Pengertian Onomatope Bahasa Jepang


onomatope bahasa jepang

Onomatope atau ejaan bunyi merupakan salah satu ciri khas dari bahasa Jepang. Onomatope adalah kata atau frasa yang meniru sound atau suara dari kejadian di sekitar kita, seperti suara mobil, bunyi langkah kaki, dan lainnya. Onomatope bahasa Jepang juga dikenal sebagai Giongo dan Gitaigo. Kedua jenis onomatope ini berfungsi untuk mengungkapkan suara dan perasaan.

Kata onomatope sendiri terdiri dari dua kata yaitu “ono” dan “mato” yang berasal dari bahasa Yunani kuno. “Ono” berarti bunyi, sementara “mato” berarti meniru. Selain itu, dalam bahasa Jepang, onomatope diucapkan secara panjang dan terkadang mengandung pengulangan. Hal ini dilakukan agar efek suara dapat lebih dirasakan.

Onomatope bahasa Jepang dibagi lagi menjadi dua jenis, yaitu Giongo dan Gitaigo. Giongo adalah onomatope yang mewakili suara objek atau hewan tertentu, seperti suara tikus “chuu chuu” dan suara mobil “buroom”. Sedangkan, Gitaigo adalah onomatope yang mewakili perasaan manusia, seperti saat merasa sedih “gusu gusu” atau saat merasa panik “pin to”.

Kedua jenis onomatope ini sering ditemukan dalam bahasa sehari-hari di Jepang. Masyarakat Jepang menggunakan onomatope untuk mengekspresikan perasaan mereka dengan cara yang lebih mudah dan lebih detail. Bahkan, anime dan manga, dua medium populer di Jepang, juga menggunakan onomatope secara aktif.

Dalam banyak kasus, onomatope bahasa Jepang lebih mudah dipahami dan diingat dibandingkan dengan frasa atau kata yang digunakan dalam bahasa Inggris. Hal ini terutama disebabkan karena onomatope memberikan gambaran yang lebih spesifik tentang suara dan perasaan yang diungkapkan. Oleh karena itu, belajar onomatope bahasa Jepang sangat penting untuk dapat memahami bahasa Jepang secara keseluruhan.

Jenis-jenis Onomatope Bahasa Jepang


Onomatope Bahasa Jepang

Onomatope adalah sebuah istilah yang berasal dari bahasa Yunani. Istilah itu merujuk pada penggunaan kata yang bunyinya serupa dengan suara yang sedang dialami atau dihasilkan oleh sebuah benda. Onomatope ini diambil dari suara yang kita dengar, contohnya seperti suara gerakan, panggilan binatang, dan lain sebagainya. Di Bahasa Jepang, onomatope ini disebut giongo dan gitaigo. Di bawah ini kita akan membahas lebih lanjut mengenai beberapa jenis onomatope bahasa Jepang.

Gitaigo


Gitaigo

Gitaigo adalah jenis onomatope bahasa Jepang yang menggunakan huruf Kanji dalam penulisannya. Jenis ini digunakan untuk mengekspresikan suara dan sesuatu yang tidak bisa didengar. Ada banyak jenis kata ini dalam bahasa Jepang seperti kata yang menggambarkan tampilan, gerakan atau rasa tubuh, misalnya saja 吸い込む/すいこむ/suikomu (mengisap), さびしい/sabishii (kesepian), dan masih banyak lagi. Gitaigo sering digunakan dalam cerita manga atau anime untuk menambahkan efek suara atau memberikan gambaran perasaan seseorang dalam adegan tertentu.

Giongo


Giongo

Giongo adalah jenis onomatope bahasa Jepang yang disesuaikan dengan suara yang dihasilkan oleh sebuah benda atau suara yang bisa didengar. Jenis onomatope ini biasanya diucapkan dengan sangat akurat sehingga pengucapannya bisa dijadikan sebagai cara untuk memahami arti dari sebuah kata. Contohnya, jika kita mendengar kata ぽん, maka itu merujuk pada suara ketukan pada sebuah benda keras atau kulit yang kecil. Beberapa contoh lain dari giongo antara lain ドキドキ/dokidoki (debaran jantung), ばたん/batan (pintu berbunyi), dan masih banyak lagi.

Kango Onomatope


Kango Onomatope

Kango onomatope adalah istilah yang digunakan untuk jenis onomatope bahasa Jepang yang terbentuk dari gabungan antara kata-kata bahasa Jepang dan kata-kata asing. Kango onomatope biasanya digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang tidak bisa didengar dengan langsung, tetapi disajikan dengan cara tertentu. Beberapa contoh kata-kata Kango onomatope antara lain アイロン/dainamaito (setrika), ミキサー/mikisaa (blender), dan masih banyak lagi. Istilah ini mengacu pada penggunaan kata-kata asing dalam bahasa Jepang untuk menciptakan efek onomatopoeic yang lebih kuat.

Zeneiseigo


Zeneiseigo

Zeneiseigo adalah jenis onomatope bahasa Jepang yang terbentuk dari kombinasi beberapa huruf Kanji. Jenis onomatope ini sering digunakan untuk mengekspresikan suara suatu benda atau hal yang sangat berisik. Beberapa contoh kata dalam jenis ini antara lain ギューギュー/gyuu gyuu (suara bus yang penuh sesak), パタパタ/pata pata (sayap yang bergerak cepat), dan masih banyak lagi. Penggunaan jenis onomatope ini bisa memicu rasa kegembiraan, candaan, atau bahkan menakutkan ketika merujuk pada sesuatu yang sangat bising.

Dalam bahasa Jepang, penggunaan onomatope sangatlah penting karena memudahkan pembicaraan sehari-hari. Onomatope juga merupakan salah satu bentuk keunikan bahasa Jepang karena sulit untuk menemukan jenis onomatope yang sama dalam bahasa lain. Oleh karena itu, jika Anda tertarik untuk mempelajari lebih lanjut tentang bahasa Jepang, maka disarankan untuk mempelajari jenis-jenis onomatope bahasa Jepang ini dengan seksama.

Fungsi Onomatope Bahasa Jepang dalam Kehidupan Sehari-hari


Onomatope Bahasa Jepang

Onomatope bahasa Jepang, atau yang biasa disebut giongo dan gitaigo, adalah kata-kata yang menirukan suara atau aksi yang terjadi. Kata-kata ini tidak hanya digunakan dalam bahasa Jepang, tetapi juga sangat sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Terdapat banyak contoh onomatope bahasa Jepang yang kita gunakan sehari-hari.

Apa fungsi dari onomatope bahasa Jepang dalam kehidupan sehari-hari di Indonesia? Inilah yang akan kita bahas pada subtopik berikut.

Menjelaskan situasi secara detail


Gambar situasi yang sama

Saat kita ingin menjelaskan tentang situasi yang sedang terjadi, kadangkala kata-kata saja tidak dapat menggambarkannya dengan sempurna. Inilah fungsi onomatope bahasa Jepang yang dapat memberikan detail yang lebih spesifik tentang situasi tersebut.

Contohnya, saat kita berjalan di jalan beraspal, kita dapat menggunakan onomatope bahasa Jepang “gotsun” untuk menggambarkan suara langkah kaki di atas aspal. Atau saat kita makan makanan yang sangat enak, kita bisa menggunakan “oishii” untuk menggambarkan rasa makanan yang benar-benar lezat.

Onomatope bahasa Jepang dapat membuat penjelasan tentang situasi menjadi lebih hidup dan menarik sehingga orang yang mendengarkan atau membaca dapat memahaminya dengan lebih baik.

Meningkatkan daya tarik dalam iklan atau media lainnya


Iklan

Onomatope bahasa Jepang juga sering digunakan dalam iklan atau media lainnya untuk menarik perhatian atau meningkatkan daya tarik pembaca. Kita semua pasti pernah melihat iklan-iklan dengan kalimat-kalimat yang catchy, dan tidak jarang di antaranya menggunakan onomatope bahasa Jepang.

Contohnya, saat kita melihat iklan mie instan yang menggambarkan mie yang sangat kenyal dan lezat, mereka akan menggunakan onomatope bahasa Jepang “puu” untuk menggambarkan saat mie sedang digigit dengan mulut yang masih terbuka lebar.

Onomatope bahasa Jepang juga sering digunakan dalam bahan-bahan promosi untuk mempromosikan produk atau makanan agar lebih menarik perhatian konsumen. Atau dalam media lainnya seperti manga atau anime, onomatope bahasa Jepang digunakan untuk memberikan efek suara saat karakter melakukan gerakan atau aksi tertentu.

Dalam beberapa kasus, penggunaan onomatope bahasa Jepang dalam media dapat menjadi ciri khas yang membedakan produk atau karya tersebut dengan yang lainnya.

Sebagai ekspresi rasa dan emosi


Ekspresi wajah

Kita pasti pernah merasa kesulitan dalam mengekspresikan rasa atau emosi kita dengan kata-kata. Inilah fungsi onomatope bahasa Jepang yang dapat membantu kita dalam mengekspresikan rasa dan emosi dengan lebih tepat.

Contohnya, saat kita merasa sedih, kita dapat menggunakan onomatope bahasa Jepang “buu buu” untuk mengekspresikan rasa sedih dengan suara tangisan. Atau saat kita merasa bahagia, kita bisa menggunakan “kyun kyun” untuk mengekspresikan rasa bahagia dengan suara hati yang berdetak cepat.

Onomatope bahasa Jepang dapat membantu kita dalam menyampaikan rasa dan emosi dengan lebih detail dan akurat, sehingga orang yang kita ajak berbicara dapat memahami perasaan yang sedang kita alami.

Itulah beberapa fungsi onomatope bahasa Jepang dalam kehidupan sehari-hari di Indonesia. Semoga informasi ini dapat memberikan manfaat dan meningkatkan pemahaman kita tentang kebudayaan Jepang.

Contoh Kalimat Menggunakan Onomatope Bahasa Jepang


Onomatope Bahasa Jepang in Indonesia

Bahasa Jepang dikenal memiliki banyak sekali onomatope atau kata-kata yang menirukan suara atau situasi tertentu. Onomatope bahasa Jepang sering digunakan dalam obrolan dan bahkan juga di dalam anime, manga, dan produk-produk Jepang lainnya. Dalam artikel ini, kami akan memberikan beberapa contoh kalimat menggunakan onomatope bahasa Jepang.

1. ガラガラ(Gara-gara)

Garagara

Kata ini digunakan untuk menirukan suara ketika sesuatu benda atau pintu yang keras dan berat di buka atau di tutup.

Contoh Kalimat:

Saat aku membuka pintu gudang, terdengar suara gara-gara yang sangat keras.

2. ブルブル(Buru-buru)

Buruburu

Kata ini menirukan suara yang terjadi ketika seseorang menggigil atau merinding karena dingin atau ketakutan.

Contoh Kalimat:

Saat Hana menyentuh air dingin di kolam renang, dia merinding dan bergidik-gidik, “Buruburu.”

3. キラキラ(Kira-kira)

Kira-kira

Kata ini menirukan suara gemerlap atau bersinar seperti yang terjadi ketika cahaya lampu dipantulkan di permukaan air atau permukaan bercat.

Contoh Kalimat:

Saat langit malam itu cerah, bintang-bintang akan berkilauan seperti permata, “Kira-kira”.

4. ザーザー(Za-za)

Za-za

Kata ini menirukan suara yang terjadi ketika hujan deras turun.

Contoh Kalimat:

Pada sore itu, ketika saya hendak pulang, hujan turun dengan lebatnya, “Za-za”.

Dalam bahasa Jepang, onomatope sangat umum digunakan untuk mengekspresikan berbagai situasi secara mudah dan langsung. Dalam contoh kalimat di atas, kita dapat melihat bagaimana kata-kata tersebut digunakan untuk menggambarkan dan menirukan situasi nyata. Nah, sekarang kamu sudah paham kan tentang beberapa onomatope bahasa Jepang? Jangan ragu untuk membuat kalimat dengan merangkainya dengan kata-kata keseharianmu, ya!

Perbedaan Onomatope Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia


Onomatope Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia

Onomatope atau kata yang menirukan suara adalah bagian penting dalam bahasa Jepang dan Indonesia. Namun, ada beberapa perbedaan yang signifikan dalam penggunaan onomatope di kedua bahasa tersebut.

1. Bentuk

Onomatope bahasa Jepang lebih konsisten dalam bentuknya daripada bahasa Indonesia. Bahasa Jepang memiliki suara tertentu untuk mewakili suara yang dihasilkan oleh objek atau aktivitas tertentu. Di sisi lain, bahasa Indonesia cenderung lebih fleksibel dalam bentuknya, sehingga tidak ada bentuk pasti untuk setiap onomatope.

2. Kuantitas

Bahasa Jepang cenderung memiliki lebih banyak onomatope daripada bahasa Indonesia. Ini karena bahasa Jepang lebih sering menggunakan onomatope untuk menggambarkan aktivitas, objek, atau suasana hati secara lebih spesifik. Bahasa Indonesia cenderung menggunakan kata-kata deskriptif lebih banyak daripada onomatope.

3. Frekuensi Penggunaan

Onomatope bahasa Jepang lebih sering digunakan dalam percakapan sehari-hari daripada bahasa Indonesia. Bahkan, onomatope bahasa Jepang sering ditulis dalam huruf hiragana atau katakana. Di sisi lain, bahasa Indonesia cenderung menggunakan onomatope dalam kadar yang lebih sedikit dan jarang ditulis dalam huruf yang berbeda dari abjad Latin.

4. Dampak Budaya

Bahasa Jepang memiliki budaya yang sangat kaya dalam hal mengembangkan onomatope, dan ini tercermin dalam banyaknya onomatope yang digunakan dalam bahasa Jepang. Di sisi lain, bahasa Indonesia tidak memiliki tradisi yang sama dalam hal pengembangan onomatope, meskipun ada beberapa onomatope yang telah digunakan secara luas.

5. Penciptaan Onomatope

Bahasa Jepang memiliki proses khusus untuk menciptakan onomatope baru, meskipun mungkin tidak umum bagi banyak penutur bahasa Jepang. Dalam bahasa Indonesia, onomatope cenderung diciptakan dengan melakukan variasi pada kata-kata yang sudah ada, atau dengan menggabungkan beberapa kata.

Secara keseluruhan, onomatope sangat penting dalam kedua bahasa, karena dapat membantu dalam menyampaikan konteks lebih spesifik dalam percakapan sehari-hari. Mengenal perbedaan dalam penggunaan onomatope bahasa Jepang dan bahasa Indonesia dapat mempermudah proses belajar dan memperkaya pemahaman tentang kedua bahasa tersebut.

Iklan