Upacara Adat Jawa Tedak Siten

Pembukaan

Halo Pembaca rinidesu.com, kita akan membahas tradisi spiritual yang dilakukan oleh masyarakat Jawa setelah kelahiran bayi. Tradisi tersebut merupakan warisan budaya yang masih tetap dilestarikan hingga saat ini. Upacara adat tersebut ialah Tedak Siten. Biasanya, upacara dilakukan ketika bayi sudah berusia 35 hari.

Pendahuluan

Tidak hanya di Jawa, dalam kebudayaan Bali, tradisi seperti ini dikenal dengan nama melaspas. Tedak Siten merupakan satu dari beberapa upacara dalam tradisi Jawa. Upacara ini diadakan sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan yang telah memberikan karunia berupa seorang bayi. Tedak Siten dilakukan oleh orang tua bayi dengan harapan bahwa si kecil mendapatkan perlindungan dari bahaya dan penyakit, serta diberkahi umur panjang dan kesuksesan dalam hidup.

Upacara ini dilakukan pada pagi menjelang siang. Saat hari D-nya, pihak keluarga akan mempersiapkan segala sesuatu yang necessarry. Hal ini termasuk juga menyiapkan tempat tedak siten di halaman rumah atau di dalam sebuah petemosan (gedung pertemuan). Biasanya, upacara diadakan di halaman rumah agar jarak antara rumah dan petempatan yaitu sanggah (tempat suci) dapat lebih dekat.

Dalam upacara tedak siten, bayi akan didudukkan di atas tenda kecil yang terbuat dari kain janur. Yang membuat upacara unik adalah adanya penari ronggeng yang memainkan musik jawa dengan alat musik langgam, siter dan gendang. Selain itu, ada juga seorang pawang yang menyiapkan segala macam peralatan untuk prosesi pembersihan (misal: air, garam, telur, atas ayunan getuk, dan lain-lain).

Upacara tedak siten di Jawa, sering dipadukan dengan prosesi potong rambut. Entah mengapa, pada usia 3 bulan, rambut bayi akan ditukar menjadi kain/lukman atau biasanya disebut gunting rambut atau cukur jambul, dimana rambut bayi ini kemudian akan diberikan kepada penghuni sanggar yang ada di lingkungan sekitar atau dimasukan ke batang bambu. Menurut adat, kain atau lucmar tersebut tidak boleh dihitung, jika ada yang menghitung, maka bayi akan kehilangan bahkan memegang kain tersebut saja akan memberikan kurang beruntung.

Tedak siten bukanlah sebuah upacara yang baru, tetapi budaya yang sudah turun temurun. Banyak keluarga di Indonesia yang mengadopsi upacara tersebut dan melakukan Tedak Siten sesuai dengan adat dan kepercayaan mereka.

Kelebihan dan Kekurangan Tedak Siten

Kelebihan Tedak Siten

Tedak Siten adalah salah satu warisan budaya yang perlu kita lestarikan. Ada beberapa hal yang melatarbelakangi hal ini. Kelebihan Tedak Siten antara lain:

  1. Sebagai wujud syukur kepada Tuhan, Tedak Siten dilakukan sebagai bentuk rasa terima kasih atas anugerah Tuhan yang memberikan hadiah seorang bayi. Orang tua berharap bayi akan selalu diberkati dan dijauhi dari bahaya serta penyakit.
  2. Tedak Siten adalah cara untuk menghormati para leluhur. Masyarakat Jawa mempercayai bahwa leluhur bertanggung jawab atas kelancaran kelahiran bayi dan hidupnya selanjutnya. Berdasarkan hal tersebut, Tedak Siten diadakan sebagai bentuk memuliakan leluhur.
  3. Panggabean menjelaskan bahwa Dalang aka, suatu kesenian yang dilakukan pada saat upacara tedak bermakna bahwa panca indera manusia adalah sarana dan alat berkomunikasi antar manusia, ciwa (Tuhan) dan wujud alam.
  4. Masyarakat Jawa percaya bahwa bayi yang telah menjalani Tedak Siten akan mendapatkan perlindungan dari bahaya dan penyakit selama hidupnya.
  5. Penambahan kolam resapan dan area hijau yang dibuat pada saat upacara Tedak Siten diadakan mempunyai manfaat untuk mencegah banjir dan mengurangi polusi di lingkungan.
  6. Spiritualitas yang dipelajari dan dipraktikkan di upacara adat Tedak Siten dapat memperkuat rasa harmoni dan persatuan antara kita sebagai masyarakat Indonesia.
  7. Upacara Tedak siten sangat membantu dalam mempererat ukhuwah islamiyah suatu lingkungan karena menghadirkan beberapa elemen kegiatan keagamaan yang dalam pelaksanaannya membutuhkan banyak koordinasi. Kolaborasi antara sesama keluarga bagi mereka adalah sebuah proses membangun kebersamaan.

Kekurangan Tedak Siten

Selain kelebihan, ada beberapa kekurangan dari Tedak Siten yang perlu diperhatikan. Kekurangan Tedak Siten antara lain:

  1. Upacara Tedak Siten mungkin dapat memperlihatkan tampilan yang biaya mahal serta prosesi yang memakan waktu. Oleh karenanya, tidak semua masyarakat mampu mengadakan upacara tersebut, terutama keluarga yang memiliki kondisi finansial yang terbatas.
  2. Tidak semua keluarga merasa bahwa hal tersebut perlu dan menganggapnya hanya sebagai formalitas
  3. Terdapat potensi risiko keamanan SARA pada upacara Tedak Siten apabila hal tersebut dipakai sebagai ajang pamer keterlibatan orang-orang kaya dan menganggap remeh keluarga lain

Tabel Informasi Tedak Siten

Informasi Penjelasan
Definisi Upacara Tedak Siten adalah upacara adat Jawa yang dilakukan setelah bayi lahir dan biasanya diadakan ketika bayi berusia 35 hari. Upacara ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur dan penghormatan kepada Tuhan, leluhur, serta untuk berdoa agar bayi terbebas dari bahaya dan penyakit.
Pelaksanaan Upacara Tedak Siten bisa dilakukan di dalam rumah atau di luar ruangan, tergantung pada keinginan keluarga. Selama upacara, bayi didudukkan di atas tenda kecil yang terbuat dari kain janur, sementara para pawang melakukan berbagai kegiatan pembersihan dan pelindungan.
Hal-hal yang dibutuhkan Sebelum upacara, peralatan seperti air, garam, telur, ayunan getuk, kain janur, dan alat musik harus disiapkan. Selain itu, panitia juga perlu menyiapkan makanan dan minuman untuk tamu yang hadir.
Tradisi Lain Selain Tedak Siten, ada pula tradisi cukur rambut atau gunting rambut yang biasanya dilakukan pada usia 3 bulan. Pada tradisi ini, rambut bayi dipotong untuk menandakan “pemisahan” lama dan “baru”, serta simbolisasi memasuki dunia nyata.
Prosesi Dalam upacara Tedak Siten, panitia melakukan berbagai kegiatan pembersihan dan pelindungan menggunakan benda-benda sakral, seperti air, telur, garam, dan ayunan getuk.
Penari dan Musik Pada upacara Tedak Siten, terdapat penari ronggeng yang memainkan musik jawa dengan alat musik langgam, siter dan gendang. Dansa ini melambangkan kesederhanaan dan kebersamaan yang harus dilakukan bersama food yang akan dihidangkan orang tuanya.
Kepercayaan Masyarakat Jawa percaya bahwa bayi yang telah menjalani Tedak Siten akan mendapat perlindungan dari bahaya dan penyakit dari Tuhan selama hidupnya. Selain itu, kepercayaan yang sangat kuat terhadap leluhur melalui spiritualitas dan doa-doanya.

13 Pertanyaan Umum tentang Tedak Siten

1. Apa itu Tedak Siten?

Tedak Siten adalah upacara adat Jawa yang dilakukan setelah bayi lahir dan biasanya diadakan ketika bayi berusia 35 hari. Upacara ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur dan penghormatan kepada Tuhan, leluhur, serta untuk berdoa agar bayi terbebas dari bahaya dan penyakit.

2. Mengapa Tedak Siten dilakukan pada usia 35 hari?

Usia 35 hari dipilih karena pada saat itu, bayi sudah cukup kuat untuk menghadapi upacara adat tersebut dan telah melewati masa kritis pada 28 hari pertama.

3. Apakah Tedak Siten hanya dilakukan di Jawa?

Tidak, selain di Jawa, tradisi Tedak Siten juga dilakukan oleh masyarakat Sunda dan Bali dengan nama yang berbeda-beda.

4. Apa yang dilakukan saat upacara Tedak Siten?

Saat upacara, bayi didudukkan di atas tenda kecil yang terbuat dari kain janur, sementara para pawang melakukan berbagai kegiatan pembersihan dan pelindungan dengan menggunakan benda sakral, seperti air, telur, dan garam. Selain itu, penari ronggeng juga memainkan musik Jawa dengan alat musik langgam, siter dan gendang.

5. Apa arti dari tenda kecil yang terbuat dari kain janur?

Tenda kecil yang terbuat dari kain janur melambangkan dunia yang masih tempat bayi tersebut bernaung. Biasanya terdapat selempang kere di tepiannya sebagai simbol usaha pelayanan operator dalam berusaha menciptakan lingkungan kecil bayi yang sederhana dan harmoni.

6. Apa itu gunting rambut atau cukur jambul?

Cukur jambul adalah tradisi yang dilakukan pada usia 3 bulan dimana rambut bayi dipotong untuk menandakan “pemisahan” lama dan “baru”, serta simbolisasi memasuki dunia nyata.

7. Apa yang dibutuhkan untuk melaksanakan Jamasan Tedak Siten?

Untuk melakukan Jamasan Tedak Siten, dibutuhkan berbagai macam peralatan, seperti uang kertas, air, beras yang telah disalakan, baju atau selimut bayi, dupa, dan garam.

8. Bagaimana pandangan agama tentang Tedak Siten?

Tedak Siten tidak berkaitan dengan agama. Namun, upacara tersebut berhubungan erat dengan kepercayaan dan budaya Jawa.

9. Apakah ada pantangan saat pelaksanaan upacara Tedak Siten?

Ya, ada beberapa pantangan yang harus dihindari saat pelaksanaan upacara, seperti makanan yang pedas, pisang ruwah, coklat, buah kopyor, dan buah ara.

10. Apakah Tedak Siten hanya boleh dilakukan oleh keluarga yang mampu secara finansial?

Tidak, Tedak Siten tidak harus dilakukan dengan menggunakan banyak biaya. Yang penting adalah niat dan upaya melaksanakan upacara dengan sepenuh hati.

11. Bagaimana perlunya adat dan budaya di kalangan masyarakat Indonesia?

Adat dan budaya memiliki nilai dan fungsi penting dalam kehidupan masyarakat. Adat dan budaya menjadi penjaga identitas bangsa, ikatan emosional antar individu yang dapat mempererat solidaritas masyarakat.

12. Bagaimana dampak positif dari mengikuti adat istiadat Jawa?

Dampak positif dari mengikuti adat istiadat Jawa antara lain dapat mempererat ikatan keluarga, memperkaya kosakata, serta memperkukuh rasa kebersamaan dan sosial dalam masyarakat.

13. Dapatkah orang-orang non-Jawa melaksanakan Tedak Siten?

Tidak ada larangan bagi orang-orang non-Jawa untuk melaksanakan Tedak Siten. Namun, upacara tersebut harus dijalankan dengan memperhatikan adat dan kepercayaan masing-masing.

Kesimpulan

Upacara adat Jawa Tedak Siten adalah tradisi spiritual yang hingga saat ini masih dilestarikan oleh masyarakat Jawa. Upacara tersebut dilaksanakan setelah kelahiran bayi dan dilakukan sebagai bentuk rasa syukur dan penghormatan kepada Tuhan, leluhur, serta berdoa agar bayi terbebas dari bahaya dan penyakit. Tedak Siten dilakukan dalam doa dan mengikuti adat istiadat Jawa yang memiliki nilai keagamaan dan tradisi.

Iklan