Jenis-jenis Kata Sifat dalam Bahasa Jepang


jenis sifat Jepang

Kata sifat disebut sebagai kata yang menunjukkan sifat atau karakteristik dari suatu kata benda. Dalam bahasa Jepang, kata sifat atau i-adjective adalah kategori kata benda yang umumnya menggambarkan bagaimana sesuatu terlihat, terasa, terdengar, atau tercium. Ada ribuan kata sifat dalam bahasa Jepang, namun mari kita pelajari beberapa jenisnya.

Jenis-jenis Kata Sifat dalam Bahasa Jepang

1. Kata sifat netral (na-keiyoushi)

Kata sifat netral atau na-keiyoushi adalah kata sifat yang tidak berakhiran -i dan sangat sering dipakai dalam bahasa Jepang. Contoh kata sifat netral ini adalah “amai” (manis), “atsui” (panas), dan “heta” (tidak pandai).

2. Kata sifat -i (i-keiyoushi)

Kata sifat -i atau i-keiyoushi adalah kata sifat yang mempunyai akhiran -i di belakangnya. Contoh kata sifat ini adalah “kawaii” (lucu), “takai” (tinggi), dan “samui” (dingin).

3. Kata sifat temporal (jikan-keiyoushi)

Kata sifat temporal atau jikan-keiyoushi adalah kata sifat yang mengubah waktu atau lamanya suatu kejadian. Contoh kata sifat ini adalah “nagai” (lama), “mijikai” (singkat), dan “futatabi” (sekali lagi).

4. Kata sifat disparatif (hikaku-keiyoushi)

Kata sifat disparatif atau hikaku-keiyoushi adalah kata sifat yang digunakan untuk membandingkan suatu hal dengan yang lainnya. Contoh kata sifat ini adalah “motto” (lebih), “sukoshi” (sedikit), dan “hitoi” (biasa atau umum).

5. Kata sifat partikel (joshi-keiyoushi)

Kata sifat partikel atau joshi-keiyoushi adalah kata sifat yang digunakan bersama partikel seperti “no”, “ni”, dan “wo”. Contoh kata sifat partikel ini adalah “hoka no” (lainnya), “hoka ni” (selain), dan “hoka wo” (diluar).

6. Kata sifat demonstratif (shijou-shi)

Kata sifat demonstratif atau shijou-shi adalah kata yang menunjukkan kedudukan atau letak suatu benda. Contoh kata sifat demonstratif ini adalah “koko” (di sini), “soko” (di situ), dan “asoko” (di sana).

Dengan mempelajari jenis-jenis kata sifat ini, kamu akan lebih mudah dalam memahami arti setiap kata sifat yang ada dalam bahasa Jepang. Selamat belajar!

Konjugasi Kata Kerja dalam Kebahasaan Jepang


Konjugasi Kata Kerja dalam Kebahasaan Jepang

Konjugasi kata kerja dalam bahasa Jepang merupakan hal yang paling sering diaplikasikan dalam percakapan sehari-hari. Seperti yang kita tahu, bahasa Jepang memiliki tingkat kesopanan yang sangat tinggi, sehingga kata kerja juga memiliki tingkat kesopanan yang berbeda-beda.

Bahasa Jepang memiliki lima bentuk dasar untuk konjugasi pada dasarnya yaitu Masu, Te, Nakatta, Foru, dan Tai. Selain kelima bentuk dasar tersebut, masih banyak jenis-jenis konjugasi kata kerja lainnya di dalam bahasa Jepang.

1. Bentuk Masu

Bentuk Masu sering digunakan dalam situasi formal, misalnya dalam pertemuan bisnis atau berbicara dengan orang yang dihormati. Bentuk Masu juga digunakan di media cetak dan siaran televisi untuk menjaga tingkat kesopanan dalam percakapan. Bentuk Masu hanya memiliki satu bentuk, karena bentuk ini tidak dipengaruhi oleh waktu atau situasi.

2. Bentuk Te

Bentuk Te biasanya digunakan untuk mengekspresikan tindakan yang sedang berlangsung. Bentuk ini juga digunakan untuk mengekspresikan tindakan yang baru saja selesai dilakukan. Banyak bentuk kata kerja dalam bahasa Jepang yang bentuk Te-nya sama dengan bentuk kata kerja pasif. Oleh karena itu, penting untuk memahami konteks kalimat dengan benar sehingga tidak terjadi kesalahpahaman dalam percakapan.

3. Bentuk Nakatta

Bentuk Nakatta adalah bentuk negatif untuk semua kata kerja dalam bahasa Jepang. Bentuk ini digunakan untuk mengekspresikan tindakan yang tidak terjadi.

4. Bentuk Foru

Bentuk Foru digunakan untuk mengekspresikan tindakan yang akan terjadi di masa depan. Bentuk ini juga digunakan untuk membentuk kalimat di masa lalu dengan menambahkan kata keterangan waktu yang sesuai.

5. Bentuk Tai

Bentuk Tai digunakan untuk mengekspresikan keinginan atau keinginan seseorang. Bentuk ini juga digunakan untuk mengekspresikan pengalaman seseorang.

6. Bentuk Keigo

Bentuk Keigo adalah bentuk kata kerja yang digunakan untuk menunjukkan tingkat kesopanan yang lebih tinggi. Bentuk Keigo digunakan ketika berbicara dengan orang yang lebih tua atau atasan. Bentuk ini digunakan untuk menghormati orang yang lebih tua atau atasan.

7. Bentuk Karaoke

Bentuk Karaoke adalah bentuk kata kerja yang digunakan sebagai kegiatan menyanyi. Di Jepang, karaoke bisa menjadi hiburan kelompok yang sering dilakukan. Ada banyak lagu karaoke termasuk lagu populer dan lagu-lagu tradisional Jepang yang sangat sulit dinyanyikan.

Itulah beberapa bentuk konjugasi kata kerja yang sering digunakan dalam bahasa Jepang. Namun, selain konjugasi dasar tersebut, ada banyak lagi bentuk kata kerja yang digunakan dalam bahasa Jepang yang membingungkan. Oleh sebab itu, rajin-rajinlah belajar bahasa Jepang untuk menjadi lebih mahir dalam berbahasa Jepang.

Cara Menggunakan Kata Sifat dalam Kalimat Bahasa Jepang


Kata sifat dalam bahasa jepang

Kata sifat atau keiyoushi dalam bahasa Jepang adalah kata yang digunakan untuk menjelaskan atau menggambarkan sebuah benda atau orang. Kata sifat juga bisa digunakan sebagai predikat di dalam kalimat. Ada dua jenis kata sifat dalam bahasa Jepang yaitu kata sifat dasar dan kata sifat khusus.

Kata sifat dasar (futsuu keiyoushi) adalah kata sifat yang digunakan secara umum. Contoh kata sifat dasar antara lain atarashii (baru), ookii (besar), hiroi (luas), takai (tinggi), dan banyak lagi. Sementara itu, kata sifat khusus (tokushu keiyoushi) adalah kata sifat yang hanya digunakan untuk benda, orang atau situasi tertentu. Contoh kata sifat khusus antara lain shinsetsu (ramah), benri (mudah), genki (sehat), dan sebagainya.

Adapun cara menggunakan kata sifat dalam kalimat bahasa Jepang adalah sebagai berikut:

1. Menempatkan kata sifat sebelum kata benda

Kata sifat dalam bahasa jepang

Cara pertama adalah dengan menempatkan kata sifat sebelum kata benda. Misalnya, jika ingin mengatakan “buku baru”, maka kata sifat “baru” (atarashii) diletakkan sebelum kata “buku” (hon).

Contoh:

– 新しい本 (atarashii hon) = buku baru

– 大きな家 (ookina ie) = rumah besar

– 明るい部屋 (akarui heya) = kamar yang cerah

2. Menempatkan kata sifat setelah kata benda dengan partikel no

Kata sifat dalam bahasa jepang

Cara kedua adalah dengan menempatkan kata sifat setelah kata benda dan dihubungkan dengan partikel no. Misalnya, jika ingin mengatakan “warna hijau rumput”, maka kata “hijau” (midori) diletakkan setelah kata “rumput” (kusa) dan dihubungkan dengan partikel no.

Contoh:

– 花のきれいな公園 (hana no kirei na kouen) = taman yang indah dengan bunga-bunga cantik

– 日本人の親切な友人 (nipponjin no shinsetsu na yuujin) = sahabat baik yang orang Jepang

3. Menggunakan kata sifat sebagai predikat

Kata sifat dalam bahasa jepang

Cara ketiga adalah dengan menggunakan kata sifat sebagai predikat dalam kalimat. Untuk menggunakan kata sifat sebagai predikat, tambahkan kata desu atau da pada akhir kalimat jika kalimat tersebut positif, atau kata dewa arimasen atau janai desu jika kalimat tersebut negatif.

Contoh:

– このお茶は美味しいです (kono ocha wa oishii desu) = Teh ini enak

– 私は元気じゃありません (watashi wa genki ja arimasen) = Saya tidak sehat

Dalam bahasa Jepang, penggunaan kata sifat sangat penting karena dapat mempengaruhi arti dari suatu kalimat. Oleh karena itu, pelajari dan kuasai penggunaan kata sifat dengan baik agar dapat berkomunikasi dengan lebih lancar dan mudah di masyarakat Jepang.

Macam-macam Bentuk Kata Kerja dalam Tatabahasa Jepang


bentuk kata kerja jepang

Kata kerja atau ‘doushi’ dalam bahasa Jepang adalah bagian yang paling penting dalam pembentukan kalimat. Seperti dalam bahasa lain, kata kerja Jepang digunakan untuk menyatakan aksi atau aktivitas. Meskipun kata kerja biasanya dikaitkan dengan tindakan, kata kerja Jepang juga dapat melambangkan keadaan, perasaan, atau pikiran.

Ada empat jenis bentuk kata kerja dalam bahasa Jepang, yaitu bentuk dasar, bentuk pola, bentuk bentukan, dan bentuk tambahan. Setiap bentuk memiliki beberapa varian yang tergantung dari kepentingannya dalam pembentukan kalimat. Namun, berikut adalah penjelasan singkat tentang masing-masing jenis bentuk kata kerja dalam tatabahasa Jepang:

Bentuk Dasar

Bentuk dasar kata kerja

Bentuk dasar atau ‘shushi’ merupakan bentuk dasar kata kerja dan digunakan untuk menggambarkan aksi atau keadaan. Ada tiga macam bentuk dasar kata kerja, yaitu masa lalu, bentuk sekarang, dan bentuk potensial. Bentuk dasar kata kerja ini digunakan untuk membentuk kalimat-kalimat sederhana.

Bentuk Pola

Bentuk pola kata kerja

Bentuk pola atau ‘kata-kata kerja beraturan’ digunakan untuk membentuk kalimat-kalimat yang lebih kompleks. Kata kerja dalam bentuk pola dapat berupa bentuk masa lalu, sekarang, dan potensial juga.

Bentuk Bentukan

Bentuk bentukan kata kerja

Bentuk bentukan atau ‘kata-kata kerja tidak beraturan’ adalah kata kerja dalam bahasa Jepang yang tidak mengikuti pola bentuk dasar maupun bentuk pola. Kebanyakan bentuk kata kerja dalam bentuk ini mempunyai perubahan yang sangat drastis terhadap kosakata dasar. Sebagai contoh, kata dasar ‘kiku’ (mendengar) akan berubah menjadi ‘kikimasu’ (mendengarkannya).

Bentuk Tambahan

Bentuk tambahan kata kerja

Bentuk tambahan atau ‘kata-kata kerja bantu’ merupakan kata kerja yang digunakan untuk melengkapi bentuk dasar, bentuk pola, ataupun bentuk bentukan. Contohnya adalah kata ‘masu’ yang dapat digunakan untuk mengekspresikan kegiatan dalam bentuk sekarang, masa depan dengan cara resmi. Bentuk tambahan lainnya adalah kata ‘te’ dan ‘ta’, yang digunakan untuk mengeksressikan beberapa tindakan pada waktu yang sama dan digunakan untuk menggabungkan fungsi-fungsi tertentu.

Itulah empat jenis bentuk kata kerja dalam bahasa Jepang. Penting untuk memahami masing-masing bentuk dan penggunaannya untuk dapat memahami dan mengucapkan kalimat Jepang yang tepat dengan baik. Selain itu, untuk dapat membedakan bentuk dasar, pola, bentukan dan tambahan masing-masing bentuk perlu dilatih secara teratur.

Perbedaan Penggunaan Kata Sifat dan Kata Kerja dalam Bahasa Jepang


Bahasa Jepang

Bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa yang mempunyai perbedaan penggunaan kata sifat dan kata kerja. Meskipun demikian, pada dasarnya kedua jenis kata tersebut mempunyai peran yang sama pentingnya dalam menyusun sebuah kalimat di dalam bahasa Jepang.

Berikut ini beberapa perbedaan penggunaan kata sifat dan kata kerja dalam Bahasa Jepang:

Kata Sifat dalam Bahasa Jepang


Kata sifat Jepang

Kata sifat di dalam bahasa Jepang mempunyai beberapa peran di antaranya untuk menjelaskan keadaan atau kondisi suatu orang, benda, atau hal. Selain itu, kata sifat juga dapat digunakan untuk memberikan penekanan pada suatu kata benda yang berada di depannya. Kata sifat di dalam bahasa Jepang seringkali diletakkan di belakang kata benda.

Misalnya, kata sifat “genki” yang memiliki arti “sehat” dalam bahasa Indonesia, di dalam satu kalimat menggunakan kata benda “anata” yang berarti “kamu” maka menjadi “anata wa genki desu” yang memiliki arti “kamu sehat”.

Kata Kerja dalam Bahasa Jepang


Kata kerja Jepang

Kata kerja di dalam bahasa Jepang mempunyai beberapa peran, seperti menggambarkan suatu aksi, kegiatan, atau perbuatan, menunjukkan status waktu suatu peristiwa terjadi. Kata kerja di dalam bahasa Jepang mempunyai infleksi, sehingga mengalami perubahan bentuk sesuai dengan situasi waktu, subjek, dan objek pembicaraan.

Misalnya, kata kerja “taberu” yang memiliki arti “makan” di dalam satu kalimat menggunakan kata benda “ringo” yang berarti “apel” maka menjadi “watashi wa ringo o taberu” yang memiliki arti “saya makan apel”.

Perbedaan Bentuk Kata Sifat dan Kata Kerja dalam Bahasa Jepang


Bentuk kata sifat Jepang

Perbedaan bentuk antara kata sifat dan kata kerja di dalam bahasa Jepang terletak pada struktur kalimat yang digunakan. Kata sifat di dalam bahasa Jepang dapat digunakan tanpa perlu didahului oleh kata bantu, namun kata kerja harus diikuti oleh kata bantu yang disebut “ta” atau “te” sesuai dengan objek yang dijadikan subyek pembicaraan.

Contohnya jika ingin mengatakan “saya makan” dalam bahasa Jepang, kata kerja “taberu” harus diikuti oleh kata bantu “ta” menjadi “tabeta”. Hal ini berbeda dengan kata sifat yang bisa langsung digunakan tanpa harus diikuti oleh kata bantu.

Perbedaan Penggunaan Partikel di dalam Bahasa Jepang


Partikel Jepang

Perbedaan penggunaan partikel di dalam bahasa Jepang tergantung dari jenis kata yang digunakan. Kata sifat di dalam bahasa Jepang menggunakan partikel “no” setelah kata sifat dan sebelum kata benda, sedangkan kata kerja di dalam bahasa Jepang menggunakan partikel “o” setelah kata benda dan sebelum kata kerja.

Misalnya, untuk mengatakan “saya makan nasi yang enak” dalam bahasa Jepang, kata sifat “oishii” yang artinya enak digunakan selanjutnya disusul partikel “no” sebelum kata benda “gohan” yang berarti nasi menjadi “oishii no gohan”.

Perbedaan Cara Membentuk Kalimat dalam Bahasa Jepang


Kalimat Jepang

Perbedaan penggunaan kata sifat dan kata kerja juga akan mempengaruhi bentuk kalimat yang dihasilkan. Kalimat yang terbentuk dari kata sifat dengan kata benda di dalam bahasa Jepang seringkali menggunakan pola “kata sifat + no + kata benda”, sedangkan kalimat yang terbentuk dari kata kerja dengan kata benda di dalam bahasa Jepang menggunakan pola “kata benda + kata kerja”.

Misalnya, dari contoh kalimat sebelumnya “saya makan nasi yang enak” dalam bahasa Jepang akan menggunakan pola “oishii no gohan o taberu” yang artinya “makan nasi yang enak”.

Berdasarkan beberapa perbedaan tersebut, dapat disimpulkan bahwa penggunaan kata sifat dan kata kerja di dalam bahasa Jepang memang memerlukan pemahaman yang cukup dalam pengembangan kosa kata dan kemampuan berbahasa Jepang.

Iklan