Asal-usul angka 10 dan penggunaannya dalam bahasa Jepang


Angka 10 dalam bahasa Jepang

Angka 10 dalam bahasa Jepang dikenal dengan sebutan “juu”, merupakan bagian penting dari bahasa Jepang yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari bahkan dalam kebudayaannya. Semua angka dalam bahasa Jepang memiliki cara pengucapan tersendiri termasuk angka 10. Pengucapan “juu” dalam bahasa Jepang secara konvensional memiliki intonasi yang unik dan lebih berbeda jika dibandingkan dengan tentang pengucapan bahasa Indonesia.

Sejarah angka 10 dalam bahasa Jepang sebenarnya sangat erat kaitannya dengan budaya dan sejarahnya di Negeri Sakura. Dalam kamus bahasa Jepang, kata “juu” sebenarnya berasal dari kata “toh”. “Toh” merupakan istilah kuno dalam bahasa Jepang yang digunakan sejak zaman Heian. Biasanya, “toh” digunakan oleh samurai ketika mereka berlatih ilmu pedang atau shodo, menghitung jumlah pedang atau kuas yang digunakan oleh seseorang.

Sekitar awal abad ke-13, setelah Jepang mengadopsi aksara Kanji dari Tiongkok, angka “toh” kemudian diubah menjadi “juu” yang dibaca secara Jepang. Seiring perkembangan zaman, angka ini semakin populer dan digunakan dalam berbagai situasi dan keperluan. Dalam bahasa Jepang, angka 10 juga memiliki makna simbolis yang kuat. Angka ini dipandang sebagai angka kesempurnaan dan menyatakan simbol kemakmuran atau kekayaan.

Penggunaan angka 10 dalam bahasa Jepang tidak hanya terbatas pada dunia matematika, tetapi juga terkait dengan budaya dan bahasa. Dalam kehidupan sehari-hari, angka ini sering digunakan dalam berbagai situasi. Seperti misalnya, dalam menghitung jumlah uang, menentukan waktu saat menjawab telepon dan mengeja kata-kata dalam bahasa Jepang. Angka 10 kadang-kadang juga dipergunakan sebagai “peringkat” atau “nilai” dalam skala nilai universitas dalam bahasa Jepang.

Dalam dunia kebudayaan Jepang, angka 10 juga mempunyai makna khusus dan populer. Salah satu contoh khas adalah ide dari shogatsu, yaitu istilah yang merujuk pada perayaan tahun baru di Jepang, yang dirayakan selama 10 hari. Pada zaman dulu, Hari khusus yang biasanya jatuh pada tanggal 10 Agustus yaitu hari “Jyubune” juga sering dirayakan oleh banyak orang Jepang. Di hari ini, orang biasanya mempraktikkan kepercayaan rancangan dengan menulis awal nama seseorang pada surat kecil dan memasukannya dalam kotak ‘jubako’ (tempat makan siang tradisional Jepang) dan telah lama menjadi tradisi awal pembukaan musim semi di beberapa wilayah di Jepang.

Banyak anggapan bahwa nomor 10 dianggap sebagai angka yang sangat penting di Jepang, dan keutamannya jauh lebih besar dibandingkan dengan angka lainnya. Hal ini kemungkinan merupakan kelanjutan dari sejarah dan kepercayaan masyarakat Jepang bahwa angka ini adalah angka kesempurnaan, kemakmuran, dan keberuntungan.

Cara membaca dan menulis angka 10 dalam aksara Jepang


Angka 10 dalam Bahasa Jepang

Jika ingin belajar Bahasa Jepang, tentu salah satu hal yang perlu dipelajari adalah angka. Seperti halnya Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris, Bahasa Jepang juga memiliki sistem angka yang khas. Salah satunya adalah angka 10 atau “juu” (十) dalam aksara Jepang.

Angka 10 atau “juu” (十) dalam Bahasa Jepang ditulis dalam bentuk aksara kanji (汉字). Secara fisik, aksara kanji terdiri dari garis-garis dan bentuk segi empat yang berbeda-beda. Jika dilihat secara sekilas, aksara kanji memang terlihat sulit dipahami. Namun, dengan tekun berlatih, Anda pasti bisa memahaminya dengan baik.

Tetapi, tak perlu khawatir jika tidak ingin terlalu mendalami aksara kanji. Ada juga cara lain menyebutkan angka 10 dalam Bahasa Jepang, yaitu dengan menuliskannya dalam bentuk huruf romaji (huruf latin). Angka 10 dalam huruf romaji ditulis dengan “juu”. Jadi, untuk menyebutkan angka 10 dalam Bahasa Jepang, kita bisa menggunakan kata “juu” atau aksara kanji yang sempat disinggung sebelumnya.

Namun, di samping angka 10 dalam Bahasa Jepang standar, ada juga sebutan angka 10 dalam bahasa Jepang sehari-hari. Contohnya adalah “tocchan” atau “tonchan”. Kedua kata ini merupakan bahasa Jepang dialek yang berasal dari prefektur Kagoshima. Secara arti, kata tersebut memang berbeda dengan “juu” yang artinya adalah angka 10.

Bagi pemula, belajar membaca dan menulis angka 10 dalam Bahasa Jepang sebaiknya dilakukan secara berulang-ulang. Dengan berlatih, siswa dapat dengan mudah memahami cara penulisan aksara kanji dan cara membacanya dalam Bahasa Jepang.

Latihan menulis aksara kanji pada awalnya mungkin terasa sulit. Namun, seiring waktu dan latihan yang terus menerus, menulis aksara kanji bisa selesai dengan mudah. Latihan menulis aksara kanji memang membutuhkan ketelatenan dan ketekunan, sehingga sebaiknya latihan dilakukan secara rutin agar tidak mudah lupa atau menghilangkan kemampuan menulis aksara kanji tersebut.

Latihan terus dan cukup sering juga membantu menambah kemampuan membaca aksara kanji. Dengan membaca banyak kata dan kalimat yang mengandung aksara kanji, siswa dapat memahami arti aksara-aksara tersebut secara baik. Siswa bisa membaca dan mengartikan frasa-frasa sederhana terlebih dahulu, seperti frasa yang terdapat pada buku pelajaran Bahasa Jepang.

Belajar Bahasa Jepang memang membutuhkan waktu dan ketekunan. Oleh karena itu, jangan terlalu memaksakan diri untuk bisa menguasai Bahasa Jepang dalam waktu singkat. Yang terpenting adalah tekun dan konsisten dalam berlatih, sehingga keterampilannya bisa diasah dengan baik.

Kenapa Angka 10 Sering Dipakai dalam Budaya Jepang?


Angka 10 dalam budaya Jepang

Angka 10 memiliki arti penting dalam budaya Jepang dan sering digunakan dalam berbagai macam tradisi. Berikut ini beberapa fakta unik mengenai penggunaan angka 10 dalam budaya Jepang.

1. Angka 10 dianggap sebagai angka suci

Angka 10 dianggap sebagai angka suci dalam ajaran Shinto, agama asli Jepang. Shinto mengajarkan bahwa ada 10 arah mata angin, 10 jenis hewan mitos, 10 perintah dasar moral, 10 langkah dalam upacara keagamaan, dan sebagainya.

2. Ulang tahun ke-10 anak-anak sangat penting

Di Jepang, ulang tahun ke-10 anak sangat penting dan disebut “Tanjoubi”. Pada umumnya, anak-anak akan mengenakan kimono warna-warni pada acara ini. Acara ini pun menjadi momen yang sama pentingnya dengan ulang tahun ke-20 pada kebudayaan Barat.

3. Angka 10 sering dipakai ketika memberikan hadiah uang

hadiah uang

Saat memberikan hadiah uang, orang Jepang seringkali memberikan uang dalam pecahan 1.000 yen, karena satuan ini mudah untuk dihitung dan mudah juga untuk dibagi menjadi 10 bagian yang sama dengan nilai masing-masing 100 yen. Selain itu, uang kertas 10.000 yen juga seringkali dipakai sebagai hadiah karena nilainya yang cukup besar.

4. Angka 10 dipakai sebagai patokan dalam ukuran barang

Angka 10 seringkali digunakan sebagai patokan dalam pengukuran dalam bahasa Jepang. Misalnya, 1 liter setara dengan 10 desiliter atau 100 sentiliter. Bagi orang Jepang, satuan pengukuran dalam angka 10 sangat mudah diingat dan dihitung.

5. Penggunaan angka 10 dalam bahasa

Banyak pengucapan dalam bahasa Jepang yang menggunakan angka 10. Sebagai contoh, “juuban” yang artinya adalah “baju kemeja”. Uniknya, “juuban” dibentuk dari kata “juu” yang artinya adalah 10 dan “ban” yang artinya adalah setengah.

Itulah beberapa fakta unik mengenai penggunaan angka 10 dalam budaya Jepang yang ternyata sangat penting dan berperan besar dalam kehidupan sehari-hari orang Jepang.

Anime dan Manga


Anime dan Manga

Jepang sangat terkenal dengan karya-karya manga dan animenya yang beragam. Di Jepang, angka 10 seringkali digunakan dalam elemen cerita. Ada karakter anime yang memiliki kekuatan super dan harus mengumpulkan 10 macam senjata, seperti dalam anime Soul Eater. Atau bahkan, terdapat 10 anggota dalam tim seperti dalam anime Attack on Titan. Selain itu, ketika karakter manga atau anime mendapatkan nilai, karakter tersebut seringkali mendapatkan nilai 10 sebagai nilai tertinggi. Banyak juga karakter anime terkenal dengan nama yang mengandung 10 dalam bahasa Jepang, seperti Toshiro Hitsugaya dari anime Bleach.

Angka 10 dalam manga dan anime tak hanya digunakan sebagai elemen cerita, tetapi juga memperlakukan para penggemarnya dengan berbagai macam siklus 10, seperti perilisan manga dalam bentuk tankobon atau DVD dalam bentuk boxset. Berbagai macam merchandise, seperti poster, pins, ataupun gantungan kunci seringkali dijual dalam bentuk bundles 10 item atau lebih, dipandang sebagai suatu paket yang lengkap dan praktis.

Para penggemar juga memiliki event rutin, yakni Comiket, yaitu sebuah pameran seni lukis, doujinshi, cosplay, dan penjualan merchandise lainnya. Acara ini terbuka untuk umum dan diadakan selama 3 hari setiap tahunnya, terdiri dari Comiket 1 pada bulan Januari, Comiket 2 pada bulan Agustus, dan Comiket 3 pada bulan Desember. Di mana di tempat ini, menjadi tempat tinggal bagi para pecinta seni dan industri manga dan anime menampilkan karyanya.

Perbedaan penggunaan angka 10 dalam bahasa Jepang dan bahasa Indonesia


angka 10 jepang vs indonesia

Angka 10 dalam bahasa Jepang dikenal dengan sebutan “juu” yang ditulis dengan huruf Jepang “十”, sedangkan dalam bahasa Indonesia angka 10 tertulis dengan huruf latin yang diucapkan “sepuluh”. Meskipun sama-sama merepresentasikan sebuah bilangan bulat, namun terdapat perbedaan dalam penggunaan kedua angka ini

1. Bentuk Penulisan

bentuk penulisan angka 10 jepang vs indonesia

Perbedaan yang pertama adalah bentuk penulisan angka 10. Dalam bahasa Jepang, angka 10 ditulis dengan huruf Jepang “十” yang menyerupai simbol garis. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, angka 10 ditulis dengan angka 1 dan angka 0 yang saling berdekatan. Hal ini tentu saja membuat penggunaan angka 10 dalam bahasa Jepang jauh lebih indah dan artistik dibandingkan dengan bahasa Indonesia.

2. Penggunaan pada Bahasa Sehari-hari

penggunaan angka 10 jepang vs indonesia

Selain bentuk penulisan, perbedaan yang kedua adalah penggunaan angka 10 dalam bahasa sehari-hari. Dalam bahasa Jepang, angka 10 sering digunakan untuk menghitung hari dengan menyebutkan periode “juunichi” yang artinya 10 hari atau “juuyokka” yang artinya 14 hari. Selain itu, angka 10 juga digunakan sebagai prefix untuk menyebutkan puluhan yang lain seperti 30 (sanjuu), 40 (yonjuu), 50 (gojuu), dan seterusnya.

Sedangkan dalam bahasa Indonesia, angka 10 biasanya digunakan untuk mewakili keseluruhan atau menjadi sebuah tolak ukur. Misalnya, dalam sebuah ujian, nilai 10 seringkali dianggap sebagai nilai sempurna atau ideal. Selain itu, angka 10 juga sering digunakan untuk menggambarkan suatu tingkat atau level seperti pada skala 1-10 untuk mengukur tingkat kepuasan pelanggan.

3. Penggunaan pada Matematika

penggunaan angka 10 jepang vs indonesia di matematika

Perbedaan yang ketiga adalah penggunaan angka 10 pada matematika. Dalam bahasa Jepang, angka 10 digunakan sebagai angka dasar untuk sistem bilangan Jepang. Misalnya, untuk menyebutkan angka 11, digunakan kata “juuichi” atau 10+1. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, angka 10 seringkali tidak digunakan sebagai dasar bilangan dan hanya sebagai bilangan bulat saja.

4. Penggunaan dalam Budaya

penggunaan dalam budaya angka 10 jepang vs indonesia

Perbedaan yang keempat adalah penggunaan angka 10 dalam budaya. Dalam budaya Jepang, angka 10 sering dianggap sebagai angka yang bersifat sakral karena sering dikaitkan dengan dewa-dewa Shinto. Contohnya, saat sebuah sumo wrestler mencapai 10 kemenangan, ia dianugerahi sebuah sabuk khusus yang dinamakan “kesho-mawashi”. Sedangkan dalam budaya Indonesia, angka 10 tidak memiliki makna yang sama dengan budaya Jepang.

5. Penggunaan dalam Ilmu Pengetahuan

penggunaan syarat suhu angka 10 jepang vs indonesia

Perbedaan yang kelima adalah penggunaan angka 10 dalam ilmu pengetahuan. Dalam ilmu pengetahuan, angka 10 sering digunakan untuk mewakili suatu syarat, seperti pada suhu air yang mendidih pada suhu 100°C atau medium pH yang netral pada angka 7. Namun, dalam penggunaannya, tidak terdapat perbedaan signifikan antara bahasa Jepang dan bahasa Indonesia.

Dalam kesimpulan, meskipun sama-sama merepresentasikan sebuah bilangan bulat, namun terdapat perbedaan yang cukup signifikan dalam penggunaan angka 10 dalam bahasa Jepang dan bahasa Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa sebuah angka tidak hanya terbatas pada nilai matematis, tetapi juga dapat memiliki makna yang lebih luas tergantung pada aspek budaya, ilmu pengetahuan, dan bahasa sehari-hari.

Iklan