bulan Desember dianggap sebagai momen yang sangat spesial di Jepang, karena di bulan ini terdapat banyak festival dan momen keagamaan yang diadakan sebagai ungkapan rasa syukur dan kesucian selama setahun penuh.

Nah, itulah penjelasan tentang penamaan bulan dalam kalender Jepang beserta makna dan pesan moral yang terkandung di dalamnya. Semoga bermanfaat!

Perbedaan kalender Gregorian dan kalender Jepang


Kalender Jepang dan Gregorian

Kalender Jepang, atau yang disebut juga Heisei, saat ini digunakan di Jepang dan memiliki perbedaan dengan kalender Gregorian yang digunakan di seluruh dunia. Salah satu perbedaan utama adalah pada system penanggalan. Kalender Jepang memiliki tahun berbasis cyclus kekaisaran, sedangkan kalender Gregorian memiliki tahun berbasis perkiraan gerakan bumi mengelilingi matahari. Berikut ini adalah perbedaan lainnya:

Tahun Awal dan Penghitungan Tahun

Tahun Awal Kalender Jepang

Tahun awal Kalender Jepang dimulai saat Kaisar Jimmu naik tahta pada tahun 660 SM. Sejak saat itu, setiap hingga bergantinya Kaisar menjadikan perubahan tahun baru di kalender Jepang. Sedangkan, kalender Gregorian tahun awalnya dimulai saat Yesus Kristus lahir, tetapi perhitungannya diawali pada tahun 1 EM.

Jumlah Hari dalam Satu Tahun dan Nama Bulan

Nama Bulan Kalender Jepang

Satu tahun di kalender Jepang terdiri dari 12 bulan, di mana setiap bulannya memiliki jumlah hari yang berbeda-beda. Jumlah hari dalam satu tahun pada kalender Jepang bergantung pada era yang sedang berlangsung. Saat ini, Heisei memiliki 365 hari. Sementara itu, kalender Gregorian memiliki tahun dengan jumlah hari tetap, yaitu 365 hari, dan pada tahun kabisat memiliki 366 hari. Setiap bulan pada kalender Gregorian memiliki jumlah hari yang sudah ditetapkan sebelumnya, yaitu antara 28-31 hari. Pada kalender Jepang pun demikian, cuma saja masing-masing bulan diberi nama unik.

Sistem Penanggalan

Sistem Penanggalan Kalender Jepang

Di kalender Jepang, penanggalan tidak dimulai dari 1 Januari seperti kalender Gregorian. Di Jepang, mereka menggunakan penghitungan penanggalan yang mulai dari 1 pada tanggal 1 Januari sampai 7 Januari. Saat ini, tahun 2021 pada kalender Jepang, atau Heisei 33, dimulai pada tanggal 1 Januari 2021 dan berakhir pada tanggal 31 Desember 2021. Pada era sebelum Heisei, Taisho, penanggalan dihitung dengan menghitung banyaknya tahun sejak era Meiji yang bermula pada tanggal 1 September 1868.

Penyebutan Tahun

Penyebutan Tahun Kalender Jepang

Saat menyebutkan tahun dalam kalender Jepang, mereka biasanya menyebutkan nama era yang berlangsung. Sebelum Heisei, Jepang memiliki beberapa era lainnya seperti Meiji, Taisho, dan Showa. Era baru akan dimulai ketika Kaisar yang baru naik takhta. Di kalender Gregorian, tahun dihitung dengan menggunakan angka dari tahun 1 hingga tahun sekarang.

Demikianlah perbedaan antara kalender Gregorian dan kalender Jepang yang terkenal dengan Heisei-nya. Meski terdapat perbedaan pada perhitungan waktu, kalender Jepang tetap digunakan oleh warga Jepang sebagai tanda kebersamaan dalam kebudayaan mereka.

Penggunaan Kalender Jepang dalam Kehidupan Sehari-hari di Jepang


Kalender Jepang di Jepang

Kalender Jepang atau dalam bahasa Jepang disebut “koyomi” memiliki beberapa perbedaan dengan kalender yang digunakan di banyak negara lainnya. Kalender Jepang didasarkan pada siklus bulan dan matahari serta menggunakan sistem penamaan tahun yang berbeda. Penggunaan kalender Jepang memiliki peran yang penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang selama berabad-abad.

Masa-masa Penting

Hari Penting Kalender Jepang

Kalender Jepang menggambarkan pentingnya berbagai acara dan peristiwa dalam masyarakat Jepang serta mengatur waktu peringatan hari-hari penting. Sebagai contoh, Umi no hi (Hari Laut) pada tanggal 20 Juli memperingati laut dan kekayaan alam yang disediakan oleh laut. Pada tanggal 3 Maret, Hinamatsuri atau Festival Boneka merupakan hari raya yang diperingati khusus untuk anak perempuan. Untuk memperingati hari-hari penting tersebut, masyarakat Jepang biasanya akan mengadakan acara perayaan khusus dan mengikuti tradisi yang telah ada sejak lama.

Sistem Penamaan Tahun

Shio Mus Kalender Jepang

Sistem penamaan tahun pada kalender Jepang menggunakan shio dan mus. Shio adalah salah satu dari 12 binatang zodiak Cina, sedangkan mus adalah elemen dari lima unsur alami yang dipercaya mempengaruhi sifat individual yang lahir di tahun tertentu. Shio dan mus dikombinasikan untuk membentuk siklus 60 tahun, di mana setiap tahun diberi nama yang spesifik, seperti tahun Shio Kuda atau Mus Air. Di Jepang, pada tahun-tahun tertentu, masyarakat akan melakukan pembersihan rumah, mengganti dekorasi, dan melakukan persiapan khusus untuk tahun baru agar membantu memulai tahun baru dengan baik.

Perhitungan Cuaca dan Pertanian

Perhitungan Cuaca Kalender Jepang

Pada awalnya, kalender Jepang didasarkan pada pertanian dan perubahan musim. Oleh karena itu, kalender Jepang digunakan untuk perhitungan cuaca dan kesuburan tanah, serta mengatur waktu penanaman dan panen. Masyarakat masih menggunakan kalender Jepang hingga saat ini untuk mengikuti perkembangan cuaca dan peristiwa alam, seperti bunga sakura yang mekar atau hujan musim. Selain itu, kalender Jepang masih menjadi pedoman petani untuk menentukan waktu terbaik untuk menanam dan panen.

Penggunaan Kalender Jepang di Dunia Bisnis

Bisnis Kalender Jepang

Kalender Jepang juga digunakan dalam dunia bisnis di Jepang. Perusahaan-perusahaan mengikuti musim dan perayaan-perayaan lokal untuk membuat rencana dan strategi kerja mereka. Pergantian tahun baru menjadi waktu yang penting untuk merayakan kesuksesan bisnis dan juga membahas tujuan dan rencana untuk tahun baru. Perusahaan juga sering memberi hadiah perusahaan dengan gambaran binatang shio tahun baru.

Penggunaan Kalender Jepang di Kehidupan Sehari-hari

Kalender Jepang di Kehidupan Sehari-hari

Di kehidupan sehari-hari, kalender Jepang digunakan sebagai penghitung hari dan jadwal kegiatan. Masyarakat Jepang biasanya menuliskan tanggal dan hari dalam kalender Jepang untuk mengatur jadwal kegiatan mereka. Kalender Jepang juga digunakan dalam berbagai aspek kehidupan seperti televisi, bisnis, dan festival serta acara lainnya.

Demikianlah penggunaan kalender Jepang dalam kehidupan sehari-hari di Jepang. Meskipun kalender Jepang memiliki banyak perbedaan dengan kalender yang digunakan di negara lain, namun penggunaannya memiliki peran penting dalam budaya Jepang dan kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang.

Iklan