Upacara Adat Sekaten

Pendahuluan

Halo Pembaca rinidesu.com! Apakah kamu sudah pernah mendengar tentang Upacara Adat Sekaten? Jika belum, kamu berada di tempat yang tepat! Dalam artikel ini, kami akan membahas upacara adat yang menjadi tradisi di Keraton Yogyakarta sejak zaman Jawa Kuno. Mulai dari sejarah hingga simbolisme dari upacara ini akan dikupas tuntas. Tanpa berlama-lama lagi, mari kita mulai membahas Upacara Adat Sekaten!

Upacara Adat Sekaten merupakan salah satu acara budaya Jawa yang paling terkenal. Acara ini biasanya diadakan pada bulan Mulud – bulan kelahiran Nabi Muhammad – yang jatuh pada bulan Safar dalam penanggalan Hijriyah. Acara ini sangat penting bagi masyarakat Jawa karena dianggap sebagai acara penguat hubungan antara raja dan rakyat.

Nah, sebelum lebih dalam membahas upacara ini, kita akan membahas kelebihan dan kekurangan Upacara Adat Sekaten. Simak ulasannya di bawah ini!

Kelebihan Upacara Adat Sekaten

1. Meningkatkan kebersamaan antar keluarga dan masyarakat.

2. Membangun pengakuan rakyat terhadap pemerintah dan menghargai nilai-nilai leluhur.

3. Menjalin dan memperkuat hubungan antara masyarakat dengan raja atau pemimpin, serta mempererat kepercayaan masyarakat dalam kebijakan raja atau pemimpin.

4. Melestarikan tradisi, norma, dan nilai-nilai budaya masyarakat.

5. Sebagai wahana mengangkat pariwisata Indonesia, terutama Jawa.

Kekurangan Upacara Adat Sekaten

1. Terkadang mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat karena banyak orang yang berkumpul dalam satu tempat.

2. Ada kemungkinan mengalami kerugian ekonomi yang cukup besar akibat banyaknya kerumunan orang pada saat upacara.

3. Menurunnya minat generasi muda dan kurangnya pemahaman tentang makna upacara itu sendiri.

4. Meningkatkan risiko kecelakaan akibat kerumunan orang yang terjadi dalam upacara.

5. Tidak berhasil menyebarluaskan budaya Indonesia ke khalayak internasional selain Jawa.

6. Terkait penyelenggaraan upacara adat sekaten, masih banyak masyarakat yang belum mendapatkan informasi detail mengenai lokasi dan prosesi upacara tersebut sehingga terjadi kebingungan pada saat penyelenggaraan.

7. Kehidupan sosial dan budaya masyarakat saat ini sudah berubah, sehingga tidak lagi memiliki penggemar yang banyak.

Itulah tadi beberapa kelebihan dan kekurangan Upacara Adat Sekaten. Mari kita lanjutkan dengan pembahasan tentang sejarah dari Upacara Adat Sekaten.

Sejarah

Dikisahkan, upacara ini pertama kali diadakan pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono I pada abad ke-18. Konon, upacara ini diadakan untuk merayakan pertumbuhan agama Islam di tanah Jawa pada saat itu.

Selain itu, upacara ini juga sering diadakan oleh para sultan dan raja pada waktu itu untuk menunjukkan kebesaran dan kharisma kerajaan kepada rakyat. Dalam upacara ini, ratusan ribu orang berkumpul di alun-alun utara Keraton Yogyakarta, di mana mereka beramai-ramai memperebutkan gunungan beras yang dijunjung oleh para abdi dalem.

Meskipun demikian, dalam perkembangannya, upacara ini mulai mengalami perubahan cara penyelenggaraan maupun kegiatannya sesuai dengan zaman. Namun, arti dan nilai-nilai yang terkandung dalam upacara tersebut tetap sama, sebagai sarana mempererat hubungan antara raja dengan rakyat dan mempererat tali silaturahmi.

Nah, setelah mengetahui sejarah dari upacara ini. Kita akan membahas tentang simbolisme dari Upacara Adat Sekaten.

Simbolisme

Upacara Adat Sekaten melambangkan persatuan dan kebersamaan antara raja dengan rakyat. Simbolisme ini diwujudkan dengan perburuan gunungan dan kendaraan dan melambangkan kebahagiaan serta keberkahan bagi rakyat. Selain itu, simbolisme juga terdapat pada pergelaran gamelan; gamelan yang terdiri atas lima alat musik simbolisasi dari unsur-unsur pembentuk alam semesta, yaitu air, angin, bumi, api, serta akasa atau ether.

Terdapat beberapa simbol lain dari upacara ini. Misalnya saja beras yang dijunjung oleh para abdi dalem, melambangkan maksud dan tujuan dari upacara yaitu untuk memperoleh berkah serta keselamatan. Selain itu, gunungan beras juga melambangkan kekayaan dan kesejahteraan, sehingga siapa saja yang memperoleh berkah dari gunungan tersebut akan merasa beruntung dan selamat.

Demikian pula kendaraan yang digunakan dalam upacara, melambangkan kelancaran serta kesinambungan kehidupan dan pergerakan di alam.

Setelah mengetahui simbolisme dari Upacara Adat Sekaten. Sekarang kita akan membahas dalam detail mengenai penetapan waktu penyelenggaraan, prosesi, dan informasi lainnya seputar upacara.

Penetapan Waktu Penyelenggaraan

Bulan Kalender Jawa Tanggal
Bedhah 1
Medhong 2
Kuningan 3
Legi 4
Pahing 5
Paru 6
Vrikshika 7
Srawana 8
Bhadra 9
Aswina 10
Kartika 11
Agriyasa 12
Mulud 1

Upacara adat sekaten biasanya dilaksanakan selama 12 hari dalam bulan Mulud. Upacara dimulai pada malam ke-5 dan berakhir pada malam ke-10.

Prosesi Upacara Adat Sekaten

1. Pengumuman

Pertama-tama, pihak keraton akan mengumumkan jadwal dan tempat upacara di media publik seperti televisi dan radio atau melalui website keraton. Tujuannya agar masyarakat dapat mempersiapkan diri untuk mengikuti upacara dengan baik.

2. Pengambilan Air Sari

Pada malam ke-5, Keraton melakukan pengambilan air sari dari Telaga Putri Keraton. Air sari akan disimpan selama 5 hari dan digunakan untuk upacara pada malam ke-10.

3. Pawai Jelajah

Pawai jelajah biasanya dilakukan pada malam ke-7 dan ke-8. Dalam pawai ini, dua patung kayu raksasa yakni Kyai Slamet dan Nyai Selinting, digiring oleh abdi dalem Keraton sata berjalan melintasi lima tempat penting di Yogyakarta. Tujuannya adalah untuk memeriahkan upacara dan memberikan pesan kepada masyarakat tentang arti dari Upacara Adat Sekaten.

4. Pembukaan Upacara

Pembukaan upacara diawali dengan pengumuman dari pihak keraton dan pengalungan bendera pusaka pada malam ke-9. Pada malam ini juga dilaksanakan pembukaan pasar malam dan pasar seni.

5. Pentas Seni dan Budaya

Pada malam ke-10, keraton mengadakan pentas seni dan budaya di lapangan utara keraton. Berbagai macam seni dan budaya ditampilkan di sini, seperti tari-tarian, gamelan, dan wayang kulit.

6. Perburuan Gunungan

Acara utama dari Upacara Adat Sekaten, perburuan gunungan, dilaksanakan pada malam ke-10. Ribuan orang berkumpul di alun-alun utara keraton untuk memperebutkan gunungan beras. Gunungan ini tingginya mencapai 12 meter dan beratnya mencapai 5 ton. Perburuan gunungan dimulai setelah panitia memberikan sinyal, dan siapa saja yang berhasil memperoleh gunungan akan mendapatkan berkah.

7. Penutup Upacara

Upacara adat sekaten diakhiri dengan pembacaan doa dan bubaran upacara.

FAQ (Frequently Asked Questions)

1. Dimanakah lokasi Upacara Adat Sekaten dilaksanakan?

Jawab: Upacara Adat Sekaten dilaksanakan di lapangan utara keraton Yogyakarta.

2. Apakah Upacara Adat Sekaten hanya dilaksanakan di Keraton Yogyakarta?

Jawab: Ya. Hanya di keraton Yogyakarta yang menyelenggarakan Upacara Adat Sekaten.

3. Kapan waktu penyelenggaraan Upacara Adat Sekaten?

Jawab: Upacara Adat Sekaten biasanya dilaksanakan selama 12 hari dalam bulan Mulud. Upacara dimulai pada malam ke-5 dan berakhir pada malam ke-10.

4. Apakah Upacara Adat Sekaten hanya untuk warga Jawa saja?

Jawab: Tidak, siapa saja boleh mengikuti Upacara Adat Sekaten.

5. Apa yang dimaksud dengan gunungan beras?

Jawab: Gunungan beras memiliki arti kekayaan dan kedamaian bagi yang mendapatkannya.

6. Berapa tinggi gunungan beras yang diperebutkan dalam Upacara Adat Sekaten?

Jawab: Tinggi gunungan beras yang diperebutkan mencapai 12 meter.

7. Bagaimana cara memperoleh gunungan beras dalam Upacara Adat Sekaten?

Jawab: Gunungan beras diperebutkan oleh rakyat dengan cara menaiki tangga yang disediakan di lokasi upacara.

8. Apa maksud dari pengambilan air sari dalam Upacara Adat Sekaten?

Jawab: Air sari dipercaya memiliki kekuatan magis yang bisa memberikan keselamatan dan keberkahan. Pada upacara malam ke-10 air sari akan disiramkan kepada masyarakat yang hadir untuk mendapatkan berkah.

9. Apa simbolisme dari alat musik gamelan dalam Upacara Adat Sekaten?

Jawab: Gamelan yang terdiri dari lima alat musik simbolisasi dari unsur-unsur pembentuk alam semesta, yaitu air, angin, bumi, api, serta akasa atau ether.

10. Apa yang harus dibawa jika ingin mengikuti Upacara Adat Sekaten?

Jawab: Disarankan untuk tidak membawa barang bawaan yang berlebihan karena area upacara bisa sangat padat.

11. Apa yang dilakukan jika terjadi sesuatu di lokasi Upacara Adat Sekaten?

Jawab: Karena banyaknya orang dan kerumunan, diharapkan masyarakat selalu berhati-hati. Jika terjadi sesuatu, segera cari bantuan dari petugas keamanan atau tim medis yang standby di lokasi upacara.

12. Apakah acara Upacara Adat Sekaten bisa dilihat secara online?

Jawab: Ya, acara Upacara Adat Sekaten sering di live streaming dan dapat disaksikan melalui saluran Youtube resmi Keraton Yogyakarta atau situs khusus streaming video lokal.

13. Mengapa Upacara Adat Sekaten sangat penting?

Jawab: Upacara Adat Sekaten merupakan salah satu acara budaya Jawa yang paling terkenal. Acara ini sangat penting bagi masyarakat Jawa karena dianggap sebagai acara penguat hubungan antara raja dan rakyat.

Kesimpulan

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Upacara Adat Sekaten adalah upacara yang penting bagi masyarakat Jawa. Upacara ini

Iklan