Apa Arti Furui Dalam Bahasa Jepang?


Furui artinya di jepang

Furui adalah salah satu kata dalam bahasa Jepang yang memiliki makna sebagai “tua” atau “usang”. Istilah ini biasanya digunakan untuk menggambarkan benda-benda yang sudah ada sejak lama dan memiliki nilai sejarah atau sentimental bagi masyarakat Jepang. Furui artinya juga bisa diartikan sebagai “ketuaan” atau “kedaluwarsa”, terutama jika digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang sudah tidak lagi digunakan atau relevan dengan zaman sekarang.

Konsep furui sangat penting dalam budaya dan seni tradisional Jepang, di mana penghormatan terhadap keindahan, kesederhanaan, dan keabadian menjadi nilai utama. Salah satu contoh paling terkenal dari seni furui adalah seni perbaikan keramik yang disebut kintsugi, di mana pecahan-persis pecahan-persis keramik yang patah digabungkan kembali dengan menggunakan lem emas. Proses ini memperlihatkan pemikiran Jepang akan nilai-nilai filosofis hidup, di mana keindahan dan kerapian tetap terjaga meskipun harus mengalami kerusakan atau kegagalan.

Furui juga sering digunakan dalam istilah-istilah dalam bahasa Jepang. Misalnya, kata furusato yang bermakna sebagai “kampung halaman” yang merujuk pada tempat di mana seseorang lahir dan tumbuh besar. Furusato juga memiliki konotasi tentang rasa cinta dan rindu akan tempat tersebut, sekaligus mengandung konsep tentang keindahan yang langgeng dan abadi. Kita bisa melihatnya pada lagu tradisional Jepang dengan judul Furusato yang menggambarkan nostalgia terhadap keindahan alam dan kenangan di kampung halaman.

Di sisi lain, furui digunakan sebagai istilah dalam bahasa Jepang untuk menjelaskan tentang rasa sakit atau nyeri pada otot dan sendi akibat usia yang semakin tua atau cedera. Jenis nyeri ini biasanya terjadi pada orang tua dan disebut dengan istilah furubokori. Namun, tidak semua orang tua mengalami furubokori, tergantung pada pola hidup, lingkungan, dan jenis pekerjaannya.

Selain sebagai konsep dan istilah dalam budaya Jepang, furui juga sering digunakan dalam bahasa sehari-hari orang Jepang. Contohnya seperti furui-ya atau toko barang bekas, serta furui-mono atau benda-benda usang atau tua yang dijual di toko tersebut. Toko seperti ini biasanya ramai dikunjungi oleh para pecinta barang antik dan kolektor, yang memandang furui sebagai benda yang unik dan berharga. Furui-mono juga sering muncul dalam seni dan desain modern Jepang, di mana nilai-nilai keindahan tradisional Jepang disandingkan dengan desain yang inovatif dan kreatif.

Kesimpulannya, furui artinya adalah “tua” atau “usang” dalam bahasa Jepang, namun juga memiliki konotasi yang lebih luas seperti “ketuaan” atau “kedaluwarsa”. Konsep furui sangat penting dalam budaya dan seni tradisional Jepang, di mana keindahan, kesederhanaan, dan keabadian menjadi nilai utama. Furui juga digunakan dalam istilah-istilah dalam bahasa Jepang, serta sebagai istilah dalam bahasa sehari-hari orang Jepang untuk menjelaskan tentang rasa sakit atau nyeri yang dialami oleh orang tua akibat usia yang semakin tua atau cedera.

Furui: Sejarah dan Perkembangannya


Furui

Seni Furui merujuk pada gaya seni lukis tradisional Jepang yang telah berkembang selama lebih dari seribu tahun. Seni ini merupakan warisan budaya Jepang yang memiliki sejarah dan nilai estetika yang tinggi. Nama Furui berasal dari bahasa Jepang yang berarti ‘lama’ atau ‘kuno’, mengacu pada tradisi seni lukis yang telah bertahan selama berabad-abad.

Furui berkembang di Jepang pada era Nara (710-794) dan Heian (794-1185) ketika pengaruh Tiongkok sangat terasa di negara ini. Pelukis dan seniman Jepang mulai mengadopsi teknik dan gaya lukis Tiongkok pada periode ini, namun seiring waktu, mereka mulai mengembangkan gaya lukis yang lebih unik dan dipengaruhi oleh tradisi Jepang.

Seni Furui

Pada periode Muromachi (1336-1573), seni lukis Furui semakin berkembang dan menjadi sangat populer di kalangan kalangan kelas atas Jepang. Lukisan Furui dari periode ini memberikan nilai estetika yang tinggi, dengan teknik pewarnaan yang indah dan gaya lukis yang lembut. Pelukis seperti Sesshu Toyo dan Kano Eitoku adalah beberapa nama besar yang turut memopulerkan seni lukis Furui pada masa ini.

Pada periode Edo (1603-1868), seni Furui mencapai puncak popularitasnya. Seni lukis Furui pada masa ini semakin beragam, dengan teknik pewarnaan yang semakin canggih dan gaya lukis yang semakin individualistik. Karya seni lukis dari pelukis seperti Ito Jakuchu, Maruyama Okyo, dan Nakabayashi Chikuto adalah beberapa contoh seni Furui yang sangat dihargai pada zaman Edo.

Seni Furui

Namun seiring berkembangnya zaman, seni lukis Furui mulai meredup dan kehilangan pamornya. Era Meiji (1868-1912) memperkenalkan modernisasi dan pembelajaran Barat ke Jepang, dan seni tradisional seperti Furui mulai diabaikan. Pada masa Perang Dunia II, seni Furui dipakai sebagai alat propaganda untuk menggalang semangat rakyat Jepang dalam perang, dan seni lukis ini sempat mengalami kebangkitan kecil pada periode ini.

Namun di era modern, seni Furui kembali meredup populeritasnya. Seniman dan penikmat seni Jepang lebih memilih mengapresiasi seni lukis modern dan seni lukis Barat daripada seni lukis tradisional seperti Furui. Meski begitu, seni Furui tetap dijaga keaslian dan diapresiasi oleh orang-orang yang mencintai warisan budaya Jepang.

Jenis-Jenis Kata Furui dalam Bahasa Jepang


Jenis-Jenis Kata Furui dalam Bahasa Jepang

Furui adalah kata dalam bahasa Jepang yang memiliki arti tua atau kuno. Kata ini digunakan untuk menjelaskan segala sesuatu yang telah berusia tua atau dianggap kuno. Furui merupakan kata sifat dan juga bisa digunakan sebagai kata kerja dalam beberapa situasi. Selain itu, terdapat beberapa jenis kata furui dalam bahasa Jepang yang akan dibahas di bawah ini:

1. Furui (古い)

Furui (古い)

Kata furui dalam bahasa Jepang biasanya digunakan untuk mendeskripsikan barang-barang seperti mobil, pakaian, atau gedung-gedung yang sudah berusia tua. Selain itu, kata furui juga bisa digunakan untuk menjelaskan perasaan seseorang seperti rasa sayang atau keinginan untuk kembali ke masa lalu.

2. Kyūketsuki (旧悔)

Kyūketsuki (旧悔)

Kata kyūketsuki dalam bahasa Jepang juga bisa digunakan sebagai sinonim dari kata furui. Namun, kata ini lebih sering digunakan untuk barang-barang yang sudah kuno dan jarang ditemukan seperti mainan anak-anak atau koleksi barang antik.

3. Kusatta (腐った)

Kusatta (腐った)

Kata kusatta dalam bahasa Jepang berarti busuk dan dapat digunakan untuk mendeskripsikan makanan atau barang elektronik kuno yang telah rusak. Selain itu, kata ini juga bisa digunakan untuk mengungkapkan perasaan negatif seperti ketidakpercayaan, kebencian, atau kesedihan.

Kusatta juga merupakan kata kerja dan digunakan untuk mendeskripsikan proses pembusukan di dalam sebuah benda atau makanan. Contohnya, jika sebuah buah sudah kusatta atau busuk, maka kita harus membuangnya agar tidak merusak buah yang lain. Adapun sinonim dari kusatta adalah usukurai atau usukunatta.

4. Furuku natta (古くなった)

Furuku natta (古くなった)

Kata furuku natta terbentuk dari kombinasi kata furui dan kata naru yang berarti menjadi atau telah. Jadi, kata ini digunakan untuk menggambarkan barang-barang atau benda-benda yang telah menjadi kuno dan tidak lagi sesuai dengan zaman sekarang atau sudah tidak berguna lagi seperti komputer lama atau mesin ketik.

5. Mubō (無鮑)

Mubō (無鮑)

Kata mubō dalam bahasa Jepang berarti lapuk atau busuk dan digunakan untuk menggambarkan benda-benda seperti kayu atau logam yang telah terkena karat atau jamur. Kata ini bisa digunakan sebagai sinonim dari kata furui atau kusatta.

Itulah beberapa jenis kata furui dalam bahasa Jepang beserta maknanya. Dalam penggunaannya, kita harus memperhatikan konteks kalimat dan situasi agar tidak salah dalam menyampaikan makna.

Furui Artinya

Furui adalah sebuah kata dalam bahasa Jepang yang artinya adalah “tua” atau “jadul” dalam Bahasa Indonesia. Kata ini sering digunakan untuk memberi deskripsi pada sesuatu yang sudah tua atau ketinggalan zaman, baik itu benda maupun orang.

Contoh Kalimat dengan Penggunaan Furui:

Furui dalam percakapan sehari-hari


Furui

Dalam percakapan sehari-hari, kata “furui” sering digunakan untuk memberi deskripsi pada benda-benda yang sudah tua dan usang. Contohnya adalah:

  • “Handphone lama saya sudah rusak, saya harus membeli yang baru karena yang lama sudah terlalu furui”
  • “Menemukan harta karun di dalam rumah nenek saya adalah menemukan barang-barang antik dan furui”
  • “Jakarta punya banyak bangunan bersejarah yang sangat cantik, sayangnya banyak yang sudah sangat furui dan memerlukan perbaikan”

Dalam kalimat-kalimat tersebut, furui digunakan untuk memberi deskripsi pada benda-benda yang sudah lama dan memerlukan perbaikan atau penggantian.

Furui dalam dunia fashion


Furui fashion

Furui juga sering digunakan dalam dunia fashion untuk merujuk pada gaya atau trend yang sudah ketinggalan zaman. Berikut adalah contoh kalimat yang menggunakan furui dalam konteks fashion:

  • “Gaya rambut bob sudah sangat furui, sekarang yang trendi adalah rambut panjang yang diikat dalam bentuk kuncir tinggi”
  • “Sepatu flat atau sepatu kets sudah mulai menjadi furui, sekarang yang banyak diminati adalah sepatu boots atau sepatu hak tinggi”
  • “Celana lebar atau palazzo sudah sangat furui, sekarang yang trendi adalah celana skinny atau celana high-waist”

Dalam kalimat-kalimat tersebut, furui digunakan untuk merujuk pada gaya atau trend yang sudah tidak lagi populer dan disebut sebagai sesuatu yang ketinggalan zaman.

Furui dalam dunia musik


Furui musik

Furui juga sering digunakan dalam dunia musik untuk merujuk pada lagu-lagu yang sudah tua dan tidak lagi populer. Berikut adalah contoh kalimat yang menggunakan furui dalam konteks musik:

  • “Lagu-lagu dari era 90-an sudah sangat furui, sekarang yang banyak didengarkan adalah lagu-lagu dari era 2000-an atau yang baru rilis”
  • “Alat musik tradisional mungkin terdengar furui, tapi sekarang banyak musisi yang memadukan alat musik itu dengan alat musik modern untuk menciptakan musik yang unik”
  • “Album-album lawas mungkin terdengar furui, tapi banyak orang yang masih menggemari musik-musik dari era tersebut”

Dalam kalimat-kalimat tersebut, furui digunakan untuk merujuk pada lagu-lagu atau alat musik yang sudah ketinggalan zaman atau tidak lagi populer.

Furui dalam dunia teknologi


Furui teknologi

Furui juga sering digunakan dalam dunia teknologi untuk merujuk pada teknologi yang sudah tua dan usang. Berikut adalah contoh kalimat yang menggunakan furui dalam konteks teknologi:

  • “Komputer lama saya sudah sangat furui, saya harus membeli yang baru agar bisa mengakses program terbaru yang lebih canggih”
  • “Kamera digital tipe lama memang sudah terdengar furui, sekarang banyak orang yang memilih kamera mirrorless atau kamera DSLR yang lebih canggih”
  • “Ponsel Nokia Jadul yang dikenal awet dan tahan lama, tapi sekarang sudah sangat furui dan mungkin tidak bisa digunakan lagi”

Dalam kalimat-kalimat tersebut, furui digunakan untuk merujuk pada teknologi yang sudah ketinggalan zaman atau tidak lagi aktual.

Kesimpulan


Furui

Dalam bahasa Jepang, furui mempunyai arti “tua” atau “jadul”. Kata ini sering digunakan untuk memberi deskripsi pada sesuatu yang sudah tua atau ketinggalan zaman, baik itu benda maupun orang. Furui juga sering digunakan dalam dunia fashion, musik, dan teknologi untuk merujuk pada gaya atau trend, lagu-lagu, atau alat musik atau teknologi yang sudah ketinggalan zaman atau tidak lagi populer.

Kata Lain yang Mirip dengan Furui dan Maknanya


Kata Lain yang Mirip dengan Furui dan Maknanya

Furui artinya ‘tua’ dalam Bahasa Jepang, kata ini sering digunakan dalam situasi formal. Misalnya, saat memanggil seseorang yang lebih tua atau di tempat kerja. Tapi, terkadang kita membutuhkan kata-kata lain yang mirip dengan ‘furui’ untuk membuat percakapan lebih variatif. Berikut adalah beberapa kata lain yang bisa digunakan dengan maksud yang hampir sama seperti ‘furui’.

Katsumi

Katsumi

Bila furui artinya ‘tua’, maka katsumi artinya ‘mendalam’. ‘Katsumi’ digunakan untuk menyebut sesuatu yang sudah berlangsung secara lama, dalam kata lain; sesuatu yang sudah tertanam kuat dan membuat kesan mendalam. Misalnya pada saat menggambarkan sebuah hubungan yang telah terbina dalam jangka waktu lama.

Toshi

Toshi

‘Toshi’ artinya usia. Kata ‘tua’ jika diartikan ke bahasa jepang juga bisa disebut sebagai ‘toshi ga toru’. Toshi bisa juga digunakan sebagai kata lain daripada furui dalam percakapan sehari-hari. Misalnya, ketika menjawab pertanyaan “Berapa usiamu?” dalam Bahasa Jepang, kita bisa menjawab “Watashi no toshi wa-.” yang berarti “Usiaku adalah-.”

Mukashi

Mukashi

‘Mukashi’ bisa diartikan sebagai ‘dahulu kala’ atau ‘masa lalu’. Kata-Mukashi banyak digunakan dalam cerita dongeng Jepang dan menjadi awalan ceritanya. ‘Mukashi’ bisa juga berarti waktu yang lama dan bisa digunakan dalam cerita tentang sesuatu yang terjadi dalam jangka waktu lama.

Rōjin / Rōjo

Rōjin

‘Rōjin’ atau ‘Rōjo’ bisa diartikan sebagai ‘orang tua’, namun dalam Bahasa Jepang ini digunakan untuk seseorang yang berusia di atas 60 tahun. Kata ‘Rōjin’ tidak memberikan kesan negatif dan lebih dihargai daripada ‘tua’ di dalam kebudayaan Jepang. Misalnya, pada saat memanggil seseorang yang lebih tua seperti di rumah sakit atau mengunjungi kerabat yang lebih tua.

Fukurokuju

Fukurokuju

‘Fukurokuju’ adalah salah satu dari Tujuh Dewa Kebahagiaan dalam mitologi Jepang. Dewa ini dianggap sebagai tokoh bijak dan kuat karena umurnya yang panjang. Dewa ‘Fukurokuju’ selalu digambarkan terduduk diatas kursi dengan tongkat di tangan. Pada saat menggambarkan orang yang berusia panjang dapat menggunakan kata ‘Fukurokuju’ sehingga memberikan kesan yang positif dan menghargai.

Iklan