Sejarah Tanggal 4 dalam Bahasa Jepang


Tanggal 4 dalam Bahasa Jepang

Tanggal 4 dalam bahasa Jepang memiliki arti penting dalam sejarah Jepang karena terkait dengan banyak peristiwa signifikan. Setiap tanggal 4 memiliki konotasinya tersendiri dan menjadi hari yang dihormati di Jepang sebagai bagian dari budaya mereka. Berikut adalah beberapa peristiwa penting yang terkait dengan tanggal 4 dalam bahasa Jepang.

Pertama, pada tanggal 4 Februari, Jepang merayakan Hari Pendiri. Tanggal ini menghormati Kaisar Jimmu, yang kabarnya telah memimpin kampanye militer untuk menyatukan Jepang pada tahun 660 SM. Hari ini dianggap sebagai hari libur nasional di Jepang dan diadakan upacara di Kuil Kashihara, Prefektur Nara, selatan Osaka, untuk menghormati Kaisar Jimmu.

Kedua, tanggal 4 April pernah menjadi tanggal yang paling ditakuti oleh warga Jepang selama Perang Dunia II. Pada tanggal ini, Armada Angkatan Laut Amerika Serikat memulai serangan udara ke Jepang, di dunia dikenal dengan nama Serangan Udara Tokyo pertama pada tahun 1942. Serangan ini menyebabkan kerusakan besar di pusat kota Tokyo dan mengakibatkan lebih dari 100.000 kematian. Setelah perang, tanggal 4 April diubah menjadi hari untuk mengenang orang-orang yang meninggal selama perang.

Ketiga, tanggal 4 Agustus merupakan hari yang dinanti oleh banyak siswa di seluruh Jepang karena di hari ini mereka menerima nilai ujian masuk perguruan tinggi mereka. Hari ini dikenal sebagai Hari Data Hasil Ujian Masuk Perguruan Tinggi dan bermakna penting bagi kehidupan siswa di Jepang, karena nilai ujian ini dapat menentukan masa depan mereka.

Keempat, pada tanggal 4 November, orang-orang Jepang merayakan Budaya Olahraga Nasional. Acara ini diadakan di seluruh negeri dan memberikan kesempatan bagi orang-orang untuk menghargai berbagai jenis kegiatan olahraga dan pelestarian warisan budaya Jepang.

Terakhir, pada tanggal 4 Desember, orang-orang Jepang merayakan Kanji Day. Kanji adalah karakter tertulis dalam bahasa Jepang yang memiliki arti dan makna yang berbeda-beda. Pada hari ini, Jepang merayakan sejarah tulisan kanji yang telah digunakan selama lebih dari 2000 tahun. Orang-orang merayakan hari ini dengan memilih karakter kanji baru, yang melambangkan peristiwa atau isu sosial yang penting di Jepang.

Dalam kesimpulannya, Tanggal 4 dalam bahasa Jepang merupakan hari-hari yang sangat penting bagi sejarah dan budaya Jepang. Setiap tanggal memiliki makna dan konotasinya sendiri, yang diperingati dengan upacara dan perayaan. Dalam kesulitan dan kebahagiaan, orang-orang Jepang merayakan identitas mereka dan meneruskan warisan budaya mereka dari generasi ke generasi.

Tradisi dan Perayaan tanggal 4 di Jepang


tanggal 4 dalam bahasa jepang

Tanggal 4 di Jepang adalah hari yang cukup penting karena ada beberapa tradisi dan perayaan yang dilakukan pada tanggal ini. Yuk kita simak beberapa tradisi dan perayaan yang ada pada tanggal 4 di Jepang.

Tango no Sekku (Hari Anak Laki-Laki)

Tango no Sekku (Hari Anak Laki-Laki)

Salah satu tradisi yang dijalankan pada tanggal 4 di Jepang adalah Tango no Sekku atau yang juga dikenal sebagai Hinamatsuri. Pada Hari Anak Laki-Laki, tangga bersejarah yang terbuat dari bambu dan terlihat seperti menara digunakan untuk menggantung zat yang disebut koinobori (bendera ikan air latar belakang biru). Setiap koinobori mewakili anggota keluarga, dan yang terbesar yang diikatkan pada bawah diterbangkan di langit atas tanah batin untuk memburbankan anak laki-laki dalam keluarga itu dengan keberanian, kekuatan, dan tekad.

Berbeda dengan Hinamatsuri (Festival Boneka atau Festival Gadis) yang jatuh pada tanggal 3 Maret sebagai perayaan anak perempuan, pada Tango no Sekku, anak laki-laki yang dipuja. Tradisi ini berkembang di Jepang selama periode Edo (1603-1867).

Kinro Kansha no Hi (Hari Ulang Tahun Ke-9 Kaisar)

Kinro Kansha no Hi (Hari Ulang Tahun Ke-9 Kaisar)

4 November juga merupakan Kinro Kansha no Hi, yang juga dikenal sebagai Hari Hari Ulang Tahun Ke-9 Kaisar. Ini adalah hari nasional di Jepang yang memperingati kelahiran Kaisar Meiji, yang memerintah Jepang dari tahun 1867 hingga 1912. Pada hari ini, orang Jepang mengirimkan bunga ke kuil di mana para kaisar dimuliakan.

Cara Menghormati Para Pendeta Shinto Serta Budaya Shinto

Cara Menghormati Para Pendeta Shinto Serta Budaya Shinto

Pada tanggal 4 di bulan November, sesuai dengan perayaan Shichi-Go-San, beberapa keluarga mengunjungi kuil tempat mereka mencuci tangan dan memohon restu. Mereka juga membawa wadah makanan (dikenal sebagai jusan mairi) ke altar kuil tempat mereka memberi makan para dewa Shinto.

Budaya Shinto membawa peran yang sangat penting dalam kehidupan Jepang. Shinto sendiri adalah agama asli Jepang yang memperlakukan alam sebagai tempat suci dan nomadic sebagai makhluk spiritual. Budaya Shinto sendiri adalah gabungan dari banyak sifat yang berbeda yang menandakan pengaruh pergaulan politik yang berbeda dan sistem kepercayaan dalam masa lalu.

Perayaan Budaya Populer di Kota Osaka

Perayaan Budaya Populer di Kota Osaka

Selain tradisi-tradisi di atas, di kota Osaka juga ada perayaan agak modern untuk merayakan tanggal 4. Di Osaka, ada festival fantastis yang disebut perarakan “Yonshakudama”. “Yonshakudama” sendiri adalah pengaruh musim gugur di osaka dan membanggakan kota dengan kembang api terbesar.

Di festival ini, Anda tidak akan menemukan sisa-sisa tradisi Jepang kuno atau lingkungan sekitarnya, tetapi Anda dapat menemukan parade dengan berbagai karakter yang terkenal di festival dan anime di Jepang yang dikenal sebagai anime. Agak modern, tapi festival ini menampilkan semangat dari pop-culture Jepang dan perayaan akan keindahan musim gugur.

Itu dia beberapa tradisi dan perayaan pada tanggal 4 di Jepang. Dari tradisi kuno dan sakral hingga acara pop-culture modern, semuanya menyambut kedatangan bulan November di Jepang. Indahnya, bukan?

Budaya Konsumsi Tanggal 4 di Jepang


Budaya Konsumsi Tanggal 4 di Jepang

Tanggal 4 di Jepang memiliki arti penting dalam kehidupan sosial mereka. Budaya yang dipraktikkan pada tanggal 4 ini bukan hanya dipengaruhi oleh agama atau tradisi, tetapi oleh pola pikir dan preferensi modern masyarakat Jepang saat ini. Setiap tanggal 4, masyarakat Jepang mengadakan kegiatan dan memakan makanan tertentu. Inilah beberapa Budaya Konsumsi Tanggal 4 di Jepang.

Menikmati Semi-makanan


Menikmati Semi-makanan

Salah satu budaya konsumsi yang menjadi tradisi di Jepang pada tanggal 4 adalah menikmati semi-makanan. Semi-makanan biasanya ditemukan di toko-toko kue dan oleh-oleh, dan sering disajikan sebagai makanan ringan. Kue-kue ini memiliki rasa yang unik dan biasanya terbuat dari bahan-bahan seperti kacang atau adzuki yang dicampur dengan tepung ketan. Ada beberapa jenis kue yang populer di hari tanggal 4, termasuk Kusa-mochi, Hishi-mochi, dan Sakura-mochi. Selain itu, orang-orang juga dapat menikmati makanan tradisional seperti segala sesuatu yang ditempel pada tusuk sate.

Merayakan romantisme


Merayakan romantisme

Tidak hanya makan makanan tertentu, tanggal 4 di Jepang juga sering dirayakan sebagai hari yang romantis. Hal ini terinspirasi oleh bunyi bahasa Jepang “shi” yang mengandung arti “mati” dan dianggap sebagai pembawa sial oleh sebagian orang. Sehubungan dengan hal ini, orang-orang Jepang mengubah bunyi “shi” menjadi “yo” untuk menunjukkan keinginan kesuksesan dan harapan masa depan yang baik dalam hubungan mereka. Akibatnya, tanggal 4 di Jepang sering dipandang sebagai kesempatan untuk merayakan hubungan romantis. Banyak pasangan yang bertukar hadiah seperti cokelat atau bunga, atau pergi berkencan untuk merayakan kebahagiaan dan cinta mereka.

Mengunjungi kuil


Mengunjungi kuil

Banyak orang Jepang yang mengunjungi kuil pada tanggal 4 sebagai bentuk rasa syukur dan doa untuk masa depan yang baik. Beberapa kuil terkenal di Jepang bahkan menawarkan layanan khusus di hari ini, termasuk percakapan dengan pendeta, amulet khusus, dan kadang-kadang, penampilan musik dan tari oleh grup lokal. Kuil-kuil ini biasanya menjadi sangat ramai pada hari ini, terutama di kuil yang dikenal sebagai kuil pembawa keberuntungan. Menjelang akhir tahun, kuil-kuil ini akan menjadi tujuan bagi banyak orang yang ingin membuat doa untuk masa depan yang cerah dan sukses

Konser Musik


Konser Musik

Tanggal 4 di Jepang juga merupakan salah satu hari untuk mengadakan konser musik. Banyak grup musik lokal dan internasional yang mengadakan konser mereka di Jepang pada tanggal ini. Beberapa lokasi terkenal seperti Tokyo Dome, Ryogoku Kokugikan, Shibuya-AX, dan banyak lagi, sering mengadakan acara musik khusus untuk merayakan tanggal 4. Konser musik ini biasanya didominasi oleh musisi populer Jepang dan band J-rock, meskipun beberapa artis internasional juga terkadang tampil. Bagi pecinta musik, tanggal 4 dapat menjadi hari yang sangat menyenangkan dan meriah

Kesimpulan


Kesimpulan

Kecerian dan kebersamaan selalu hadir di Jepang, tak terkecuali untuk merayakan tanggal 4 yang menjadi momen penting bagi masyarakatnya. Makanan yang lezat, dunia romansa yang tak lekang oleh waktu, hingga perayaan kepercayaan menjadi semangat yang diikuti oleh banyak orang. Bagi mereka semua, akan selalu ada semangat untuk memeriahkan hari istimewa mereka dengan kegembiraan dan antusiasme. Hal tersebut-lah yang menjadikan negara Jepang memiliki banyak kebiasaan atau budaya unik yang patut di contoh oleh masyarakat di seluruh dunia.

Mitos dan Legenda tanggal 4 dalam Mitologi Jepang


Tanggal 4 Mitologi Jepang

Tanggal 4 pada kalender Jepang memiliki makna yang cukup penting bagi budaya dan mitologi Jepang. Hal ini terbukti dengan bermacam-macam kisah mitos dan legenda yang erat kaitannya dengan angka 4. Terlebih lagi, bagaimana cikal bakal mitos dan legenda ini berasal jauh sebelum peradaban modern Jepang lahir. Berikut ini beberapa mitos dan legenda penting tanggal 4 dalam mitologi Jepang:

Arahitogami


Arahitogami

Arahitogami yang juga dikenal dengan sebutan “yang ada di awal” adalah mitos yang menceritakan tentang “roh” yang muncul sejak awal dunia. Konon saat itu hanya terdapat tanah, api, angin, dan air, dengan roh-roh mengendalikannya. Ada empat fraksi arah yang dikuasai oleh roh-raoh tersebut, yaitu: kibitsuhiko-no-mikoto yang menguasai bagian timur, Takehazuchi-no-mikoto menguasai bagian barat, Kuebiko-no-kami menguasai bagian utara, dan Ta-no-kami menguasai bagian selatan. Ketika muncul manusia, mereka hanya disebut sebagai “bagian menuju arah empat”, dan dianggap sebagai kelompok yang lebih rendah dibandingkan Arahitogami.

Shi no Ko Sho


Shi no Ko Sho

Shi no Ko Sho memuat makna “empat sakit nasib buruk”. Mitos ini adalah legenda tentang tahun Shi no Ko Sho, selama 365 hari ini, hanya terdapat kerusuhan dan bencana. Ketika tahun tersebut berakhir, orang-orang meresmikan adanya Buddha dan membuat Festival Oshogatsu untuk “mengusir roh jahat” tahun sebelumnya.

Yanagi no Foji


Yanagi no Foji

Yanagi no Foji mengisahkan tentang seorang gadis bernama Yanagi. Satu kali Yanagi berbicara dengan orang asing yang mengklaim dirinya sebagai seorang Buddhist. Orang asing tersebut meminta Yanagi ke pagoda, tempat orang-orang berdoa, lalu memberikan sehelai kain sari sebagai hadiah. Kain sari tersebut ternyata dapat membuat pemiliknya selalu terlihat cantik dan menarik hati. Namun, setelah setahun, orang yang mengklaim dirinya sebagai Buddhist ternyata adalah siluman rubah. Sehingga kain sari dan Yanagi yang cantik tiba-tiba menghilang. Mereka percaya bahwa kisah ini berpusat pada angka empat, dimana jika bilangan-bilangan dalam kata-kata yang digunakan dikembangkan menjadi angka-angka yang correspon (Yanagi = 4+2+7+2=15), selain itu, siluman rubah yang muncul di dalam cerita ini dianggap melaungi angka 4 sebagai simbolik dari kerusakan.

Shi Demon


Shi Demon

Dalam literatur dan cerita rakyat Jepang, Shi Demon adalah entitas jahat yang terdiri dari empat setan. Setiap setan memegang satu dari empat pilar merah dari seluruh dunia. Banyak orang Jepang percaya bahwa makhluk seperti ini benar-benar ada di dunia ini dan bisa menghancurkan kehidupan manusia.

Mesumareba


Mesumareba

Legenda Mesumareba, yang artinya “jika kamu melihat itu”, berkisah tentang seorang pemuda yang melihat sosok berusia 4 abad saat berjalan sendirian di tengah malam. Sosok tersebut pernah dipermalukan karena dicurang dan dikunci selama 400 tahun untuk dihina. Sejak saat itu arwah mereka telah mengalami kesulitan besar dalam bertahan hidup. Tapi jika ada orang yang dapat melihat mereka dan memberi hormat, maka kutukan di atas mereka akan terhapus.

Dari beberapa kisah di atas, dapat disimpulkan bahwa angka empat memiliki makna yang cukup penting dan memiliki cerita-cerita mitos atau legenda dalam budaya dan mitologi Jepang. Masih banyak cerita dan misteri terkait angka empat yang akhirnya membentuk pemikiran dan kepercayaan dalam kebudayaan dan mitologi negara Jepang pada hari ini.

Usaha Menuju Keseimbangan Hidup


Usaha Menuju Keseimbangan Hidup

Orang Jepang memiliki sebuah konsep hidup yang sangat penting yang mereka sebut dengan “seikatsu no jikan”. Konsep ini bisa diartikan sebagai waktu atau waktu yang diperlukan untuk menjalani kehidupan sehari-hari. Bisa berarti memasak di rumah, belajar atau melakukan hobi di waktu senggang. Ini juga bisa berarti menghabiskan waktu dengan teman dan keluarga.

Namun, di tengah kehidupan yang sibuk, orang Jepang sering kali merasa sulit untuk menemukan waktu untuk diri sendiri dan orang-orang penting dalam hidup mereka. Hal ini bisa menyebabkan stres dan ketidakseimbangan emosional.

Oleh karena itu, tanggal 4 menjadi hari yang sangat penting bagi orang Jepang karena di hari ini mereka merayakan “Yoi-yoi-yoi-yama” atau Festival Tanabata. Konon, pada malam ini bintang-bintang naga Orihime dan anak lembunya, Hikoboshi, diperbolehkan bertemu. Ini adalah waktu ketika orang Jepang memohon kepada bintang bahwa mereka juga dapat menemukan keseimbangan dalam hidup mereka dan menghabiskan waktu untuk hal-hal yang benar-benar berarti bagi mereka.

Orang Jepang biasanya merayakan Festival Tanabata dengan memasang pohon bambu yang dihiasi dengan lampu-lampu dan hiasan-hiasan. Mereka kemudian menulis keinginan mereka di strip kertas dan menggantungkannya di pohon bambu.

Ini adalah pengingat yang baik untuk mengambil waktu sejenak dari kehidupan sehari-hari dan menghabiskannya dengan orang-orang penting dalam hidup Anda dan melakukan hal-hal yangw membuatmu bahagia. Menjadi seimbang dalam hidup bukan hanya tentang memenuhi kewajibanmu tetapi juga tentang menjaga kebahagiaan dirimu sendiri dan orang-orang sekitarmu.

Iklan