Pengenalan Nama-Nama Bulan Jepang


Nama-Nama Bulan Jepang

Anda tahu, di Jepang, setiap bulan memiliki nama yang berbeda-beda? Nah, nama-nama bulan tersebut sebenarnya memiliki makna dan asal-usulnya sendiri. Di artikel ini, kita akan membahas mengenai nama-nama bulan Jepang dan arti di baliknya.

1. Maret – Haru no Wasabi

Pertama, kita akan membahas bulan Maret. Dalam bahasa Jepang, bulan Maret disebut “sangatsu” (三月), yang terdiri dari dua karakter kanji: “san” (三) yang artinya tiga, dan “gatsu” (月) yang artinya bulan. Artinya, Maret adalah bulan ketiga dalam kalender Jepang. Namun, ada juga nama bulan lain yang lebih spesifik untuk bulan ini, yaitu “haru no wasabi” (春の山葵).

Haru no wasabi artinya adalah “wasabi musim semi”. Sebagai penjelasan, wasabi merupakan makanan khas Jepang yang memiliki rasa pedas dan segar. Sementara itu, pada bulan Maret, daun wasabi biasanya mulai tumbuh subur di pegunungan. Oleh karena itu, orang Jepang memberikan nama “haru no wasabi” untuk bulan Maret sebagai penghormatan pada musim semi dan tanaman wasabi yang mulai tumbuh pada bulan tersebut.

Tak hanya itu, beberapa festival juga diadakan di bulan ini, termasuk Hina Matsuri, atau yang juga dikenal sebagai Festival Boneka untuk perempuan kecil pada tanggal 3 Maret. Pada festival ini, orang Jepang menempatkan boneka Hina di rumah mereka untuk mendoakan keselamatan dan kesehatan putri mereka.

Jadi, itulah penjelasan mengenai nama bulan Maret di Jepang. Bagaimana, menarik bukan? Selanjutnya, kita akan membahas nama bulan Jepang lainnya, jadi tetap mengikuti update artikel kami ya!

Sejarah Pembentukan Nama Bulan Jepang


nama bulan jepang

Nama bulan Jepang kali pertama diperkenalkan pada zaman Heian (784-1185) sebagai pengaruh dari sistem penanggalan bulan Tiongkok. Pada zaman Heian, bulan-bulan dimulai pada bulan pertama sejak awal musim semi sekitar tanggal 5 Februari dan berakhir saat musim dingin pada tanggal 25 Januari. Selama periode ini, bulan-bulan ditulis menggunakan karakter Tiongkok dan hanya digunakan oleh kalangan bangsawan dan birokrat.

Setelah zaman Heian berakhir, penanggalan bulan Jepang diubah menjadi sistem yang lebih mirip dengan sistem penanggalan saat ini pada zaman Tokugawa (1603-1868). Setelah masa itu, setiap bulan diberi nama yang berbeda tergantung pada suasana hati dan peristiwa yang terjadi pada musim itu.

Secara keseluruhan, ada 12 bulan di penanggalan Jepang yang merupakan gabungan dari pengaruh Tiongkok dan budaya Jepang. Setiap bulan memiliki nama dan makna yang unik dan berbeda. Beberapa nama bulan diambil dari nama bunga atau buah-buahan yang tumbuh pada musim itu, sedangkan lainnya memiliki makna yang lebih terkait dengan tragedi atau kejadian penting pada masa lalu.

Daftar Nama Bulan Jepang


nama bulan jepang

Berikut adalah daftar nama bulan Jepang:

  1. Januari (睦月 Mutsuki): Bulan persahabatan dan keharmonisan.

  2. Februari (如月 Kisaragi): Bulan tenang dan lembut.

  3. Maret (弥生 Yayoi): Bulan pertumbuhan dan kelimpahan.

  4. April (卯月 Uzuki): Bulan penuh dengan harapan (象徴 shōchō di Jepang).

  5. Mei (皐月 Satsuki): Bulan perayaan keberhasilan, seperti panen.

  6. Juni (水無月 Minazuki): Bulan air, khususnya salju di pegunungan.

  7. Juli (文月 Fumizuki): Bulan kesusastraan dan kesenian.

  8. Agustus (葉月 Hazuki): Bulan ranting dan daun yang melambangkan kehidupan baru.

  9. September (長月 Nagatsuki): Bulan panjang yang penuh dengan rasa syukur.

  10. Oktober (神無月 Kannazuki): Bulan Tanpa Dewa.

  11. November (霜月 Shimotsuki): Bulan kebekuan dan suhu dingin.

  12. Desember (師走 Shiwasu): Dalam bahasa Jepang, Shiwasu mengacu pada bulan-bulan yang pembayaran gajinya bergegas pada saat yang sama.

Itulah daftar lengkap nama bulan Jepang. Masing-masing bulan memiliki makna yang unik dan menggambarkan suasana hati serta peristiwa pada masa itu. Penggunaan nama bulan Jepang masih menjadi hal penting dalam budaya Jepang hingga saat ini.

Makna dan Simbolisme dalam Nama Bulan Jepang


Bulan Jepang Gambar

Di Jepang, setiap bulan memiliki nama yang istimewa dan memiliki makna tertentu. Selain itu, setiap nama bulan Jepang juga memiliki simbolisme tersendiri. Penamaan bulan di Jepang dilakukan berdasarkan sistem lunisolar, di mana tanggal yang ditentukan berdasarkan posisi bulan dan matahari.

Berikut adalah makna dan simbolisme dalam nama bulan Jepang:

1. Maret – Momo no Sekku (Hari Persik)


Momo no Sekku

Bulan Maret di Jepang disebut Momo no Sekku, atau Hari Persik. Hari ini merayakan kembalinya musim semi dan awal peradaban baru. Nama Momo (persik) dipilih karena pohon persik adalah simbol awal musim semi dan kekuatan seksual wanita. Pada hari ini, biasanya orang bergantian meniup terompet dari kulit persik untuk melambangkan harapan akan kesuksesan di masa depan.

2. Agustus – O-bon (Festival Kematian)


O-bon

Bulan Agustus di Jepang disebut O-bon, atau Festival Kematian. Pada saat ini, masyarakat Jepang memperingati arwah para leluhur mereka. Tradisi yang terkait dengan O-bon meliputi menghiasi rumah dengan lentera khusus yang disebut chochin, membuat makanan khusus yang disebut somen, dan menari Bon Odori.

3. Oktober – Kan no Tsuki (Bulan Dingin)


Kan no Tsuki

Bulan Oktober di Jepang disebut Kan no Tsuki, atau Bulan Dingin. Bulan Oktober menandakan masa-masa yang lebih dingin, dan Kan no Tsuki dipilih karena digunakan untuk menggambarkan dingin dan kerapuhan. Di Jepang, bulan ini juga dikenal sebagai Tsukimi, atau Festival Kue Bulan karena pada malam purnama di bulan Oktober, orang Jepang akan mengadakan pesta, memandang bulan, dan memakan kue bulan.

Selain tiga bulan tersebut, setiap bulan di Jepang memiliki makna dan simbolisme tersendiri. Di Jepang, nama-nama bulan yang istimewa ini dianggap sebagai tradisi dan budaya yang harus dijaga dan dilestarikan. Hal itu karena bulan sering dihubungkan dengan keindahan alam dan perubahan waktu yang dapat memengaruhi kehidupan manusia.

Penggunaan Nama Bulan Jepang dalam Kehidupan Sehari-Hari


nama bulan jepang

Indonesia memiliki banyak pengaruh budaya Jepang, termasuk dalam penggunaan nama bulan Jepang. Nama bulan Jepang ini biasanya digunakan dalam kalender tradisional Jepang yang disebut dengan sekkah. Namun, di Indonesia, penggunaan nama bulan Jepang juga bisa ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.

12 nama bulan Jepang

1. Mengenal 12 Nama Bulan Jepang


12 nama bulan Jepang

Jika di Indonesia, kita mengenal bulan Januari, Februari, Maret, dan seterusnya, di Jepang nama bulan dimulai dari bulan Muharam, Saffar, dan seterusnya. Ada 12 nama bulan dalam kalender tradisional Jepang. Nama bulan tersebut adalah:

  1. Muharam (睦月),
  2. Saffar (如月),
  3. Rabiul Awal (弥生),
  4. Rabiul Akhir (卯月),
  5. Jumadil Awal (皐月),
  6. Jumadil Akhir (水無月),
  7. Rajab (文月),
  8. Sya’ban (葉月),
  9. Ramadhan (長月),
  10. Shawwal (神無月),
  11. Dzulqaidah (霜月), dan
  12. Dzulhijjah (師走).

Meskipun penggunaan nama bulan Jepang di Indonesia tidak selalu diikuti dengan tradisi adat Jepang, banyak orang Indonesia yang tertarik untuk belajar tentang kebudayaan Jepang termasuk adat adat tradisional seperti kalender sekkah dan beberapa kata Jepang lainnya yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk ujaran seperti arigatou (Terima kasih), sayonara (Sampai jumpa) dan sebagainya.

2. Penggunaan Nama Bulan Jepang dalam Alat-alat Komunikasi


kalender Indonesia dengan nama bulan Jepang

Pada umumnya, hari-hari besar di Indonesia diumumkan dalam beberapa bahasa termasuk Jepang. Banyak alat komunikasi, termasuk papan pengumuman, brosur, dan media sosial yang menggunakan kata atau frasa Jepang seperti “Akhir pekan” dan “Hari Valentine,” yang tentunya terkait dengan penggunaan nama bulan Jepang.

3. Penggunaan Nama Bulan Jepang dalam Seni


Seni Jepang dengan nama bulan

Seni tradisional Jepang seperti ukiyo-e, shodo, dan seni kaligrafi sering kali menggunakan nama bulan Jepang sebagai salah satu tema utama. Misalnya, lukisan yang menggambarkan musim gugur, seringkali menggunakan nama bulan “Mabinogion” atau “Musim Gugur Keras.” Selain itu, seni kaligrafi Jepang juga sering memasukkan tanggal dan nama bulan Jepang yang menunjukkan musim di mana karya tersebut dibuat atau diilhami.

4. Wisata Budaya Jepang dengan Tema Nama Bulan Jepang


Taman Jepang tema nama bulan

Banyak tempat wisata atau taman Jepang di Indonesia memiliki tema nama bulan Jepang, seperti taman bulan Dzulhijja atau acara budaya Jepang yang didedikasikan untuk merayakan Hari Valentine yang jatuh pada bulan Februari. Beberapa penginapan dan restoran Jepang juga menawarkan pengalaman berbeda dengan dekorasi, kursi, piring dan lain-lain yang disesuaikan untuk menampilkan tema bulan Jepang yang sedang dipervebarkan. Dengan mengunjungi tempat atau acara wisata budaya Jepang yang berisi tema nama bulan, orang Indonesia bisa merasakan pengalaman submersive dan memesona, yang menjadi bagian dari pariwisata Indonesia yang semakin meluas terutama di kalangan yang menggemari budaya Jepang.

Tradisi dan Perayaan yang Berkaitan dengan Nama Bulan Jepang


Tradisi dan Perayaan Bulan Jepang di Indonesia

Bulan di Jepang memiliki nama yang unik dan bermakna dalam budaya masyarakatnya. Di Indonesia, nama-nama bulan Jepang sendiri jarang digunakan sehari-hari, tetapi ada beberapa perayaan yang berkaitan dengan nama-nama bulan tersebut. Berikut adalah beberapa tradisi dan perayaan yang berhubungan dengan nama bulan Jepang di Indonesia:

Shogatsu (Januari)

Shogatsu

Shogatsu adalah perayaan tahun baru Jepang dan dapat kamu temukan di Indonesia, terutama bagi beberapa komunitas Jepang yang tinggal di sini. Perayaan ini dirayakan pada tanggal 1 Januari dan biasanya berlangsung hingga 3 Januari. Pada perayaan Shogatsu, masyarakat Jepang melakukan ritual nengajo (mengirim kartu ucapan) dan hatsumode (mengunjungi kuil). Selain itu, ada pula tradisi makan Toshikoshi soba, yakni mie soba yang dimakan pada malam tahun baru.

Hinamatsuri (Maret)

Hinamatsuri

Hinamatsuri atau Festival Boneka merupakan perayaan untuk menyambut kebahagiaan dan kesehatan anak perempuan. Perayaan ini dirayakan setiap tanggal 3 Maret di Jepang, dan kamu juga dapat menemukan perayaan ini di beberapa komunitas Jepang di Indonesia. Pada perayaan ini, boneka-boneka tradisional Jepang ditempatkan di atas tangga yang disusun dalam bentuk tangga bertingkat. Anak perempuan bersama keluarganya mengenakan baju tradisional dan mempersembahkan kue mochi dan minuman sake untuk mendapatkan kesehatan dan kebahagiaan.

Tanabata (Juli)

Tanabata

Tanabata adalah perayaan untuk mengenang kekasih yang terpisah, dan dirayakan setiap tanggal 7 Juli di Jepang. Di Indonesia, kamu bisa menemukan perayaan Tanabata di beberapa komunitas Jepang. Pada perayaan ini, masyarakat membuat shochikubai (hiasan bambu) dan tanzaku (kertas yang digantung pada hiasan bambu) sebagai permohonan atau harapan yang ingin diwujudkan. Tradisi tersebut berasal dari kisah cinta antara dua bintang, Altair dan Vega, yang bertemu hanya satu kali dalam setahun pada hari dan bulan tersebut.

Obon (Agustus)

Obon

Obon adalah perayaan untuk memperingati para leluhur yang telah meninggal. Perayaan ini dirayakan setiap tahunnya di Jepang pada bulan Agustus. Kamu juga dapat menemukan perayaan Obon di Indonesia, khususnya di beberapa komunitas Jepang. Pada perayaan ini, masyarakat melakukan tradisi bon odori (tarian tradisional Jepang) untuk menyambut kembalinya arwah leluhur. Selain itu, ada juga tradisi memasang lanterna di depan rumah-rumah yang diyakini membantu para leluhur untuk menemukan jalan pulang.

Shichi-Go-San (November)

Shichi-Go-San

Shichi-Go-San atau Festival Tujuh Lima Tiga merupakan perayaan untuk merayakan pertumbuhan anak-anak perempuan yang berusia 7 tahun, dan anak laki-laki yang berusia 5 dan 3 tahun. Perayaan ini dirayakan setiap tanggal 15 November di Jepang. Di Indonesia, kamu juga dapat menemukan perayaan Shichi-Go-San di beberapa komunitas Jepang. Pada perayaan ini, anak-anak mengenakan baju tradisional dan mengunjungi kuil untuk mendoakan kesehatan mereka selama tahun yang akan datang.

Dari beberapa tradisi dan perayaan di atas, dapat dilihat bagaimana nama-nama bulan Jepang memiliki peran yang penting dalam budaya dan kehidupan masyarakat Jepang, yang juga dapat dijumpai dalam beberapa komunitas Jepang di Indonesia.

Iklan