Menapaki Jejak Adat Suku Madura

Halo, Pembaca rinidesu.com! Adat suku Madura adalah salah satu adat yang mendapat perhatian tersendiri dari para peneliti. Suku Madura memiliki budaya yang khas dan unik, mulai dari adat perkawinan, adat penguburan, hingga adat keagamaan. Perkembangan adat suku Madura sangat dipengaruhi oleh faktor geografis dan kebudayaan Nusantara, sehingga terbentuklah sebuah adat yang berbeda dan memiliki ciri khas.

Dalam artikel ini, kami akan membahas adat suku Madura secara mendalam dan memberikan pandangan tentang keunikan dan kekurangan dari adat suku yang bernuansa Islami ini.

Keunikan Adat Suku Madura

Adat suku Madura memiliki keunikan yang tidak dimiliki oleh adat suku lainnya. Dalam adat perkawinan, contohnya, orang Madura memiliki tradisi yang sangat istimewa yaitu “Hadesan”. Hadesan adalah sebuah tradisi yang mengharuskan calon pengantin pria memberi uang tebusan kepada keluarga calon pengantin wanita sebagai “pembayaran” bagi jasa merawat calon pengantin wanita sejak kecil.

Selain itu, salah satu keunikan adat suku Madura adalah terdapatnya tradisi “karapan sapi”, sebuah olahraga tradisional Madura yang melibatkan sapi sebagai pengganti atlet. Karapan sapi menjadi kegiatan yang sangat mendebarkan dan menarik bagi masyarakat Madura yang mengadakan acara tersebut.

Kekurangan Adat Suku Madura

Namun, seperti adat suku lainnya, adat suku Madura memiliki kekurangan yang perlu diperhitungkan. Kebiasaan umum yang dilakukan oleh masyarakat Madura adalah merokok. Kebiasaan merokok telah menjadi salah satu budaya di tengah-tengah mereka dan juga sulit untuk dihilangkan. Selain itu, adat suku Madura dipengaruhi oleh unsur-unsur kekerasan dan memperlihatkan perilaku yang cenderung cepat diadili dan melampiaskan dengan tindakan kasar.

Penjelasan Tentang Adat Suks Madura

Perkawinan

Dalam adat perkawinan suku Madura, terdapat beberapa prosesi tepat sebelum proses akad nikah dilakukan. Adapun tiga prosesi penting sebelum akad nikah:

1. Mappasukuk

Urutan Uraian
1. Mempertemukan wakil dari pihak laki-laki dan perempuan.
2. Wakil calon mempelai laki-laki mengajukan permohonan mahar atau maskawin yang akan diberikan kepada pihak calon mempelaiwanita.

Setelah prosesi mappasukkuk dilakukan, maka calon pengantin pria harus melanjutkan tahapan selanjutnya yaitu “Hadesan” yang telah disinggung sebelumnya.

2. Mapasampean Anak Amit (Mempertemukan Anak Si Janda)

Urutan Uraian
1. Mempertemukan calon pengantin pria dan wanita.
2. Calon pengantin laki-laki menyerahkan uang alfatihah kepada calon pengantin wanita.

3. Mappatabik

Ini merupakan salah satu prosesi terakhir sebelum akad nikah dilakukan. Pada tahap ini, calon pengantin pria dan wanita melakukan tukar cincin atau perhiasan sebagai tanda penghargaan kepada pasangannya.

Penguburan

Saat seseorang meninggal di masyarakat suku Madura, proses pemakaman dilakukan dengan adat yang sangat khas dan istimewa. Pemakaman di tanah madura lebih sering dilakukan di kampung, yang berlokasi di bagian luar kota.

Proses pemakaman suku Madura dimulai dengan adanya suara suling yang diputar oleh abdi dalem (orang yang mengetuai pernikahan). Kemudian ketua kampung memanggil seorang penghulu (orang yang memimpin dari golongan agama) untuk memandu prosesi. Setelah itu, semua anggota keluarga dan masyarakat berkumpul di ruang tamu yang sedang berdukacita. Pada akhir prosesi, seorang pemuka agama (ustadz) akan memberikan ceramah dengan tujuan melemahkan rasa sakit sesaat dari ketidakberadaan orang yang meninggal.

Keagamaan

Adat suku Madura sangat dipengaruhi oleh agama Islam. Oleh karena itu, di setiap kegiatan adat selalu ada elemen perayaan Islam, seperti sholat, puasa, dan memprioritaskan memperkuat pilar agama. Suku Madura memiliki kepribadian yang fundamental dalam beragama sehingga mereka sangat mementingkan pengembangan nilai-nilai islam dalam praktek kehidupan sehari-hari.

Selain itu, Adat suku Madura memiliki budaya “ngabegat”, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat suku Madura pada saat dua momen besar dalam islam yaitu idul fitri dan idul adha. Biasanya pada hari raya idul fitri masyarakat suku Maduran ngabegat dengan caranya masing-masing. Ada yang memilih ngabegat dengan jalan kaki, lari, ataupun with a group. Mereka meyakini bahwa ngabegat dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT dan menambah kebaikan dalam kehidupan.

FAQ Seputar Adat Suku Madura

1. Apa itu adat perkawinan “Hadesan”?

Adat perkawinan “Hadesan” merupakan sebuah tradisi yang mengharuskan calon pengantin pria memberi uang tebusan kepada keluarga calon pengantin wanita sebagai “pembayaran” bagi jasa merawat calon pengantin wanita sejak kecil.

2. Apa itu “Karapan Sapi”?

“Karapan Sapi” adalah sebuah olahraga tradisional Madura yang melibatkan sapi sebagai pengganti atlet. Karapan sapi menjadi kegiatan yang sangat mendebarkan dan menarik bagi masyarakat Madura yang mengadakan acara tersebut.

3. Apa kekurangan adat suku Madura yang perlu diperhatikan?

Kebiasaan umum yang dilakukan oleh masyarakat Madura adalah merokok. Kebiasaan merokok telah menjadi salah satu budaya di tengah-tengah mereka dan juga sulit untuk dihilangkan. Selain itu, adat suku Madura dipengaruhi oleh unsur-unsur kekerasan.

4. Bagaimana proses pemakaman di masyarakat suku Madura?

Proses pemakaman di masyarakat suku Madura dimulai dengan adanya suara suling yang diputar oleh abdi dalem (orang yang mengetuai pernikahan). Kemudian ketua kampung memanggil seorang penghulu (orang yang memimpin dari golongan agama) untuk memandu prosesi. Setelah itu, semua anggota keluarga dan masyarakat berkumpul di ruang tamu yang sedang berdukacita. Pada akhir prosesi, seorang pemuka agama (ustadz) akan memberikan ceramah dengan tujuan melemahkan rasa sakit sesaat dari ketidakberadaan orang yang meninggal.

5. Apa itu “Ngabegat” dan kapan biasanya dilakukan?

“Ngabegat” adalah kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat suku Madura pada saat dua momen besar dalam Islam yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Biasanya pada hari raya Idul Fitri masyarakat suku Madura ngabegat dengan caranya masing-masing.

Ada yang memilih ngabegat dengan jalan kaki, lari, ataupun with a group. Mereka meyakini bahwa ngabegat dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT dan menambah kebaikan dalam kehidupan.

6. Bagaimana proses “Mapasampean Anak Amit” dilakukan dalam adat perkawinan suku Madura?

“Mapasampean Anak Amit” adalah prosesi dalam adat perkawinan yang mempertemukan calon pengantin pria dan wanita. Calon pengantin laki-laki menyerahkan uang alfatihah kepada calon pengantin wanita.

7. Apa saja kegiatan yang ada dalam budaya “adat keagamaan” suku Madura?

Adat suku Madura memiliki budaya “adat keagamaan” yang meliputi kegiatan-kegiatan keagamaan seperti sholat, puasa, dan memprioritaskan pengembangan nilai-nilai keislaman dalam praktek kehidupan sehari-hari.

8. Apa saja unsur kekerasan yang terdapat dalam adat suku Madura?

Adat Suku Madura dipengaruhi secara signifikan oleh unsur-unsur kekerasan dan memperlihatkan perilaku yang cenderung cepat diadili dan melampiaskan dengan tindakan kasar.

9. Apa nilai yang dipegang oleh masyarakat suku Madura?

Masyarakat suku Madura memiliki kepribadian yang fundamental dalam hal beragama dan mementingkan pengembangan nilai-nilai Islam dalam aspek praktek kehidupan sehari-hari.

10. Bagaimana proses “Mappasukkuk” dilakukan dalam adat perkawinan suku Madura?

“Mappasukkuk” adalah prosesi dalam adat perkawinan yang mempertemukan wakil dari pihak laki-laki dan perempuan. Wakil calon pengantin laki-laki mengajukan permohonan mahar atau maskawin yang akan diberikan kepada pihak calon mempelai wanita.

11. Bagaimana tradisi “Mappatabik” dilakukan dalam adat perkawinan suku Madura?

“Mappatabik” adalah salah satu prosesi terakhir sebelum akad nikah dilakukan. Pada tahap ini, calon pengantin pria dan wanita melakukan tukar cincin atau perhiasan sebagai tanda penghargaan kepada pasangannya.

12. Apa nilai kebaikan yang didapat dari kegiatan “Ngabegat”?

“Ngabegat” merupakan kegiatan dalam masyarakat suku Madura pada saat dua momen besar dalam Islam yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Kegiatan ini dipercaya dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT dan menambah kebaikan dalam kehidupan.

13. Apa tujuan akhir dari tradisi “Hadesan” dalam adat perkawinan suku Madura?

Tradisi “Hadesan” memiliki tujuan untuk memberikan uang tebusan kepada keluarga calon pengantin wanita sebagai “pembayaran” bagi jasa merawat calon pengantin wanita sejak kecil.

Kesimpulan

Dalam kesimpulan, adat suku Madura memiliki keunikan yang tak tertandingi. Kebudayaan ini begitu erat dengan agama Islam dan adat yang khas. Terlepas dari keunikan adat suku Madura, adat ini juga memiliki kekurangan seperti kebiasaan merokok dan kekerasan.

Namun, adat suku Madura tetap layak untuk dipelajari dan diapresiasi sebagai keunikan budaya di Indonesia. Sumber daya manusia perlu dilengkapi dengan pemahaman yang baik tentang adat suku Madura sehingga bisa memperkaya pengalaman hidup sehari-hari dan menghindari konflik yang tidak perlu.

Partisipasi masyarakat dalam menjaga adat suku Madura ini menjadi sebuah keperluan yang tidak bisa dihindari, sehingga adat suku Madura dapat berkembang dan tetap lestari. Selamat belajar dan menikmati pengetahuan tentang adat suku Madura!

Kata Penutup

Demikianlah ulasan mengenai adat suku Madura yang kami rangkum dalam bentuk artikel jurnalis. Kami berharap, pembaca dapat menikmati dan dapat terkaya dengan pengetahuan tentang adat suku Madura. Ingatlah bahwa kami menekankan pentingnya untuk menjaga dan memelihara budaya yang ada di Indonesia, termasuk adat suku Madura, agar dapat terus lestari dan diwariskan ke generasi berikutnya.

Adat Suku Madura

Iklan