Merepotkan Bahasa Jepang di Indonesia


Perbedaan pengucapan dan penulisan kata


Perbedaan pengucapan dan penulisan kata

Jepang merupakan salah satu bahasa asing yang populer di Indonesia. Banyak orang yang tertarik untuk mempelajari bahasa ini, mulai dari anak-anak hingga dewasa. Namun, meskipun telah banyak kursus atau sanggar bahasa Jepang tersedia di Indonesia, tetap saja banyak yang merasa kesulitan dengan bahasa Jepang. Hal ini disebabkan oleh perbedaan pengucapan dan penulisan kata Jepang dan Indonesia yang cukup signifikan.

Perbedaan pengucapan kata Jepang dan Indonesia dapat dilihat dari pengucapan huruf vokal, bunyi huruf konsonan, dan intonasi kata. Misalnya, huruf vokal “u” pada kata Jepang sebenarnya tidak diucapkan, tetapi pada kata Indonesia biasanya diucapkan. Selain itu, huruf “r” pada kata Jepang cenderung diucapkan dengan lidah di atas langit-langit mulut (rolled r), sedangkan pada kata Indonesia lebih sering diucapkan dengan lidah di rongga mulut (flat r). Perbedaan ini cukup sulit untuk dipelajari, dan butuh latihan yang cukup lama agar bisa diucapkan dengan benar.

Selain itu, perbedaan penulisan kata Jepang dan Indonesia juga cukup kompleks. Jepang menggunakan tiga jenis huruf, yaitu hiragana, katakana, dan kanji. Hiragana dan katakana merupakan huruf asli Jepang, sedangkan kanji berasal dari Cina. Jumlah huruf dalam hiragana dan katakana sangat banyak, dan setiap huruf memiliki bentuk tulisan yang berbeda untuk setiap suku kata. Misalnya, kata “anata” (anda) ditulis dengan huruf hiragana あなた, sedangkan kata “sudah” ditulis dengan huruf hiragana すでに.

Sedangkan kanji merupakan huruf yang memiliki makna tertentu, seperti huruf Cina. Kanji digunakan dalam bahasa Jepang untuk menuliskan kata benda atau kata kerja tertentu, dan setiap kanji memiliki arti yang berbeda-beda. Jumlah kanji yang harus dipelajari juga sangat banyak, sehingga butuh usaha dan waktu yang cukup lama.

Perbedaan pengucapan dan penulisan kata Jepang dan Indonesia tentu saja cukup merepotkan bagi orang yang baru mempelajari bahasa Jepang. Namun, dengan usaha dan kesabaran yang cukup, perbedaan tersebut bisa diatasi. Salah satu cara agar bisa menguasai bahasa Jepang dengan baik adalah dengan membaca buku atau artikel dalam bahasa Jepang, serta berlatih mendengar dan berbicara dengan orang yang sudah mahir dalam bahasa Jepang.

Kesimpulannya, perbedaan pengucapan dan penulisan kata Jepang dan Indonesia cukup signifikan, terutama pada pengucapan huruf vokal, bunyi huruf konsonan, dan intonasi kata. Selain itu, Jepang juga menggunakan tiga jenis huruf, yaitu hiragana, katakana, dan kanji. Oleh karena itu, diperlukan usaha dan kesabaran yang cukup untuk bisa mempelajari bahasa Jepang dengan baik. Namun, dengan cara yang tepat dan konsisten, siapapun bisa menguasai bahasa Jepang dengan baik.

Peliknya tata bahasa dalam bahasa Jepang


Peliknya tata bahasa dalam bahasa Jepang

Bahasa Jepang adalah salah satu bahasa yang paling sulit untuk dipelajari. Bukan hanya karena sistem penulisan dan ejaannya yang rumit, tetapi juga karena struktur tata bahasanya yang pelik. Dalam bahasa Jepang, urutan kata dalam sebuah kalimat sangat penting karena bisa mempengaruhi makna kalimat itu sendiri. Oleh karena itu, sangat penting bagi pelajar bahasa Jepang untuk mengetahui tata bahasa dasar, karena satu kesalahan kecil saja dalam tata bahasa bisa mengubah seluruh makna kalimat.

Dalam tata bahasa Jepang, urutan kata dalam sebuah kalimat umumnya mengikuti pola subjek-predikat-objek, sama seperti bahasa Indonesia. Namun, ada beberapa aturan tata bahasa yang harus diketahui agar pesan yang ingin disampaikan bisa tersampaikan dengan tepat. Berikut adalah beberapa contoh tata bahasa yang pelik dalam bahasa Jepang:

1. Partikel (joshi)

Partikel adalah unsur bahasa Jepang yang sangat penting. Partikel sangat mempengaruhi makna kalimat dan membantu untuk memahami peran setiap kata dalam kalimat. Di dalam bahasa Jepang, ada banyak jenis partikel yang memiliki fungsi yang berbeda. Beberapa contoh partikel yang sering digunakan adalah “wa”, “ga”, “no”, “ni”, “de”, “to”, dan “mo”. Setiap partikel memiliki fungsinya masing-masing dan bisa mempengaruhi makna kalimat yang dibuat. Oleh karena itu, sangat penting untuk mempelajari partikel dengan baik agar bisa memahami tata bahasa dalam bahasa Jepang.

2. Pola kosong (Kara Jumon)

Pola kosong atau “kara jumon” adalah pola tata bahasa dalam bahasa Jepang yang menggunakan kata-kata tanpa partikel. Pola kosong sangat penting dalam tata bahasa Jepang karena bisa mempengaruhi makna kalimat. Ada beberapa pola kosong yang sering digunakan dalam bahasa Jepang, antara lain “tokoro” dan “kenai”. Pola “tokoro” digunakan untuk menunjukkan waktu, tempat, atau kondisi, sedangkan pola “kenai” digunakan untuk menunjukkan bahwa seseorang tidak suka atau tidak ingin melakukan sesuatu.

3. Kebalikan urutan kata (sakura no are)

Dalam bahasa Jepang, kata-kata dalam sebuah kalimat bisa diubah urutannya untuk menekankan beberapa hal yang penting dalam kalimat tersebut. Aturan tata bahasa ini dikenal dengan sebutan “sakura no are”, yang secara harfiah berarti “letak sakura”. Kebalikan urutan kata ini bisa mempengaruhi makna kalimat. Sebagai contoh, jika kata “neko” yang artinya kucing berada pada akhir kalimat, maka artinya akan menjadi “Ada kucing?” Jika kata “neko” diletakkan di awal kalimat, maka artinya akan menjadi “Kucing ada.” Oleh karena itu, sangat penting untuk memperhatikan posisi kata dalam sebuah kalimat untuk menjaga makna kalimat yang ingin disampaikan.

4. Tanpa subjek dan predikat (daimeishi)

Saat kita berbicara, kita biasanya menggunakan subjek dan predikat dalam setiap kalimat. Namun, dalam bahasa Jepang, tidak selalu ada subjek dan predikat dalam setiap kalimat. Dalam bahasa Jepang, kata-kata seperti “watashi” (saya), “kare” (dia), “anata”(kamu), dan “kono” (ini) yang disebut “daimeishi”, sering kali tidak diperlukan dalam kalimat karena sudah jelas dari konteks siapa atau apa yang dimaksud. Ini adalah salah satu alasan mengapa bahasa Jepang terkadang terdengar seperti ngawur bagi pelajar yang belum terbiasa dengan tata bahasa Jepang.

Dalam bahasa Jepang, tata bahasa adalah salah satu aspek yang paling penting. Tanpa memahami tata bahasa dengan baik, pesan yang ingin disampaikan bisa salah tafsir dan salah paham. Oleh karena itu, sangat penting untuk mempelajari tata bahasa Jepang dengan benar dan terus berlatih agar bisa memahami bahasa Jepang dengan baik.

Sistem Huruf Kanji yang Rumit


Sistem Huruf Kanji yang Rumit

Dari semua bahasa yang belajar, bahasa Jepang mungkinlah bahasa yang paling rumit. Bahasa Jepang memiliki tiga jenis huruf: Hiragana, Katakana, dan Kanji. Hiragana dan Katakana merupakan jenis huruf yang belajar di tingkat dasar, sementara huruf Kanji adalah jenis huruf yang paling sulit dan rumit untuk dipelajari.

Huruf Kanji berasal dari bahasa Tionghoa, dan bahasa Jepang mengadopsi huruf ini pada abad ke-6. Huruf Kanji sebenarnya adalah karakter-karakter Mandarin yang dipakai untuk menuliskan kata-kata dalam Bahasa Tionghoa. Keunikan bahasa Jepang membuat huruf Kanji diadopsi untuk menulis kata-kata dalam bahasa Jepang.

Huruf Kanji terdiri dari ribuan karakter, dan setiap karakter memiliki arti tertentu. Untuk bisa menguasai huruf Kanji, seseorang harus mempelajari dan menghafal arti dari setiap karakter. Masing-masing karakter huruf Kanji memiliki bentuk dan struktur yang berbeda-beda. Ada karakter yang mudah untuk diingat dan dihafal, namun ada juga karakter yang sangat sulit dan rumit.

Huruf Kanji

Huruf Kanji memang menjadi batu sandungan bagi banyak orang yang ingin belajar Bahasa Jepang. Sebenarnya, mempelajari huruf Kanji memerlukan waktu dan kesabaran yang lebih dibandingkan dengan huruf Hiragana dan Katakana. Namun, hal ini bukanlah alasan untuk tidak belajar huruf Kanji. Karena sebagaimana diketahui, huruf Kanji merupakan bagian penting dari Bahasa Jepang.

Huruf Kanji digunakan dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari, seperti membaca papan nama di jalan, surat kabar, majalah, buku, atau mengirim pesan teks dalam Bahasa Jepang. Tanpa menguasai huruf Kanji, seseorang akan kesulitan untuk memahami isi tulisan dan berkomunikasi dengan warga Jepang. Oleh karena itu, belajar huruf Kanji adalah suatu keharusan bagi semua orang yang ingin belajar Bahasa Jepang.

Meskipun sulit, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mempelajari huruf Kanji dengan lebih mudah. Caranya adalah dengan membiasakan diri membaca dan menulis huruf Kanji sehari-hari. Selain itu, menghafal huruf Kanji dengan mengaitkan arti karakter dengan kata-kata dalam Bahasa Jepang juga dapat mempermudah proses belajar.

Dengan kesabaran dan usaha yang terus menerus, siapa saja bisa menguasai huruf Kanji dan berkomunikasi dalam Bahasa Jepang dengan lebih lancar. Oleh karena itu, janganlah takut untuk belajar huruf Kanji yang rumit ini. Bagaimanapun, belajar bahasa asing akan memperkaya pengetahuan kita dan membuka kesempatan untuk lebih memahami budaya negara tersebut.

Menerjemahkan Bahasa Jepang yang Ambigu


Menerjemahkan Bahasa Jepang yang Ambigu

Pada umumnya, masyarakat Indonesia sangat menyukai drama Jepang. Tak hanya itu, bahasa Jepang juga menjadi salah satu pelajaran yang dipilih oleh sebagian besar pelajar. Namun, taukah Anda jika bahasa Jepang memiliki beberapa kata yang ambigu dan sulit untuk diterjemahkan?

Dalam artikel ini, kami akan membahas empat kata dalam bahasa Jepang yang ambigu dan sulit untuk diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Kami juga akan memberikan penjelasan serta contoh penggunaan kata tersebut.

1. 片思い (kataomoi)

Kata ini sering kali digunakan dalam drama Jepang. Dalam Kamus Bahasa Indonesia-Jepang, kata ini diartikan sebagai “one-sided love”. Namun, bagi orang yang sudah pernah merasakan kataomoi, artinya sangatlah dalam.

Kataomoi bisa diartikan sebagai perasaan cinta yang tidak terbalas. Jadi, bisa dipahami jika kata ini sulit untuk diterjemahkan.

Contoh penggunaan kataomoi dalam kalimat: “Akhirnya aku tahu perasaannya. Dia memiliki kataomoi padaku.”

2. 空気 (kuuki)

Kuuki dalam Kamus Bahasa Indonesia-Jepang diartikan sebagai “udara”. Namun, kuuki juga sering kali digunakan untuk menggambarkan kondisi situasi atau suasana.

Jadi, kata kuuki bisa memiliki arti yang berbeda sesuai dengan konteks. Beberapa arti dari kuuki antara lain:

– situasi (rekishi no kuuki)
– suasana hati (kuuki ga yoku nai)
– atmosfir (kuuki ga ii)
– nuansa (iroke no kuuki ga suriniku natte iru)

Contoh penggunaan kuuki dalam kalimat: “Situasi di kantor sedang tidak baik. Kuuki nya terlalu tegang.”

3. 幸せ (shiawase)

Kata ini sering kali diterjemahkan sebagai “kebahagiaan”. Namun, di dalam budaya Jepang, makna dari shiawase lebih dari sekadar kebahagiaan.

Shiawase bisa diartikan sebagai keadaan di mana segala sesuatunya berjalan dengan baik dan lancar. Orang yang memiliki shiawase dianggap sebagai orang yang hidup dengan baik dan benar.

Contoh penggunaan shiawase dalam kalimat: “Saat itu aku merasa sungguh beruntung dan merasakan shiawase yang sebenarnya.”

4. 悩む (nayamu)

Nayamu dalam Kamus Bahasa Indonesia-Jepang diartikan sebagai “merenung” atau “memikirkan”. Namun, kata ini lebih sering digunakan untuk menggambarkan perasaan kebingungan atau tidak tahu harus melakukan apa dalam situasi tertentu.

Jadi, kata nayamu memiliki arti yang lebih dalam dan kompleks. Orang yang nayamu bisa merasakan kebingungan yang sangat besar dan sulit untuk diatasi.

Contoh penggunaan nayamu dalam kalimat: “Aku sering nayamu ketika harus membuat keputusan besar dalam hidupku.”

Demikianlah empat kata dalam bahasa Jepang yang ambigu dan sulit untuk diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Penggunaan kata tersebut bisa bervariasi sesuai dengan konteks dan budaya masyarakat Jepang. Oleh karena itu, sebagai penerjemah, perlu membuat keputusan yang tepat dalam menerjemahkan kata-kata yang ambigu seperti tersebut di atas.

Sulitnya memahami ekspresi dan idiom dalam percakapan Jepang


Sulitnya menyerap bahasa Jepang alam percakapan

Berbicara dalam bahasa Jepang memang menjadi keinginan banyak orang, terlebih mereka yang tinggal di Indonesia dan memiliki ketertarikan pada budaya dan bahasa Jepang. Akan tetapi, satu hal yang sering kali menjadi kendala dalam mempelajari bahasa Jepang adalah sulitnya memahami ekspresi dan idiom dalam percakapan Jepang.

Jepang memiliki banyak sekali ekspresi dan idiom yang digunakan dalam percakapan sehari-hari untuk mengungkapkan tujuan atau emosi yang muncul. Namun, tidak jarang kata-kata tersebut sulit untuk dipahami oleh orang yang baru saja mempelajari bahasa Jepang.

Jika anda tertarik untuk mempelajari bahasa Jepang, maka penting untuk mengetahui beberapa ekspresi dan idom yang sering digunakan dalam percakapan sehari-hari. Berikut ini adalah beberapa ekspresi dan idiom yang sering digunakan dalam percakapan sehari-hari:

Penggunaan “Chotto Matte”


Chotto Matte

Salah satu ekspresi yang sering digunakan dalam percakapan Jepang adalah “chotto matte” yang berarti “tunggu sebentar”. Ekspresi ini biasanya digunakan saat seseorang ingin meminta orang lain untuk menunggu beberapa saat sebelum bisa memberikan jawaban.

Contohnya, saat sedang berbicara dengan rekan kerja mengenai sebuah proyek, tetapi kita masih membutuhkan waktu untuk mencari data yang diperlukan. Maka, kita bisa menggunakan ekspresi “chotto matte” untuk meminta waktu beberapa saat sebelum memberikan jawaban atau informasi yang dibutuhkan.

Penggunaan “Mou ichido itte kudasai”


Mou ichido itte kudasai

Ekspresi “mou ichido itte kudasai” yang berarti “silahkan ulangi lagi” sering digunakan dalam percakapan Jepang. Ekspresi ini umumnya digunakan saat kita belum memahami atau mengerti dengan baik apa yang sedang dicakapkan oleh lawan bicara kita.

Contohnya, saat sedang berbicara dengan rekan kerja mengenai suatu laporan, tetapi kita masih kurang mengerti dan memahami isi laporannya. Maka, kita bisa menggunakan ekspresi “mou ichido itte kudasai” untuk meminta lawan bicara kita untuk mengulangi penjelasannya.

Penggunaan “sumimasen”


Sumimasen

Kata “sumimasen” sering digunakan dalam percakapan Jepang sebagai bentuk permintaan maaf atau pengandaian pada seseorang. Kata ini memiliki banyak makna tergantung pada situasi dan konteks yang terjadi.

Contohnya, saat sedang berbicara dengan rekan kerja namun terdapat kesalahan dalam penjelasan yang kita berikan, maka kita bisa mengucapkan kata “sumimasen” sebagai permintaan maaf dan memperbaiki kesalahan yang telah kita lakukan.

Penggunaan “Gomen nasai”


Gomen nasai

Sama seperti “sumimasen”, kata “gomen nasai” juga digunakan sebagai bentuk permintaan maaf. Namun, kata ini digunakan dalam situasi yang lebih formal dan sering kali digunakan dalam konteks yang lebih serius.

Contohnya, saat hendak meminta maaf atas kesalahan besar yang telah dilakukan dan meminta pengampunan dari orang yang merasa dirugikan, kita bisa menggunakan ekpresi “gomen nasai”.

Dengan memahami beberapa ekspresi dan idiom yang sering digunakan dalam percakapan Jepang, diharapkan dapat membantu memudahkan dalam berkomunikasi dan memahami budaya serta bahasa Jepang yang lebih baik lagi.

Iklan