Budaya yang Terlupakan di Sisi Lain Jepang


Budaya Jepang

Selama ini, masyarakat Indonesia mengenal Jepang sebagai negara maju dengan teknologi canggih, transportasi mewah dan mode gaya hidup yang modern. Tetapi, di sisi lain Jepang juga memiliki sisi budaya yang terlupakan dan tidak diketahui oleh banyak orang. Hal-hal tersebut diwariskan sejak zaman dulu, tetapi sayangnya mulai terlupakan seiring perkembangan zaman. Berikut adalah beberapa budaya yang terlupakan di sisi lain Jepang:

1. Umeboshi

Umeboshi

Budaya pertama yang perlu kita ketahui adalah umeboshi. Umeboshi merupakan buah plum yang diawetkan dengan garam dan dijemur di bawah sinar matahari. Buah yang telah dijemur ini menjadi asam dan berwarna merah. Khasiat dari umeboshi adalah dapat membantu mengatasi masalah pencernaan, misalnya sakit maag, asam lambung, dan sembelit. Umeboshi juga disebut-sebut sebagai salah satu makanan penting yang dimakan oleh para samurai di Jepang. Selain itu, umeboshi juga biasa dijadikan bahan pelengkap nasi serta bahan dalam membuat bento (kotak makan siang).

Umeboshi seringkali menjadi buah yang dilupakan yang telah menginspirasi banyak permianan dan ide baru dalam industri makanan Jepang saat ini. Tetapi, sayangnya umeboshi seringkali menjadi buah yang dilupakan oleh masyarakat modern yang lebih memilih makanan cepat saji. Oleh karena itu, kita harus memperkenalkan kembali umeboshi sebagai budaya populer yang dapat membantu menjaga kesehatan tubuh serta bernostalgia ke zaman dulu semasa kita.“Jangan pernah melupakan umeboshi, karena kesan itulah yang terus membuat hidup Jepang hingga hari ini”Ujar, Kyoko Gono dalam bukunya yang berjudul Shunju: New Japanese Cuisine.

2. Omotesenke

Omotesenke

Budaya kedua yang terlupakan di sisi lain Jepang adalah Omotesenke. Omotesenke adalah salah satu tradisi teh dari Jepang. Tradisi teh ini sangat bergengsi dan hanya bisa diikuti oleh golongan tertentu yang mempelajarinya di Jepang. Omotesenke bukan hanya tentang minum teh saja, tetapi juga tentang etika dan tata cara meminum teh yang benar. Biasanya, acara minum teh dilakukan di ruang yang tidak terlalu besar dan dihiasi dengan seni Jepang seperti ikebana dan kaligrafi.

Meski Omotesenke tergolong dalam budaya yang terlupakan, tetapi sebenarnya masih banyak orang Jepang yang mengamalkannya sampai sekarang. Hal ini dikarenakan Omotesenke bukan hanya tentang minum teh saja, tetapi juga tentang pendidikan spiritual, estetika, etika, dan keterampilan hidup. Selain itu, Omotesenke juga mencerminkan kekhasan budaya Jepang, yang patut untuk dilestarikan.

3. Rakugo

Rakugo

Budaya ketiga yang terlupakan di sisi lain Jepang adalah Rakugo. Rakugo adalah seni bercerita tunggal yang dipopulerkan oleh para penutur narasi di Jepang. Rakugo bercerita tentang kehidupan sehari-hari dengan candaan dan humor. Cerita dari Rakugo biasanya diambil dari kisah nyata dan kehidupan sehari-hari sehingga mudah dipahami dan dinikmati oleh orang awam.

Walaupun terkenal sebagai salah satu budaya Jepang, Rokugo sayangnya menjadi budaya yang banyak dilupakan. Banyak orang yang lebih suka menonton film atau bermain gadget daripada menikmati Rakugo. Hal ini sangat disayangkan, karena Rakugo merupakan seni cerita yang unik dan mendidik. Dalam Rakugo terdapat pesan moral dan keterampilan untuk membuat orang lain bahagia. Oleh karena itu, Rakugo dapat menjadi sebuah sarana untuk mengembangkan diri dan meningkatkan kualitas kehidupan kita.

Dari ketiga budaya yang terlupakan di sisi lain Jepang di atas, kita dapat mengambil hikmah untuk memperingatkan kita tentang pentingnya melestarikan budaya di tengah perkembangan zaman yang semakin modern. Kita dapat mempelajari budaya-budaya tersebut dan memperkenalkannya kembali pada generasi muda agar tetap terjaga dan lestari.

Kesenjangan Sosial yang Terabaikan di Jepang


Kesenjangan Sosial di Jepang

Jepang terkenal sebagai negara maju dengan tingkat kesejahteraan yang tinggi dan kemakmuran ekonomi yang luar biasa. Namun, di balik kemakmuran tersebut, ada masalah kesenjangan sosial yang terabaikan di Jepang. Masalah ini terjadi banyak di area perkotaan yang seringkali ditinggali para pekerja asing yang datang ke Jepang. Di sinilah terjadi ketimpangan pendapatan dan perlakuan dalam berbagai aspek di Jepang.

Saat ini, ada sekitar 2,5 juta pekerja asing di Jepang yang kebanyakan berasal dari negara-negara Asia, seperti Cina, Indonesia, dan Filipina. Mereka datang ke Jepang untuk bekerja di berbagai industri, seperti pabrik, perhotelan, dan jasa kebersihan. Namun, pekerja asing ini seringkali diperlakukan tidak adil dan tidak mendapat hak-hak yang sama dengan pekerja Jepang.

Salah satu masalah terbesar adalah ketimpangan gaji antara pekerja Jepang dan pekerja asing. Pekerja asing seringkali dipaksa bekerja dalam waktu yang lebih lama dengan bayaran yang lebih rendah dibandingkan dengan pekerja Jepang. Selain itu, mereka tidak memiliki jaminan kesejahteraan sosial seperti hak asuransi kesehatan dan pensiun yang diterima oleh masyarakat Jepang.

Kesenjangan sosial di Jepang juga terlihat dalam perlakuan terhadap para imigran. Meskipun berbagai undang-undang telah dikeluarkan untuk menjamin hak-hak imigran, pada kenyataannya, terdapat banyak kasus diskriminasi dan perlakuan yang tidak adil terhadap mereka. Hal ini terlihat, misalnya, dalam kesulitan yang dihadapi imigran dalam mencari tempat tinggal dengan harga terjangkau, serta sulitnya akses untuk mendapatkan pendidikan dan layanan kesehatan.

Di sisi lain, banyak masyarakat Jepang yang memiliki akses ke berbagai kemudahan hidup seperti layanan kesehatan dan pendidikan yang sangat baik. Namun, untuk para pekerja asing, akses ke fasilitas-fasilitas tersebut terbatas. Mereka seringkali mengalami kesulitan dalam mencari layanan kesehatan dan pendidikan yang berkualitas dikarenakan bahasa dan perbedaan budaya. Hal ini membuat mereka rentan terhadap penyakit dan tidak bisa memperoleh kesempatan yang sama untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.

Kesenjangan sosial di Jepang bukanlah masalah baru. Namun, masalah ini perlu ditangani dengan serius agar para pekerja asing yang datang ke Jepang bisa mendapatkan perlakuan yang adil dan kesempatan yang sama dalam berbagai aspek kehidupan. Ada banyak lembaga nirlaba yang berusaha membantu para pekerja asing, seperti organisasi hak-hak kemanusiaan dan lembaga perlindungan buruh. Namun, kerjasama antara masyarakat internasional dan pemerintah Jepang dalam menangani masalah ini juga penting.

Dengan menangani masalah kesenjangan sosial di Jepang, diharapkan akan tercipta masyarakat yang lebih inklusif dan adil bagi semua masyarakat yang tinggal di Jepang.

Wisata Tersembunyi di Sisi Lain Jepang


Shirakawa-gō Village

Jepang dikenal sebagai salah satu destinasi wisata yang populer di dunia. Mulai dari teknologi, anime, hingga masakan sudah menjadi daya tarik sendiri bagi para wisatawan. Akan tetapi, jika kamu hanya berkunjung ke tempat-tempat wisata yang populer, tentunya pengalamanmu kurang lengkap. Menjelajahi wisata tersembunyi di sisi lain Jepang bisa menjadi alternatif yang menarik untuk diexplore.

Nagatoro

1. Nagatoro, Saitama


Mount Nagatoro

Nagatoro terletak di wilayah Saitama, Jepang. Kawasan wisata ini menyuguhkan pemandangan alam yang menakjubkan, terutama selama musim gugur dan musim semi. Saat musim gugur, kamu akan melihat daun-daun berubah warna menjadi merah, kuning, dan oranye. Sedangkan saat musim semi, bunga sakura yang mekar menjadi daya tarik utama. Selain itu, di Nagatoro juga terdapat Mount Nagatoro, gunung yang dimuliakan sebagai tempat suci oleh masyarakat setempat.

2. Katori, Chiba


Katori Shrine

Katori terletak di wilayah Chiba, Jepang. Kawasan wisata ini terkenal dengan Katori Shrine, kuil yang didedikasikan untuk dewa Katori. Selain itu, di Katori juga terdapat kawasan wisata yang indah seperti Sawara, kota tua yang masih mempertahankan arsitektur tradisional Jepang. Di kota ini kamu dapat menjelajahi sungai dengan menggunakan perahu tradisional atau berjalan-jalan di pinggir sungai sambil menikmati pemandangan kota yang tenang.

3. Shirakawa-gō Village, Gifu


Shirakawa-gō Village

Shirakawa-gō Village terletak di wilayah Gifu, Jepang. Kawasan wisata ini merupakan tempat yang sangat cocok untuk kamu yang ingin mengenal kehidupan tradisional masyarakat Jepang. Di sini kamu bisa melihat desa yang masih mempertahankan rumah tradisional Jepang yang terbuat dari kayu dan jerami. Kebanyakan rumah tersebut merupakan warisan dari abad ke-18 dan masih menjadi tempat tinggal bagi penduduk setempat. Selain itu, di Shirakawa-gō Village juga terdapat Danau Biwa, danau terbesar di Jepang yang sangat terkenal akan keindahan pemandangan matahari terbenamnya.

Ryūgūgū

4. Ryūgūgū, Okinawa

Ryūgūgū terletak di wilayah Okinawa, Jepang. Kawasan wisata ini terkenal akan pantainya yang indah dan memiliki air yang sangat jernih. Di sini kamu bisa melakukan aktivitas menyelam dan snorkeling untuk melihat keindahan bawah lautnya. Selain itu, di Ryūgūgū juga terdapat bangunan istana kuno yang merupakan warisan kerajaan Ryūkyū. Bangunan istana ini tergolong suci dan dihormati oleh masyarakat setempat.

Itulah beberapa wisata tersembunyi di sisi lain Jepang yang bisa kamu jadikan sebagai alternatif jika ingin mengeksplor lebih dalam tentang budaya dan keindahan alam Jepang. Jangan lewatkan keseruan untuk menjelajahi tempat-tempat wisata ini ketika kamu berkunjung ke Jepang yaa!

Di Sisi Lain: Mengetahui Industri yang Tidak Dibicarakan di Jepang

Dunia Startup di Indonesia


Startup Indonesia

Startup merupakan sebuah trend dunia yang semakin berkembang pesat dalam beberapa tahun ini. Tidak hanya di Indonesia, tetapi di seluruh dunia. Banyak orang yang bergabung menjadi seorang pengusaha muda dengan memulai sebuah startup dengan berbagai bidang. Namun, pada kenyataannya, dunia startup di Indonesia tidak begitu dapat dicap sebagai industri yang sukses seperti di negara-negara maju seperti Jepang.

Berbagai peran sampingan dari investor, bahkan daftar pendanaan modal dan berbagai organisasi lain pada industri startup menjadi kendala utama dalam industri yang tidak berkembang di Indonesia ini. Ada beberapa alasan kenapa startup di negara ini susah untuk tumbuh, antara lain :

  1. Tidak Ada Perusahaan Besar sebagai Pelopor
  2. Di Jepang, operator teknologi ponsel SB Maujang dan Softbank Group menjadi pelopor dalam dunia startup di Jepang . Kedua perusahaan besar ini telah berinvestasi di lebih dari 100 startup dan juga meluncurkan beberapa inovasi baru yang mendukung dalam perkembangan dunia startup di Jepang. Sayangnya, perusahaan besar di Indonesia tidak berinisiatif dan semangat untuk melakukan hal yang sama.

  3. Tidak Cukupnya Pengetahuan dan Kemampuan
  4. Faktor lain adalah kurangnya pengetahuan dari pengusaha muda di Indonesia tentang perkembangan dunia startup dan juga keterbatasan akses pendanaan. Selain itu, kurangnya kemampuan dalam mengembangkan bisnis, yang sehingga banyak yang sulit berkembang.

  5. Kurangnya Akses Pendanaan dan Mentoring
  6. Peran penting dari investor dalam dunia startup adalah sangatlah vital. Ini karena mereka adalah orang yang akan memberikan pembiayaan awal dan membantu pengusaha muda dalam mengembangkan bisnis mereka. Sayangnya, akses investasi di Indonesia jenis investasi cenderung sangat kecil, dan juga jumlah program mentoring dan perusahaan start-up investor sangat terbatas.

Namun, situasi tidak berarti bahwa situasi ya dengan begitu saja berlangsung. Bahkan kini, banyak entrepreneur muda di Indonesia dengan semangat tinggi dan percaya diri untuk menunjukkan bahwa dunia startup di Indonesia masih dapat tumbuh dan berkembang seperti di Jepang.

Masalah Lingkungan di Sisi Lain Jepang


Masalah Lingkungan di Sisi Lain Jepang

Jepang dikenal sebagai salah satu negara maju dengan teknologi yang canggih. Namun, di balik kemajuan teknologi yang dimilikinya, Jepang juga memiliki masalah lingkungan yang cukup serius.

Salah satu masalah lingkungan di Jepang adalah limbah elektornik atau e-waste. Jepang merupakan salah satu produsen dan konsumen terbesar alat elektronik di dunia. Namun, dengan berjalannya waktu, alat-alat elektronik tersebut menjadi tidak terpakai dan menjadi limbah. Sebagian besar limbah elektornik Jepang dikirim ke negara-negara berkembang untuk diolah lagi. Padahal, pengolahan limbah elektornik tersebut justru dapat menyebabkan polusi lingkungan.

Selain itu, Jepang juga memiliki masalah dari limbah kantong plastik. Meskipun sudah ada kebijakan pengurangan penggunaan kantong plastik di Jepang, namun produksi kantong plastik di Jepang tetap tinggi. Pada tahun 2019, konsumsi kantong plastik di Jepang mencapai sekitar 290 kantong per orang per tahun. Limbah plastik tersebut dapat mencemari laut dan menjadi ancaman bagi satwa laut.

Jepang juga memiliki masalah dari pencemaran udara. Meskipun sudah banyak usaha yang dilakukan untuk mengurangi polusi udara, namun kota-kota besar seperti Tokyo dan Osaka masih sering terjadi polusi udara yang cukup tinggi. Salah satu faktornya adalah industri otomotif yang masih menghasilkan emisi yang tinggi.

Tidak hanya itu, Jepang juga memiliki masalah dari bencana alam. Jepang merupakan negara yang sering terkena bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, dan badai. Bencana alam tersebut dapat menyebabkan kerusakan lingkungan yang cukup parah.

Terakhir, Jepang juga menghadapi masalah dari sistem pengelolaan sampah. Meskipun Jepang dikenal sebagai negara yang memiliki sistem pengelolaan sampah yang baik, namun masih terdapat masalah dari perbedaan kualitas pengelolaan sampah di daerah perkotaan dan pedesaan. Selain itu, masih terdapat juga kebiasaan masyarakat Jepang yang membuang sampah sembarangan.

Masalah lingkungan di Jepang memang cukup kompleks dan memerlukan solusi yang serius. Namun, masyarakat Jepang juga telah melakukan berbagai usaha untuk mengatasi masalah tersebut.

Iklan