Asal Usul Candi dan Sejarahnya di Jepang


Candi dalam bahasa jepang

Candi (buddhist temple) adalah salah satu warisan budaya yang penting di Jepang. Bangunan ini biasanya dihiasi dengan arsitektur khas Jepang dan benda-benda religius yang diwariskan dari zaman dulu. Candi dapat ditemukan di seluruh penjuru Jepang, dan banyak diantaranya menjadi tempat ziarah bagi umat Budha. Asal mula candi ini sendiri sebetulnya berasal dari India, yang kemudian menyebar ke negara-negara Asia seperti Cina dan Jepang.

Candi lebih dikenal oleh masyarakat Jepang dengan sebutan “Otera” dimana artinya adalah “kuil besar”. Candi dapat ditemukan baik di kota maupun di pedesaan. Contohnya seperti Asakusa Kannon di Tokyo, Todai-ji di Nara dan Horyu-ji di Nara.

Menurut sejarah, candi sudah ada di Jepang sejak abad ke-6. Pada saat itu, agama Budha baru dikenalkan dari Cina ke Jepang. Kaisar Kotoku, yang memerintah pada masa itu, membangun beberapa candi untuk memuliakan agama baru tersebut. Salah satu candi tertua yang masih berdiri di Jepang adalah Horyu-ji di Nara yang dibangun pada tahun 607. Bangunan ini merupakan candi tertua yang masih berdiri setelah lebih dari 1.300 tahun lamanya.

Selama berabad-abad, candi di Jepang telah mengalami perubahan dan perkembangan. Pada abad ke-7 dan ke-8, candi dibangun dengan mengikuti arsitektur Cina. Namun, pada abad ke-9, arsitektur khas Jepang mulai ditampilkan dalam pembangunan candi. Salah satu ciri khas candi Jepang adalah atapnya yang dibuat dengan genteng keramik.

Candi Jepang juga dipengaruhi oleh agama Shinto yang telah ada di Jepang sebelum kedatangan agama Budha. Campuran kedua agama ini menghasilkan gaya arsitektur khas Jepang yang unik. Pada zaman Edo (1603-1868), candi menjadi sangat populer di kalangan rakyat biasa sebagai tempat pemujaan dan doa. Hal ini pada akhirnya juga mempengaruhi perkembangan arsitektur candi di Jepang.

Hingga saat ini, candi Jepang masih sangat penting bagi masyarakatnya. Candi menjadi tempat ziarah bagi umat Budha untuk berdoa, meditasi, dan menikmati keindahan arsitekturnya. Selain itu, candi juga menjadi objek wisata yang populer di kalangan turis lokal maupun internasional.

Dalam perkembangannya, banyak juga candi Jepang yang diabadikan menjadi situs warisan budaya UNESCO karena sejarah dan keasliannya. Beberapa diantaranya adalah Horyu-ji di Nara, Buddha di Todai-ji, Kuil Kasuga-taisha di Nara, dan Kuil Kamakura.

Jenis-Jenis Candi dan Fungsinya dalam Budaya Jepang


Candi dalam bahasa Jepang

Japan memiliki sejumlah candi yang sangat populer dan menjadi tujuan wisata bagi para peziarah dan wisatawan. Berikut ini adalah beberapa jenis candi yang ada di Jepang beserta fungsinya dalam budaya Jepang:

1. Shinto


Shinto Candi

Shinto adalah agama asli Jepang yang menghormati roh leluhur atau dewa. Jadi, Shinto Candi adalah tempat suci ritual dan ibadah dalam agama Shinto. Candi Shinto biasanya dibangun dalam desain arsitektur tradisional Jepang dan menampilkan atap curam dengan ornamen bergaya Jepang yang dikenal sebagai chigi dan katsuogi.

2. Buddhisme


Buddhisme Candi

Di Jepang, Buddhisme diperkenalkan pada abad ke-6 oleh biksu dari Korea dan Tiongkok. Buddhisme Candi terdiri dari banyak jenis, seperti Pagoda, Tarsih, dan Buddha Hall. Pagoda merupakan simbol Buddhisme yang paling terkenal di Jepang dan berfungsi sebagai tempat penghormatan dan pemujaan bagi Buddha dan para dewa dan dewi. Tarsih adalah candi untuk peribadatan Buddha dari paham Mahayana, sedangkan Buddha Hall adalah candi untuk ibadah dan belajar agama Buddha.

3. Fungsinya dalam Budaya Jepang


Fungsinya dalam budaya Jepang

Candi sangat penting bagi budaya Jepang karena tempat suci ini merupakan tempat yang sering digunakan untuk upacara perayaan keagamaan dan budaya. Selain itu, candi juga menjadi objek wisata yang dipuja kaum peziarah dan wisatawan. Candi menjadi sumber pendapatan negara Jepang karena banyak digunakan sebagai tempat ritual, agama, dan pariwisata.

Selain itu, candi juga memiliki keindahan arsitektur yang sangat menawan dan unik, dimana tiap jenis candi mempunyai ciri khas yang berbeda dan sangat menarik untuk dikunjungi. Anda dapat mengenal dan meresapi keindahaan bangunan candi tradisional Jepang di kota-kota besar seperti Kyoto dan Tokyo.

Namun, Anda juga harus memperhatikan adat dan aturan selama berkunjung ke candi, seperti mengenakan pakaian yang sopan dan tidak mengganggu kegiatan ritual atau ibadah yang sedang berlangsung. Candi merupakan simbol kesucian dan keagungan agama dan budaya Jepang, sehingga harus dihargai dan dijaga dengan baik oleh semua pemangku kepentingan.

Arsitektur dan Desain Unik Candi Jepang


candi-dalam-bahasa-jepang

Jepang memiliki sejarah dan budaya yang kaya, termasuk arsitektur dan desain yang luar biasa. Candi adalah salah satu contoh bangunan unik yang dibangun di Jepang. Candi dalam bahasa Jepang disebut “Tera atau Jiin”, yang berarti “kuil”. Candi umumnya digunakan sebagai tempat ibadah agama Buddha. Di Jepang, terdapat berbagai jenis candi yang memiliki desain unik dan mempesona.

1. Candi Tōdai-ji

Candi Tōdai-ji

Candi Tōdai-ji adalah candi terbesar di Jepang dan juga satu-satunya bangunan yang tersisa dari kompleks Kuil Tōdai-ji di Nara. Candi ini memiliki tinggi lebih dari 48 meter dan di dalamnya terdapat patung Buddha terbesar di dunia yang dibuat dari perunggu dengan tinggi 16.2 meter. Candi Tōdai-ji memiliki desain yang sangat indah dan terlihat sangat megah. Wisatawan dari seluruh dunia datang untuk mengunjungi candi ini, mempelajari sejarah budaya Jepang dan menikmati keindahan arsitekturnya.

2. Candi Kiyomizu-dera

Candi Kiyomizu-dera

Candi Kiyomizu-dera adalah salah satu candi paling terkenal di Jepang. Candi ini terletak di kota Kyoto dan merupakan salah satu situs warisan dunia UNESCO. Candi ini dibangun pada tahun 798 Masehi oleh seorang biksu bernama Enchin. Desain bangunan ini sangat unik karena tidak ada satu sekalipun paku atau baut yang digunakan pada bangunannya. Selain itu, bagian teras candi ini terbuat dari kayu yang sangat kuat. Di dalam candi, terdapat banyak patung Buddha dan arca lainnya. Dari teras candi, kita bisa menikmati pemandangan yang indah di sekitar Kiyomizu-dera.

3. Candi Byōdō-in

Candi Byōdō-in

Candi Byōdō-in terletak di Uji, Prefektur Kyoto. Candi ini dibangun pada abad ke-11 sebagai vila bagi kaisar dan kemudian diubah menjadi tempat ibadah agama Buddha pada abad ke-14. Candi ini memiliki arsitektur yang sangat unik dan mempesona, dengan air mancur di tengah-tengah dan dua bangunan sayap lainnya yang secara simetris terletak di samping bangunan utama. Candi Byōdō-in juga memiliki taman yang indah dan sangat tenang, yang terkenal dengan warna-warna musim bunga yang menakjubkan.

4. Candi Hōryū-ji

Candi Hōryū-ji

Candi Hōryū-ji adalah salah satu situs warisan dunia UNESCO yang terletak di Nara, Jepang. Candi ini dibangun pada tahun 607 Masehi dan menjadi candi tertua di Jepang. Candi Hōryū-ji memiliki arsitektur yang sangat konservatif, dengan bagian-bagian terbuat dari kayu dan tembok yang sangat kuat. Di dalam candi ini terdapat banyak patung dan arca Buddha yang sangat indah. Selain itu, di sekitar candi juga terdapat taman yang sangat luas dan tenang. Wisatawan dari seluruh dunia datang untuk mengunjungi candi ini dan mempelajari sejarah budaya Jepang.

Kesimpulannya, candi-candi di Jepang menunjukkan keunikan dan keindahan arsitektur dan desain, serta merupakan bagian penting dari sejarah dan budaya Jepang. Melalui kunjungan ke candi-candi ini, wisatawan dapat merasakan dan memahami budaya Jepang yang kaya dan luar biasa.

Tradisi dan Upacara yang Dilakukan di Candi Jepang


Candi Jepang

Candi merupakan salah satu bangunan suci yang sangat penting dalam agama Buddha. Selain sebagai tempat ibadah, candi juga sering dijadikan sebagai salah satu destinasi wisata religi bagi orang yang ingin merasakan suasana tenang dan damai di dalamnya. Di Jepang sendiri, terdapat beberapa candi yang terkenal dengan adat dan upacara yang dilakukan di dalamnya. Berikut ini merupakan beberapa tradisi dan upacara yang biasa dilakukan di candi Jepang.

Upacara Meditasi di Candi Jepang

1. Upacara Meditasi

Upacara meditasi merupakan salah satu tradisi yang sudah berlangsung sejak lama di candi Jepang. Upacara ini biasanya dilaksanakan pada pagi hari sebelum pengunjung datang. Pada saat melakukan upacara ini, pengunjung akan diminta untuk duduk di dalam gedung ibadah dan bermeditasi dalam beberapa menit. Selama meditasi berlangsung, para pengunjung akan menyadari apa yang seharusnya dilakukan dan mengatur pikiran serta perasaannya untuk mencapai kedamaian batin.

Upacara Tepung Debu di Candi Jepang

2. Upacara Tepung Debu

Upacara Tepung Debu atau yang disebut juga dengan Shinto, merupakan salah satu upacara yang dilakukan di beberapa candi di Jepang. Upacara ini dilakukan dengan menghamburkan tepung debu pada tubuh pengunjung atau sampai mereka merasa terpuaskan secara batin. Tepung debu yang digunakan sama sekali bukan debu biasa, melainkan tepung yang berasal dari kayu cendana, atau dalam bahasa Jepang dikenal sebagai Fushou-ko.

Upacara Seijin Shiki di Candi Jepang

3. Upacara Seijin Shiki

Upacara Seijin Shiki merupakan upacara yang dilaksanakan untuk merayakan kehadiran pemuda yang sudah memiliki akhlak dan bertanggung jawab tinggi. Dalam tradisi Jepang, Seijin Shiki merupakan sebuah upacara yang sangat penting dan dinanti-nantikan oleh banyak orang. Seijin Shiki dilaksanakan di banyak candi di Jepang, di mana pemuda-pemuda berusia 20 tahun akan mengenakan pakaian tradisional dan pergi ke candi untuk merayakan upacara ini.

Ritual Murugan di Candi Jepang

4. Ritual Murugan

Ritual Murugan atau disebut juga dengan kagura, adalah sebuah upacara berupa tarian yang dilakukan oleh para tetua di depan patung dewa. Kagura merupakan sebuah bentuk pemujaan dewa yang dipercayai bisa membersihkan jiwa dan pikiran serta membawa kebahagiaan bagi yang melakukannya. Dalam candi Jepang, ritual Murugan biasanya dilaksanakan pada malam hari, di mana para tetua akan mengenakan pakaian khusus dan melakukan gerakan-gerakan unik sebagai tanda penghormatan pada dewa yang disembah.

Itulah beberapa tradisi dan upacara yang biasa dilakukan di dalam candi Jepang. Jangan lewatkan untuk merasakan keindahan dan kesejukan yang terdapat di dalam candi Jepang bersama orang-orang terkasih atau tempat wisata lainnya di Jepang.

Pelestarian dan Perawatan Candi Jepang untuk Masa Depan


Pelestarian dan Perawatan Candi Jepang untuk Masa Depan

Candi merupakan sebuah warisan budaya yang perlu dijaga dan dilestarikan untuk generasi selanjutnya. Candi juga menjadi salah satu daya tarik wisata di Jepang seiring dengan keunikan dan keindahan arsitektur yang dimilikinya. Melihat pentingnya peran Candi Jepang, para pakar dan pemerintah setempat mengambil inisiatif untuk menjaga dan merawat candi-candi yang ada di Negeri Sakura ini.

Berbagai upaya telah dilakukan guna memastikan bahwa Candi di Jepang terjaga dan tetap berdiri kokoh hingga masa depan. Hal itu dilakukan dengan cara mengadakan pemeliharaan, restorasi, dan konservasi bagi para Candi yang ada.

Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menjalankan Restorasi Candi Kasuga. Pada tahun 1949, konservasi dan restorasi dilakukan pada Candi Kasuga di Nara, Jepang. Candi yang menjadi tempat ibadah Shinto dan Buddhisme ini dibangun pada tahun 768 Masehi tersebut menjadi ikon yang sangat terkenal dan bersejarah bagi masyarakat Nara.

Selain melakukan restorasi, upaya konservasi juga dilakukan oleh pihak pemerintah Jepang. Sebuah program konservasi kecil telah dilaksanakan di Candi Toshodai-ji, Nara guna merawat candi yang menjadi salah satu situs WARISAN DUNIA UNESCO itu. Program tersebut dijalankan untuk menjaga keaslian bahan dan arsitektur yang digunakan dalam pembangunan Candi Toshodai-ji.

Tidak hanya perlindungan fisik candi saja yang menjadi prioritas, namun pihak pemerintah Jepang juga menitikberatkan pada keseimbangan ekologi lingkungan sekitar Candi. Pohon-pohon sekitar Candi menjadi elemen penting yang membantu menjaga keseimbangan alam di sekitar Candi. Oleh karena itu, para pelestari berusaha menjaga dan membersihkan lingkungan sekitar candi agar tetap hijau dan lestari.

Upaya lain yang dilakukan untuk mengembalikan kejayaan candi-candi itu dilakukan dengan membuat replika candi. Candi To-ji yang berada di Kyoto adalah salah satu contoh candi yang telah dibuatkan replikanya. Candi ini merujuk pada arsitektur candi kuno dan menjadi simbol keindahan arsitektur candi Jepang. Replika candi ini dibuat agar orang-orang dapat melihat candi aslinya yang terkubur tanah.

Dari berbagai upaya yang dilakukan oleh para pakar dan pemerintah setempat, Candi Jepang dapat terus hidup dan bertahan hingga masa depan. Peran kita sebagai pengunjung dan pemilik warisan budaya yang ada harus turut serta aktif dalam menjaga dan melestarikannya agar dapat dinikmati bersama oleh generasi selanjutnya.

Iklan