Apa itu Susunan Kalimat dalam Bahasa Jepang?


Susunan Kalimat Bahasa Jepang

Bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa yang memiliki perbedaan struktur kalimat dengan bahasa Indonesia. Susunan kalimat bahasa Jepang biasanya dimulai dari informasi atau topik yang ingin disampaikan, kemudian diikuti oleh penjelasan atau keterangan yang menunjang informasi tersebut.

Pada umumnya, susunan kalimat bahasa Jepang memiliki pola S-O-V (Subject-Object-Verb) atau SOV-nya Jepang, yaitu subjek kemudian diikuti oleh objek dan akhirnya kata kerja. Beda dengan bahasa Indonesia yang polanya S-V-O (Subject-Verb-Object), yaitu subjek, kata kerja dan akhirnya objek.

Contoh susunan kalimat bahasa Jepang adalah sebagai berikut:

「わたし は にほん ご を べんきょう しました」
(Watashi wa Nihongo o benkyou shimashita)

Kalimat di atas jika diterjemahkan ke bahasa Indonesia, artinya adalah “Saya belajar bahasa Jepang”. Susunan kalimatnya adalah: subjek (watashi “saya”) diikuti oleh partikel wa “adalah/merupakan” untuk menunjukkan subjek yang disebutkan merupakan objek pembicaraan. Setelah itu objek (nihongo “bahasa Jepang”) dan akhirnya kata kerja (benkyou shimashita “belajar”).

Namun, susunan kalimat bahasa Jepang tidak selalu mengikuti pola SOV. Ada beberapa kalimat yang menggunakan pola lain, seperti:

– Pola V-TA (Verb + TA): digunakan untuk menyatakan kegiatan atau kejadian yang sudah terjadi di masa lalu atau yang sudah selesai.
Contoh: 「きのう ともだち に あいます」(Kino no tomodachi ni aimashita)
Artinya: “Kemarin saya bertemu dengan teman”.
Susunan kalimatnya: kata kerja (aimasu “bertemu”) yang diberi imbuhan TA menunjukkan waktu lampau, diikuti oleh objek (tomodachi “teman”) dan subjek (kino no “kemarin”).

– Pola V-Neg (Verb + Negatif): digunakan untuk menyatakan tindakan yang tidak dilakukan atau tidak terjadi.
Contoh: 「わたし は にほん ご を べんきょう しませんでした」(Watashi wa Nihongo o benkyou shimasen deshita)
Artinya: “Saya tidak belajar bahasa Jepang”
Susunan kalimatnya: kata kerja (benkyou shimasen “tidak belajar”) dengan imbuhan Negatif, diikuti oleh objek (nihongo “bahasa Jepang”), subjek (watashi “saya”) dan partikel deshita “sudah/selesai”.

– Pola N-DA (Noun + DA): digunakan untuk memberikan penjelasan tambahan tentang suatu objek.
Contoh: 「ワイン は すごく おいしい です」(Wain wa sugoku oishii desu)
Artinya: “Wain sangat enak”
Susunan kalimatnya: objek (wain “wine”) diikuti oleh partikel wa “adalah/merupakan” untuk menunjukkan objek pembicaraan. Selanjutnya diantaranya adalah keterangan (sugoku “sangat”) kemudian sifat (oishii “enak”) dan diakhiri oleh partikel desu “adalah/merupakan”.

Demikianlah pola dan susunan kalimat dalam bahasa Jepang yang bisa dipelajari. Dengan penguasaan pola kalimat yang tepat, tentu saja akan memudahkan kita dalam berbicara dan menulis dalam bahasa Jepang.

Susunan Kalimat Bahasa Jepang Dasar


Susunan Kalimat Bahasa Jepang Dasar

Bahasa Jepang adalah salah satu bahasa yang menarik untuk dipelajari. Ini karena bahasa Jepang memiliki struktur kalimat yang berbeda dengan bahasa Indonesia atau bahasa asing lainnya. Dalam artikel ini, kami akan membahas susunan kalimat bahasa Jepang dasar. Yuk, langsung saja kita simak!

Susunan Kalimat Bahasa Jepang Dasar

Susunan kalimat bahasa Jepang dasar adalah subjek-predikat-objek. Artinya, subjek kalimat berada di awal kalimat, diikuti oleh predikat dan objek. Berikut ini contohnya:

  • Watashi wa Nihonjin desu (Saya orang Jepang)
  • Kanojo wa gakusei desu (Dia mahasiswa)

Pada contoh kalimat di atas, subjeknya adalah ‘watashi’ dan ‘kanojo’, predikatnya adalah ‘desu’ yang berarti ‘adalah’, sedangkan objeknya adalah ‘Nihonjin’ dan ‘gakusei’.

Penambahan Informasi

Selain susunan subjek-predikat-objek, bahasa Jepang juga memiliki aturan tambahan untuk melakukan penambahan informasi pada kalimat. Ada 2 aturan utama untuk melakukan hal tersebut:

  1. Partikel
  2. Partikel dalam bahasa Jepang berfungsi sebagai penanda peran kata dalam kalimat. Misalnya, partikel ‘wa’ digunakan untuk menandai subjek kalimat, partikel ‘ni’ untuk menandai objek kalimat, dan partikel ‘de’ untuk menandai tempat atau cara melakukan sesuatu. Berikut ini contohnya:

    • Watashi wa Nihonjin desu (Saya orang Jepang)
    • Kanojo wa gakusei desu (Dia mahasiswa)
    • Asagohan ni pan o tabemasu (Saya makan roti saat sarapan)
    • Tokyo de eiga o mimashita (Saya menonton film di Tokyo)
  3. Bentuk Lampau & Masa Depan
  4. Bahasa Jepang memiliki bentuk lampau dan masa depan yang banyak digunakan dalam percakapan. Untuk bentuk lampau, kita bisa menggunakan partikel ‘-ta’ pada akhir kata kerja. Sedangkan untuk masa depan, kita bisa menggunakan partikel ‘-masu’ atau ‘-yotte’ pada akhir kata kerja. Berikut ini contohnya:

    • Kino, watashi wa sushi o tabeta (Kemarin, saya makan sushi)
    • Ashita, watashi wa eiga o mimasu (Besok, saya akan menonton film)
    • Ashita, watashi wa tomodachi yotte eiga o mimasu (Besok, saya akan menonton film bersama teman)

Sekian pembahasan singkat mengenai susunan kalimat dasar dalam bahasa Jepang. Untuk memahami bahasa Jepang dengan baik, dibutuhkan waktu dan latihan yang terus-menerus. Selamat belajar!

Pola Susunan Kalimat dalam Bahasa Jepang


Pola Susunan Kalimat dalam Bahasa Jepang

Bahasa Jepang memiliki pola susunan kalimat yang berbeda dengan bahasa Indonesia. Oleh karena itu, mempelajari susunan kalimat bahasa Jepang dapat menjadi tantangan bagi yang sedang belajar bahasa Jepang. Berikut ini adalah 3 pola susunan kalimat dalam bahasa Jepang:

1. Pola Susunan Kalimat Sederhana


Pola Susunan Kalimat Sederhana

Pola susunan kalimat sederhana dalam bahasa Jepang adalah S-P-O (Subject-Predicate-Object) atau dalam bahasa Indonesia adalah Subjek-Predikat-Objek. Contohnya adalah sebagai berikut:

私はリンゴを食べます (Watashi wa ringo wo tabemasu) artinya “Saya makan apel”. Dalam kalimat tersebut, subjeknya adalah “watashi” (saya), predikatnya adalah “tabemasu” (makan), dan objeknya adalah “ringo” (apel).

2. Pola Susunan Kalimat Majemuk


Pola Susunan Kalimat Majemuk

Pola susunan kalimat majemuk dalam bahasa Jepang adalah S-P-O + S-P-O. Pola ini digunakan ketika kita ingin menggabungkan dua kalimat sederhana. Contohnya adalah sebagai berikut:

私はリンゴを食べます。そして、友達はケーキを食べます (Watashi wa ringo wo tabemasu. Soshite, tomodachi wa keeki wo tabemasu) artinya “Saya makan apel. Lalu, teman saya makan kue”. Dalam kalimat tersebut, ada dua kalimat sederhana dengan pola S-P-O yang digabungkan dengan menggunakan koneksi “soshite” (lalu).

3. Pola Susunan Kalimat Kompleks


Pola Susunan Kalimat Kompleks

Pola susunan kalimat kompleks dalam bahasa Jepang adalah S-P-O + [S-P-O] + [S-P-O]. Pola ini digunakan ketika kita ingin memberikan informasi tambahan dalam kalimat. Contohnya adalah sebagai berikut:

この本を買った人は、先生で、イギリス人で、とても有名な方です (Kono hon wo katta hito wa, sensei de, Igirisu-jin de, totemo yuumei na kata desu) artinya “Orang yang membeli buku ini adalah seorang guru, orang Inggris, dan sangat terkenal”. Dalam kalimat tersebut, pola S-P-O terdapat tiga kali untuk memberikan informasi tambahan mengenai orang yang membeli buku tersebut.

Dalam mempelajari bahasa Jepang, penting untuk memahami pola susunan kalimat dalam bahasa Jepang agar dapat membuat kalimat yang benar dan bermakna. Selain itu, kita juga perlu banyak berlatih agar dapat menguasai pola dasar kalimat dalam bahasa Jepang.

Perbedaan Susunan Kalimat Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia


Perbedaan Susunan Kalimat Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia

Bahasa Jepang dan Indonesia dapat dikatakan sebagai bahasa yang sangat berbeda baik dari segi tata bahasa maupun susunan kalimat. Jika dilihat dari segi tata bahasa, kedua bahasa tersebut sangat berbeda satu sama lain. Namun, pada kesempatan kali ini, kita akan membahas perbedaan susunan kalimat antara bahasa Jepang dan Indonesia.

Hal pertama yang harus diingat adalah bahwa bahasa Jepang memiliki urutan kalimat lebih berbeda dibandingkan bahasa Indonesia. Hal ini disebabkan oleh bahasa Jepang memiliki partikel kata yang tidak ada dalam bahasa Indonesia. Partikel adalah kata yang mengikuti kata lain untuk menentukan peran kata tersebut dalam kalimat.

Dalam bahasa Jepang, urutan kata dalam kalimat dibentuk oleh pola kata kerja, subjek, objek, dan akhirnya partikel. Contohnya, jika dalam bahasa Indonesia susunan kalimatnya adalah “Saya makan nasi”, dalam bahasa Jepang akan menjadi “Watashi wa gohan wo tabemasu” yang berarti “Saya nasi makan”. Dalam kalimat ini, pola kata kerja “tabemasu” diikuti oleh subjek “watashi” dan objek “gohan”, kemudian baru diakhiri dengan partikel “wo”.

Selain itu, dalam bahasa Jepang tidak ada subjek yang harus selalu dihadirkan dalam kalimat. Terkadang, subjek sengaja dihilangkan karena sudah jelas dari konteks pembicaraan. Misalnya, dalam bahasa Indonesia kita mengatakan “Dia sedang mengerjakan tugas di kantin”. Dalam bahasa Jepang, kalimat tersebut bisa menjadi “Kantin de shukudai wo shite iru” yang artinya “di kantin mengerjakan tugas”. Dalam kalimat ini, subjek “dia” dihilangkan karena sudah jelas dari konteks bahwa yang sedang mengerjakan tugas adalah orang yang dimaksud.

Perbedaan susunan kalimat ini memang akan membuat orang Indonesia kesulitan dalam memahami bahasa Jepang, terutama jika belum terbiasa dengan partikel-partikel yang khas bahasa Jepang. Namun, dengan rajin berlatih dan mempelajari pola kalimat yang benar, kita dapat belajar untuk menguasai bahasa Jepang dengan baik.

Untuk menguasai bahasa Jepang, kita tidak hanya perlu memahami perbedaan susunan kalimatnya. Kita juga perlu memperbanyak kosa kata dan menguasai pola kalimat lainnya, seperti kalimat tanya, kalimat negatif, dan sebagainya. Dalam bahasa Jepang, terdapat banyak pola kalimat yang harus dikuasai agar dapat berkomunikasi dengan baik.

Sebagai kesimpulan, bahasa Jepang dan Indonesia memiliki perbedaan tata bahasa dan susunan kalimat yang sangat berbeda. Namun, dengan berlatih dan belajar dengan tekun, kita dapat menguasainya. Banyak sumber belajar bahasa Jepang yang dapat diakses dengan mudah, baik dari buku maupun internet. Dengan berbagai sumber tersebut, kita dapat memperdalam pemahaman kita tentang bahasa Jepang serta meningkatkan kemampuan kita dalam berbicara, menulis, dan membaca bahasa Jepang.

Pentingnya Memahami Susunan Kalimat dalam Bahasa Jepang


Belajar Susunan Kalimat Bahasa Jepang

Bahasa Jepang memiliki aturan tata bahasa yang sangat berbeda dengan bahasa lainnya di dunia. Oleh karena itu, penting bagi setiap orang yang ingin mempelajari bahasa Jepang untuk memahami dengan benar susunan kalimat yang tepat dalam Bahasa Jepang. Tidak hanya penting dalam konteks komunikasi, memahami susunan kalimat bahasa Jepang juga penting dalam membuat tulisan atau dokumen yang baik dan benar.

1. Pola Dasar Susunan Kalimat Bahasa Jepang


Pola Dasar Susunan Kalimat Bahasa Jepang

Dalam bahasa Jepang, susunan kalimat yang umum digunakan adalah SVO (Subject-Verb-Object), tetapi terkadang bisa juga berubah menjadi SOV (Subject-Object-Verb). Hal ini tergantung pada konteksnya. Seperti contoh kalimat “Watashi wa nihongo ga sukidesu” yang artinya Saya suka bahasa Jepang, dan kalimat ini termasuk dalam susunan SVO. Ada juga contoh kalimat seperti “Nihongo ga wakarimasen” yang artinya Saya tidak mengerti bahasa Jepang, dan kalimat ini termasuk dalam susunan SOV.

2. Penekanan dan Pengulangan Partikel


Penekanan dan Pengulangan Partikel dalam Bahasa Jepang

Dalam bahasa Jepang, penekanan dalam kalimat tidak hanya diletakkan pada suku kata atau kata tertentu saja, tetapi terkadang juga pada partikel yang digunakan. Pengulangan partikel dalam kalimat juga diperbolehkan, tanpa mengubah arti kalimat tersebut. Sebagai contoh, dalam kalimat “Watashi wa sushi ga tabetai desu” artinya Saya ingin makan sushi, dan kalimat ini sudah jelas dengan partikel “wa” dan “ga”. Namun jika ditambahkan partikel “mo”, menjadi “Watashi wa sushi ga mo tabetai desu” artinya Saya juga ingin makan sushi.

3. Menghindari penggunaan kata kerja yang berulang dalam kalimat


Menghindari penggunaan kata kerja yang berulang dalam kalimat

Dalam bahasa Jepang, jika ada dua kata kerja dalam satu kalimat, maka masing-masing kata kerja tersebut harus diberi partikel yang berbeda. Selain itu, penggunaan kata kerja yang terlalu banyak dalam satu kalimat sebaiknya dihindari. Sebagai contoh, jika ingin menyatakan “Saya makan dan minum di restoran”, sebaiknya diubah menjadi “Saya makan dan minum di restoran” dengan tambahan partikel “to” (dan).

4. Membuat Kalimat dengan Bahasa Jepang yang Formal dan Santun


Membuat Kalimat dengan Bahasa Jepang yang Formal dan Santun

Bahasa Jepang memiliki banyak kata yang menunjukkan tingkat formalitas dalam berkomunikasi. Oleh karena itu, dalam membuat kalimat dengan bahasa Jepang yang formal dan santun, perlu memperhatikan penggunaan kata-kata tersebut. Beberapa contoh kata yang digunakan dalam kalimat formal antara lain “watashi” (saya), “anata” (kamu), “sensei” (guru), “watakushi” (saya, dalam konteks formal), dan “san” (partikel dalam konteks sopan).

5. Memperhatikan Urutan Penggunaan Partikel


Memperhatikan Urutan Penggunaan Partikel dalam kalimat

Penggunaan partikel dalam bahasa Jepang memegang peran penting dalam tata bahasa dan pemahaman kalimat. Urutan penggunaan partikel pun harus diperhatikan agar tidak menimbulkan kesalahan dalam arti kalimat. Beberapa partikel yang sering digunakan dalam kalimat bahasa Jepang antara lain “wa” (partikel subjek), “ga” (partikel objek), “o” (partikel objek), “ni” (partikel tempat), “de” (partikel instrumen), dan “to” (partikel hubung).

Contoh dalam kalimat, “Watashi wa sensei ni hon o agemashita” yang artinya Saya memberikan buku kepada guru saya. Dalam kalimat tersebut, partikel “wa” digunakan sebagai subjek, partikel “ni” digunakan sebagai kata penghubung tempat, dan partikel “o” digunakan sebagai objek dalam kalimat.

Jadi, memahami susunan kalimat dalam Bahasa Jepang menjadi hal yang penting bagi setiap orang yang ingin mempelajari bahasa ini. Dengan pengertian yang benar tentang susunan kalimat, penggunaan partikel dan pola dasar, maka komunikasi dalam bahasa Jepang akan lebih mudah dipahami dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Iklan