6 Tragedi Paling Kelam di Indonesia yang Masih Menyisakan Luka

 

Tragedi Paling Kelam di Indonesia-Hampir menginjak 77 tahun Indonesia merayakan kemerdekaan. Sepanjang kemerdekaan Indoensia telah terjadi tragedi sejarah di Indonesia yang masih menyisakan luka bagi para keluarga korban. Kita akan bahas 6 tragedi paling kelam sepanjang sejarah Indonesia.

1. Pengkhianatan G30S/PKI

Di urutan pertama ada tragedi Gerakan 30 September 1965 atau yang disebut G30S/PKI. Terjadi pada 30 September 1965 Tragedi G30S/PKI terjadi pada 30 September 1965 malam hari hingga dini hari dan masuk 1 Oktober 1965.

Beberap tokoh penting di Angkatan Darat menjadi korban, seperti Letnan Jenderal (Anumerta) Ahmad Yani, Mayor Jenderal (Anumerta) Raden Soeprapto, Mayor Jenderal (Anumerta) Mas Tirtodarmo Haryono, Mayor Jenderal (Anumerta) Siswondo Parman, Brigadir Jenderal (Anumerta) Donald Isaac Panjaitan, dan Brigadir Jenderal (Anumerta) Sutoyo Siswomiharjo.

Ada pula perwira menengah Angkatan Darat yang menjadi korban kebiadaban G30S/PKI di Yogyakarta yakni Kolonel (Anumerta) Sugiyono.

Selain tokoh penting Angkatan Darat yang gugur dalam tragedi G30S/PKI, ada pula figur lain yang ikut gugur, seperti Ajudan Menhankam/Kasab Jenderal Abdul Haris Nasution, Letnan Satu (Anumerta) Pierre Andreas Tendean, Pengawal Wakil Perdana Menteri II (Waperdam II) Dr. J. Leimena, Brigadir Polisi (Anumerta) Karel Satsuit Tubun dan putri dari Jenderal Abdul Haris Nasution, Ade Irma Suryani Nasution.

Dengan keji gerombolan G30S/PKI menyerang kediaman tokoh-tokoh militer di Jakarta dan Yogyakarta. Terjadi penculikan dan pembunuhan kemudian jasadnya dibuang ke dalam lubang buaya Jalan Lubang Buaya, Kelurahan Lubang Buaya, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur.

Tragedi G30S/PKI yang didalangi oleh Dipa Nusantara Aidit atau DN Aidit pemimpin terakhir PKI. Di bawah kontrol DN Aidit, PKI menjadi besar walau didapat melalui sistem pemerintahan parlementer.

Tujuan utama G30S/PKI adalah sebagai berikut:

  • Menghancurkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) menjadikannya negara komunis.
  • Menyingkirkan TNI Angkatan Darat dan merebut kekuasaan pemerintahan.
  • Mewujudkan cita-cita PKI, yakni menjadikan ideologi komunis dalam membentuk sistem pemerintahan yang digunakan sebagai alat untuk mewujudkan masyarakat komunis.
  • Mengganti ideologi Pancasila menjadi ideologi komunis.
  • Kudeta yang dilakukan kepada Presiden Soekarno tak lepas dari rangkaian kegiatan komunisme internasional.

2. Pembantaian PKI (1965 – 1966)

Di urutan kedua ada tragedi pembantaian terhadap orang-orang yang dituduh berafiliasi dengan ideologi komunis tahun 1965 – 1966 setelah kegagalan kudeta Gerakan 30 September 1965 (G30S/PKI). Menurut pendapat sejarawan kurang lebih setengah juta orang dibantai. Menurut perkiraan komando keamanan angkatan bersenjata antara 450.000 sampai 500.000 jiwa dibantai.

Pembersihan terhadap orang-orang yang dituduh berafiliasi dengan ideologi komunis dimulai Oktober 1965 di Jakarta, hingga menyebar ke Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali. Pembantaian tingkat kecil dilancarkan di pulau-pulau lainnya, termasuk Sumatera. Pembantaian terdahsyat terjadi di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Petinggi-petinggi PKI diburu dan ditembak, Njoto ditembak pada tanggal 6 November 1965, Ketua PKI DN Aidit pada 22 November 1965 dan Wakil Ketua PKI M. H. Lukman sesudahnya.

Kebencian terhadap komunis diembuskan oleh Angkatan Darat, sehingga banyak masyarakat antusias dalam pembantaian ini. Beberapa tempat, militer melatih dan mempersenjatai milisi-milisi lokal.

3. Kecelakaan Kereta Bintaro (1987)

Di urutan ketiga ada tragedi yang tak kalah kelam yakni kecelakaan kereta Bintaro atau yang biasa disebut Tragedi Bintaro. Kejadian yang melibatkan dua buah kereta api di daerah Pondok Betung, Bintaro, Jakarta Selatan pada 19 Oktober 1987 termasuk dalam musibah terkelam dalam perkeretaapian Indonesia.

Tragedi bermula dari kereta KA 220 Jurusan Tanah Abang-Merak berangkat dari Stasiun Kebayoran bertabrakan dengan kereta lokal KA 225 Jurusan Rangkasbitung-Jakarta Kota berangkat dari Stasiun Sudimara. Tragedi ini memakan korban sebanyak 139 orang meninggal dan 254 lainnya mengalami luka berat.

Pemimpin Perjalanan Kereta Api (PPKA) meminta persilangan kereta di Stasiun Kebayoran. Namun ternyata, telah terjadi pergantian petugas PPKA di Stasiun Kebayoran tidak mengetahui rencana tersebut. Setelah terlambat mengetahui persilangan kereta tersebut, petugas berusaha mengosongkan salah satu kereta KA 220 dengan langkah darurat, yakni memindahkan rangkaian KA 225 dari kereta 3 ke kereta 1.

Baca Juga:  Benarkah Akan Terjadi Perang Dunia 3 dan Negara Manakah Yang Terlibat ?

Apesnya, upaya tersebut gagal hingga telinga masinis KA 225 Slamet Suradyo. Petugas memberi sinyal terompet dan menggerakkan kedua tangan sebagai isyarat agar kereta berhenti. Akhinya Slamet tidak melihat sinyal dan terus memacu laju kereta dan kereta KA 225 yang dikemudikan Slamet menabrak KA 220.

4. Kerusuhan Mei (1998)

Di urutan keempat ada tragedi kelam yang menandai berakhirnya kedikdatoran Rezim Orde Baru dan Presiden Soeharto akhirnya lengser. Awal peristiwa ini bermula dari krisis ekonomi yang melanda Thailand pada 1997.

Hal tersebut berakibat pada perekonomian Indonesia, lebih parah lagi nilai tukar Rupiah terjun bebas hingga 15 ribu rupiah per dolar AS yang berdampak pada krisis moneter dan pertumbuhan ekonomi minus 30 persen. Hal tersebut diperparah dengan praktik KKN yang merajalela di pemerintahan hingga akhirnya mahasiswa turun ke jalan untuk melakukan 4 tuntutan sebagai berikut:

  • Mendesak pemerintah mengatasi krisis ekonomi
  • Menuntut dilakukan reformasi segala bidang
  • Menuntut dilakukan Sidang Istimewa MPR
  • Menuntut pertanggungjawaban presiden

Puncaknya tanggal 12 Mei 1998 meletuslah Tragedi Trisakti dimana empat mahasiswa Universitas Trisakti meregang nyawa tertembak saat melakukan aksi demonstrasi. Keempat mahasiswa tersebut adalah Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin Royan, dan Hendrawan Sie. Kerusuhan tersebut meluas hingga ke kota-kota besar lainnya, seperti Solo, Surabaya, Medan, Makassar, dan Padang.

Tak hanya aksi anarkisme, tetapi etnis minoritas Tionghoa juga menjadi sasaran persekusi. Banyak pertokoan milik etnis Tionghoa rusak dijarah.

5. Konflik Sampit (2001)

Selanjutnya adalah konflik Sampit atau yang disebut juga perang sampit adalah pecahnya kerusuhan antar etnis di Kota Sampit, Kalimantan Tengah pada awal Februari 2001 dan berlangsung sepanjang tahun tersebut. Konflik yang melibatkan antara etnis Dayak dan migran (pendatang) Madura.

Konflik tersebut meletus pada 18 Februari 2001 saat dua warga Madura diserang oleh warga Dayak. Konflik ini berakibat lebih dari 500 kematian dengan lebih dari 100.000 warga Madura kehilangan tempat tinggal.

Konflik tersebut berakar dari ketidakpuasan warga Dayak dengan bertambahnya populasi pendatang Madura berjumlah 21 persen. Hingga suatu waktu terjadi aksi pembakaran rumah orang Dayak yang diduga pelakunya adalah orang Madura.

Sedikitnya 100 warga Madura dipenggal oleh etnis Dayak. Situasi yang semakin parah hingga membuat polisi dan militer sulit untuk mengamankan situasi. Polisi menahan salah satu pejabat lokal yang diduga sebagai dalang dari kerusuhan tersebut. Orang yang ditahan tersebut diduga membayar enam orang untuk memprovokasi kerusuhan tersebut.

6. Bom Bali I (2002)

Di urutan terakhir ada tragedi pengeboman di Bali sebagai aksi teror paling besar di Indonesia. Terjadi rangkaian bom bunuh diri di tiga lokasi yang berbeda, yaitu di Sari Club, Paddy’s Pub, dan Konsulat Jenderal Amerika Serikat. Bom meledak bersamaan pada pukul 23.05 – 23.15 WITA, 12 Oktober 2002.

Dilaporkan 203 korban jiwa dan 209 orang mengalami luka-luka kebanyakan korban merupakan wisatawan asing yang berkunjung ke lokasi tersebut.

Peristiwa tersebut berakar dari peristiwa kerusuhan terjadi di Poso dan Ambon. Bom Bali merupakan aksi balas dendam para teroris akibat umat Islam yang terbunuh akibat konflik yang terjadi. Aksi Bom Bali dilakukan untuk membela rakyat Afghanistan yang tertindas akibat invasi Amerika Serikat terhadap Afghanistan.

Kurang lebih 28 tersangka teroris yang tersebar di lokasi berbeda seperti di Kota Solo, Serang, dan ada yang ditangkap di Pakistan. Beberapa tokoh dibalik peristiwa Bom Bali I adalah Imam Samudera, Amrozi, Azahari Husin, Noordin M. Top, dan Hambali.

Demikian ulasan 6 tragedi kelam yang pernah terjadi di Indonesia. Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari setiap kejadian. Bila ingin sharing boleh kok langsung aja di kolom komentar ya!

Iklan