Sejarah Kalender Jepang


Kalender Jepang

Kalender Jepang, yang disebut Gokigen’yo atau Koyomi dalam bahasa Jepang, berkaitan erat dengan tradisi dan budaya Jepang. Sejarah awalnya dimulai pada zaman kuno Jepang, ketika bangsa Jepang mulai membuat kalender berdasarkan pergerakan bulan untuk menentukan waktu proses pertanian dan peribadatan keagamaan.

Sejarah kalender Jepang dimulai pada abad ke-7, di saat kalender Tiongkok diperkenalkan di Jepang. Saat itu, kalender Jepang mengacu pada kalender Tiongkok yang menentukan perubahan musim dan hari-hari untuk perayaan keagamaan di Jepang. Namun, pada abad ke-8, orang Jepang menemukan perbedaan antara posisi matahari dan bulan. Mereka mulai membuat kalender berdasarkan pergerakan bulan.

Di era Heian, kalender Jepang mulai diperkenalkan dan disatukan dengan kalender Tiongkok. Kalender yang disatukan tidak hanya menentukan perubahan musim dan hari-hari untuk perayaan keagamaan, tetapi juga untuk keuntungan astronomi seperti perubahan bulan dan bintang.

Di zaman Edo, kalender Jepang mengalami perubahan untuk memudahkan persiapan untuk pertanian. Dalam kalender Jepang kuno, 12 bulan tidak sama panjangnya, tergantung pada perubahan bulan. Namun, pada zaman Edo, dibuatlah kalender versi baru yang 1 tahun sama panjangnya dengan 365 hari. Perubahan kalender ini disebut sebagai “Tenpō-Reki”.

Setelah era Meiji, Jepang mengadopsi sistem kalender Barat, dimana 1 tahun sama panjangnya dengan 365 hari, dan setiap 4 tahun akan ada satu tahun tambahan. Tetapi, standardisasi kalender Jepang masih digunakan hingga saat ini.

Dalam kalender Jepang, terdapat 2 sistem penomoran tahun, yakni penomoran tahun dari era dan dari Perjanjian Tahun Baru. Era Jepang terbaru dimulai pada tahun 2019, berdasarkan pada akhir dari rezim Kaisar Akihito dan dimulainya rezim Kaisar Naruhito. Dalam hal Perjanjian Tahun Baru, periode itu dimulai setiap tanggal 1 Januari sampai 31 Desember.

Kalender Jepang adalah bagian dari sejarah dan budaya Jepang yang penting bagi masyarakat Jepang. Meskipun telah mengalami beberapa perubahan, tradisi dan penggunaannya masih tetap dipertahankan hingga saat ini.

Sistem Penanggalan Jepang yang Unik


Bahasa Jepang Kalender

Jepang terkenal dengan budaya yang unik dan berbeda dengan negara-negara lain. Tak hanya dalam hal makanan dan mode fashion, budaya Jepang yang unik juga tercermin dalam sistem penanggalannya. Penanggalan Jepang yang juga disebut sebagai Kalendar Jepang, sangat berbeda dengan penanggalan yang digunakan di negara lain seperti kalender Gregorian yang digunakan oleh banyak negara. Kalendar Jepang digunakan di Jepang dan beberapa negara Asia seperti Korea, Vietnam, dan Tiongkok.

Sistem penanggalan Jepang memiliki beberapa aspek yang sangat unik. Pertama-tama, tahun di Jepang dihitung berdasarkan zaman kekaisaran. Artinya, tahun ini pada tahun 2021 adalah Tahun Kekaisaran Reiwa 3, yang dimulai pada tanggal 1 Mei 2019 ketika Kaisar Naruhito naik tahta. Penamaan kekaisaran pada era atau zaman dimulai sejak zaman Meiji pada tahun 1868 dan berganti seiring kematian kaisar sebelumnya.

Selain itu, bulan di Jepang dihitung dengan nama-nama khusus yang disesuaikan dengan musim, misalnya Maret yang disebut sebagai Maret Awal Musim Semi atau April disebut sebagai Awal Musim Semi. Ada sebelas nama bulan yang berbeda dan masing-masing nama memiliki arti yang berkaitan dengan musim yang sedang berlangsung.

Hal yang cukup menarik perhatian adalah cara penulisan tanggal di Jepang. Pada umumnya, tanggal di Jepang ditulis dengan cara tahun-bulan-tanggal (misalnya 2021-04-12), namun di dalam bahasa Jepang, tanggal dapat ditulis dengan bentuk yang berbeda. Misalnya, tanggal 4 Oktober 2021, dalam bahasa Jepang dapat diucapkan sebagai “Ni Juuichi Nen, Juu-gatsu, Yokka” atau ditulis dengan karakter kanji “二千二十一年十月四日”.

Salah satu cara untuk belajar mengenai penanggalan Jepang adalah belajar Hari Nasional. Seperti layaknya negara di dunia, Jepang juga memiliki hari nasional yang penting untuk diperingati, seperti Hari Kebangsaan, Hari Kelahiran Mahasiswa, Hari Seni dan Kebudayaan, Hari Kesehatan Anak, dan banyak lagi. Perayaan hari nasional ini disebut sebagai Matsuri dan banyak ditandai dengan atraksi, permainan dan kegiatan untuk anak-anak.

Penanggalan Jepang yang unik ini juga berkaitan dengan kebudayaan serta tradisi yang dijalankan di Jepang. Misalnya, perayaan Tahun Baru yang disebut sebagai Oshogatsu, serta kebiasaan memberi hadiah uang sempat dijelaskan di mana bertentangan dengan perayaan kebanyakan negara pada umumnya.

Dapat disimpulkan bahwa sistem penanggalan di Jepang sangat unik dan berbeda dengan negara-negara lain. Selain itu, penanggalan ini juga berkaitan dengan kebudayaan serta tradisi dan memengaruhi cara hidup orang-orang di Jepang. Dengan mempelajari sistem penanggalan Jepang, kita dapat lebih memahami budaya Jepang yang unik dan menarik.

Cara Membaca Hari dan Bulan dalam Bahasa Jepang


kalender jepang

Bahasa Jepang memang menjadi salah satu bahasa yang penting untuk dipelajari. Selain terkenal dengan animenya, bahasa Jepang juga menjadi bahasa yang penting di dunia pendidikan dan bisnis. Salah satu contoh dari pentingnya bahasa Jepang adalah kalender Jepang yang digunakan di Indonesia dan negara lain di dunia. Untuk Anda yang ingin belajar bahasa Jepang, berikut ini adalah cara membaca hari dan bulan dalam bahasa Jepang.

Cara Membaca Hari dalam Bahasa Jepang

hari jepang

Hari dalam bahasa Jepang terdiri dari tujuh kata yang dibacanya dengan berbeda-beda. Keenam kata tersebut adalah: 日曜日 (nichiyoubi) untuk hari Minggu, 月曜日 (getsuyoubi) untuk hari Senin, 火曜日 (kayoubi) untuk hari Selasa, 水曜日 (suiyoubi) untuk hari Rabu, 木曜日 (mokuyoubi) untuk hari Kamis, 金曜日 (kinyoubi) untuk hari Jumat, dan 土曜日 (doyoubi) untuk hari Sabtu. Cara mengucapkannya berbeda-beda, sehingga Anda perlu belajar pengejaannya secara terpisah.

Cara Membaca Bulan dalam Bahasa Jepang

bulan jepang

Bulan dalam bahasa Jepang juga terdiri dari 12 bulan yang dibaca dengan berbeda-beda. 12 bulan tersebut adalah: 一月 (ichigatsu) untuk bulan Januari, 二月 (nigatsu) untuk bulan Februari, 三月 (sangatsu) untuk bulan Maret, 四月 (shigatsu) untuk bulan April, 五月 (gogatsu) untuk bulan Mei, 六月 (rokugatsu) untuk bulan Juni, 七月 (shichigatsu) untuk bulan Juli, 八月 (hachigatsu) untuk bulan Agustus, 九月 (kugatsu) untuk bulan September, 十月 (juugatsu) untuk bulan Oktober, 十一月 (juuichigatsu) untuk bulan November, dan 十二月 (juunigatsu) untuk bulan Desember.

Untuk membacanya, Anda juga perlu belajar pola membacanya, di mana Anda perlu mengingat setiap 5 suku kata yang berbeda-beda.

Dengan mengetahui cara membaca hari dan bulan dalam bahasa Jepang, maka Anda yang ingin belajar bahasa Jepang dapat lebih mudah memahami arti dari setiap kata. Selain itu, kemampuan dalam membaca kalender Jepang juga dapat membantu Anda dalam berkomunikasi dengan orang Jepang.

Perayaan Tahun Baru di Jepang


Perayaan Tahun Baru di Jepang

Perayaan Tahun Baru di Jepang atau yang biasa dikenal dengan sebutan Oshogatsu merupakan salah satu perayaan yang paling penting dan paling dinantikan di Jepang. Biasanya, perayaan ini dimulai dari tanggal 1 Januari hingga 3 Januari, yang dianggap sebagai hari libur nasional bagi seluruh warga negara Jepang. Pada saat itu, Jepang terlihat sangat meriah dengan berbagai macam dekorasi dan persiapan yang dilakukan menjelang acara perayaan Tahun Baru.

Dalam perayaan Tahun Baru tersebut, masyarakat Jepang memiliki beberapa kegiatan yang dilakukan secara tradisional. Salah satunya adalah pembersihan rumah, yang disebut dengan Osoji. Kegiatan ini dimaksudkan untuk membersihkan dari setiap sudut rumah yang didiami, sebagai bentuk pembersihan diri dan kesucian pada saat pergantian tahun.

Setelah Osoji, masyarakat Jepang biasanya mempersiapkan makanan khas untuk acara perayaan Tahun Baru, yaitu osechi-ryori. Makanan ini terdiri dari berbagai macam hidangan yang disajikan dengan catatan untuk mempertahankan rasa dan tampilan yang cantik dan menarik untuk dilihat. Hari Tahun Baru di Jepang juga identik dengan mochitsuki, yaitu ritual menghancurkan beras ketan dengan martil besar sampai halus, kemudian dijadikan menjadi mochi atau kue ketan.

Tentunya tidak lengkap jika membahas perayaan Tahun Baru di Jepang tanpa membicarakan tentang hatsumode atau kunjungan ke kuil. Salah satu kuil yang terkenal dan selalu ramai pada saat Tahun Baru adalah Kuil Meiji di Tokyo. Masyarakat Jepang melaksanakan hatsumode dengan bermaksud untuk memohon keselamatan, kesehatan, keberuntungan, dan harapan hidup yang lebih baik pada tahun yang baru.

Tak hanya itu, selama perayaan Tahun Baru akan ada pertunjukan kembang api yang bertajuk “Shinshun Gafu”. Acara ini biasanya diadakan pada tanggal 1 Januari, tepat pada saat pergantian tahun. Pertunjukan kembang api yang sangat spektakuler ini biasanya meriah dengan suara musik, nyala api dan warna yang beragam. Pertunjukan kembang api ini seringkali menjadi daya tarik bagi wisatawan yang sedang berkunjung ke Jepang.

Tentu saja, kegiatan-kegiatan tersebut tidak lepas dari tradisi yang memang sudah berjalan turun temurun Seiring berjalannya waktu, semakin modern masyarakat Jepang, namun tradisi-tradisi seperti ini tetap terpelihara dan dimaksudkan untuk merayakan pergantian tahun dengan suasana yang meriah dan keikhlasan batin untuk memulai tahun yang baru.

Penggunaan Kalender Tradisional dalam Kehidupan Modern Jepang


Kalender Tradisional Jepang

Kalender tradisional Jepang disebut dengan sebutan “kyuureki” dan masih digunakan hingga kini pada kegiatan-kegiatan tertentu dalam kehidupan masyarakat Jepang. Kalender tradisional ini merupakan cara Jepang mengukur waktu sebelum tahun 1873 dimana mereka mengadopsi kalender Gregorian (kalender masehi). Meskipun sudah tergantikan dengan kalender modern, keberadaan kalender tradisional ini masih menjadi bagian dari budaya Jepang yang selalu dihargai dan dijunjung tinggi.

Kalender Tradisional dan Upacara Perayaan


Upacara Perayaan Jepang

Salah satu bulan dalam kalender tradisional yang paling penting adalah bulan Desember (bula Hachi-gatsu). Pada bulan ini, masyarakat Jepang merayakan upacara perayaan “Omisoka” atau malam pergantian tahun. Selain itu, festival-festival seperti “Setsubun”, “Hinamatsuri” dan “Tanabata” juga tetap menggunakan kalender tradisional sebagai acuannya dalam penentuan tanggal pelaksanaannya.

Kalender Tradisional dan Praktik Agrikultur


Praktik Agrikultur Jepang

Kalender tradisional juga masih digunakan dalam praktik agrikultur Jepang. Masyarakat Jepang masih menggunakan kalender ini dalam penentuan waktu untuk melakukan penanaman dan panen padi, menanam sayuran dan buah-buahan. Hal ini dilakukan karena kalender tradisional dapat menunjukkan tanggal-tanggal tertentu yang cocok untuk menanam dan memanen berbagai jenis tumbuhan berdasarkan musim dan fase bulan.

Kalender Tradisional dan Budaya Spiritual


Budaya Spiritual Jepang

Terdapat banyak kepercayaan spiritual yang masih menggunakan kalender tradisional di Jepang. Misalnya, masyarakat Jepang yang beragama Shinto mengadakan perayaan “Jinja” sebagai upacara syukuran dan penghormatan terhadap roh leluhur yang tercantum dalam kalender tradisional. Selain itu, kalender tradisional juga digunakan dalam praktik astrologi dan pembacaan ramal, yang dianggap dapat memberikan petunjuk untuk menentukan pilihan dalam hidup sehari-hari.

Kalender Tradisional sebagai Warisan Budaya Jepang


Warisan Budaya Jepang

Berdasarkan banyaknya kegiatan dan tradisi yang masih menggunakan kalender tradisional di Jepang, maka kalender tradisional dianggap sebagai salah satu warisan budaya penting bagi masyarakat Jepang. Selain itu, kalender tradisional juga menjadi simbol akan nilai kehidupan yang telah diwariskan oleh para leluhur kepada generasi muda. Penggunaan kalender tradisional ini terus dipertahankan dan dilestarikan oleh masyarakat Jepang sebagai bentuk penghargaan terhadap sejarah dan budaya mereka.

Iklan