Pendahuluan

Halo Pembaca rinidesu.com, seperti yang kita ketahui, Indonesia memiliki beragam budaya dan tradisi yang sudah diwariskan turun temurun dari nenek moyang. Salah satu budaya yang layak untuk dipelajari adalah rumah adat tongkonan. Tongkonan adalah rumah adat khas suku Toraja di Sulawesi Selatan. Namun seiring dengan perkembangan zaman, rumah adat ini mulai terjebak dalam ikatan konflik antara tradisi dan modernitas. Artikel ini akan membahas tentang sejarah rumah adat tongkonan serta kelebihan dan kekurangan dari budaya ini.

Tongkonan mempunyai arti dalam bahasa Toraja yang secara harafiah berarti tempat tinggal orang. Bangunan ini merupakan rumah adat khas Toraja dan menjadi ciri khas dari daerah ini. Rumah adat ini dinamakan tongkonan karena bentuk atapnya yang menyerupai perahu terbalik.

Tongkonan pada awalnya digunakan sebagai tempat tinggal bagi kaum bangsawan di suku Toraja. Dalam sebuah keluarga Toraja, rumah tongkonan dihuni oleh beberapa keping saudara dan keluarga sang kepala rumah yang dianggap memiliki kewenangan tertinggi. Mereka tinggal di dalam bangunan tongkonan dengan cara bertumpuk-tumpuk.

Setelah zaman modern masuk ke Indonesia, semakin banyak orang Toraja yang meninggalkan rumah adat tradisional mereka dan beralih ke rumah-rumah modern dan lebih konvensional. Salah satu alasan dari perubahan ini adalah dikarenakan harga pembangunan tongkonan yang menjadi semakin mahal serta kurang praktis untuk ditinggali.

Akan tetapi, keberadaan rumah tongkonan yang semakin langka dari waktu ke waktu tetap menjadi aset penting dalam kebudayaan Toraja dan Indonesia secara umum. Karena itulah, kita perlu mempelajari sejarah serta kelebihan dan kekurangan dari budaya tongkonan ini.

Sejarah Rumah Adat Tongkonan

Sejarah rumah tongkonan dimulai sejak zaman dahulu ketika orang Toraja pertama kali bermukim di daerah Sulawesi Selatan dan membentuk suku Toraja. Tongkonan digunakan sebagai tempat tinggal bagi kaum bangsawan di suku Toraja. Seiring perkembangan zaman, rumah tongkonan semakin berkembang dan menjadi rumah adat yang dihargai di suku Toraja.

Bangunan tongkonan biasanya dirancang dengan sangat seksama dan memperhatikan aspek keamanan dan keindahan. Keberhasilan dalam membangun rumah tongkonan dianggap sebagai prestise bagi masyarakat Toraja, terutama bagi keluarga bangsawan. Selain itu, tongkonan juga menjadi tempat berkumpul, bekerja, dan melaksanakan tradisi-tradisi Toraja.

Tongkonan merupakan simbol penting dari kebudayaan Toraja dan sudah menjadi identitas dari suku Toraja sejak zaman dahulu. Di Indonesia, tongkonan juga sering dijadikan sebagai simbol Sulawesi Selatan, terutama dalam kampanye pariwisata.

Bahan Bangunan

Bahan yang digunakan untuk membuat rumah tongkonan memiliki karakter yang kuat dan tahan lama. Tiang dan balok rumah tongkonan umumnya terbuat dari kayu jati, yang dianggap berkualitas tinggi dan lebih tahan lama dibandingkan dengan jenis kayu yang lain. Sementara dinding tongkonan terbuat dari dahan bambu yang diikat dengan anyaman rotan atau ilalang. Atap tongkonan terbuat dari ijuk atau daun sagu yang diikat dengan tali rami atau rotan.

Keunikan dari rumah adat tongkonan yaitu tidak menggunakan paku. Setiap tahapan konstruksi rumah adat ini dipasang dengan menggunakan pengikat berupa tali rami yang sering disebut lempungan. Penggunaan lempungan dalam membuat rumah tongkonan sebelumnya merupakan bentuk efisiensi dan keterbatasan bahan konstruksi.

Seni Kalimatongan

Selain sebagai tempat tinggal, tongkonan juga memiliki fungsi sebagai tempat melangsungkan perayaan-perayaan tradisional suku Toraja, seperti upacara adat Rambu Solo’/Rambu Tuka’ dan Ma’bua. Salah satu seni tradisional yang kerap tampil di dalam rumah tongkonan adalah seni Kalimbungan. Seni ini adalah bentuk perpaduan musik dan tarian tradisional Toraja yang dimainkan dengan menggunakan gong, tifa, dan alat musik tradisional lainnya.

Takengonan dan Alang Ke’peng

Dalam setiap rumah tongkonan pada umumnya memiliki sebuah ruangan khusus atau bakong yang diberi nama takengonan. Ruangan ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan beras dan sebagai dapur untuk menyiapkan hidangan upacara adat. Pada rumah tongkonan yang tergolong besar, akan terdapat sebuah bangunan berukuran kecil yang terpisah dari bangunan utama. Bangunan ini diberi nama Alang Ke’peng dan digunakan sebagai balai pertemuan maupun tempat rapat para adat.

Keluarga Inti

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa keluarga inti dalam kebudayaan Toraja duduk dalam satu rumah. Di dalam rumah tongkonan, sistem keluarga yang diterapkan tergolong matriarkal (kepala rumah dijabat oleh seorang wanita). Kepala rumah yang mengatur rumah tangga, pelaksanaan upacara, serta memilik hak milik atas harta keluarga. Dalam keluarga besar, kepala rumah bertanggung jawab dalam memastikan kerukunan keluarga tetap terjaga.

Kelebihan Budaya Rumah Adat Tongkonan

Budaya rumah adat tongkonan memiliki beberapa kelebihan, antara lain:

  1. Tradisi dan kebudayaan menjadi hal penting yang selalu dilindungi dan dihargai oleh masyarakat Toraja.
  2. Penyimpanan beras dan peralatan upacara di dalam takengonan membuat beras lebih awet dan daun-daun pandan terasa lebih cepat.
  3. Keluarga besar dapat hidup bersama-sama dalam satu rumah sehingga dapat memperkokoh tali silaturahmi dan mengurangi biaya hidup yang dikeluarkan.
  4. Rumah adat tongkonan sebagai sebuah seni arsitektur yang menarik dan memiliki nilai estetis yang tinggi.
  5. Tongkonan menjadi ikon wisata Sulawesi Selatan. Yang mempromosikan wisata selain bentuk rumah tongkonan yang unik juga suku Toraja yang masih memegang teguh adat istiadatnya.
  6. Masyarakat Toraja menggunakan sumbangan dalam membangun rumah tongkonan sebagai tanda persatuan dan kebersamaan.
  7. Jika dikelola dengan baik dan benar, tongkonan dapat menjadi objek pariwisata yang menarik dan berpotensi untuk menghidupkan perekonomian masyarakat lokal.

Kekurangan Budaya Rumah Adat Tongkonan

Setiap budaya dan tradisi memiliki keunggulan masing-masing, namun tidak sedikit pula yang memiliki kekurangan. Kelemahan dari rumah adat tongkonan antara lain:

  1. Proses membangun tongkonan membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit. Yang membuat orang enggan untuk membuat rumah tersebut karena mereka harus tetap menjaga keseimbangan pengeluaran dengan pemasukan.
  2. Tidak cocok untuk ditinggali di perkotaan dan lingkungan urban.
  3. Tidak fleksibel dan tidak dapat diubah secara mudah sesuai dengan perkembangan zaman dan selera. Jadi, perlu diperbaharui dan dimodernisasi agar lebih adaptif terhadap perkembangan zaman agar tetap bisa menjadi tempat tinggal yang nyaman.
  4. Bentuk atap yang tinggi dan lancip menyebabkan suhu di dalam tongkonan terasa panas dan penggunaan energi pegunungan sebagai bahan bakar meningkatkan risiko kebakaran.
  5. Kurangnya pemahaman orang-orang mengenai budaya dan rumah tongkonan dapat memengaruhi sudut pandang generasi muda tentang adat istiadat Toraja sendiri.
  6. Tidak banyak orang yang mempelajari dan mempraktikkan budaya dan rumah adat tongkonan seiring berjalannya waktu.
  7. Kurangnya dukungan pemerintah dalam pengembangan lingkungan wisata yang di dalamnya terdapat rumah tongkonan.

Tabel Sejarah Rumah Adat Tongkonan

Tahun Peristiwa
Abad ke-11 Orang Toraja membentuk suku Toraja dan mendirikan rumah adat tongkonan sebagai tempat tinggal mereka.
Abad ke-17 Masuknya agama Kristen dan pengaruh budaya Barat membuat beberapa kelompok masyarakat Toraja meninggalkan rumah adat tongkonan dan beralih ke bangunan yang lebih modern.
Abad ke-19 Para arkeolog mulai mengumpulkan data tentang rumah adat tongkonan dan menyadari pentingnya menjaga budaya ini agar tidak punah.
Abad ke-20 Rumah adat tongkonan semakin terkenal karena dipromosikan sebagai destinasi wisata.
2021 Kesadaran masyarakat Toraja dan pemerintah dalam menjaga keberlangsungan budaya dan tradisi rumah adat tongkonan semakin meningkat.

FAQ Seputar Rumah Adat Tongkonan

Apa itu tongkonan?

Tongkonan adalah rumah adat khas suku Toraja yang biasanya digunakan sebagai tempat tinggal bagi kaum bangsawan di suku Toraja.

Mengapa rumah adat tongkonan disebut tongkonan?

Rumah adat ini dinamakan tongkonan karena bentuk atapnya yang menyerupai perahu terbalik.

Apa bahan pembuatan rumah adat tongkonan?

Bahan yang digunakan untuk membuat rumah tongkonan biasanya terbuat dari kayu jati untuk tiang dan balok, dahan bambu yang diikat dengan anyaman rotan atau ilalang untuk dindingnya, sedangkan atapnya terbuat dari ijuk atau daun sagu.

Apa yang membedakan rumah adat tongkonan dengan rumah lainnya?

Rumah adat tongkonan memiliki bentuk atap yang khas menyerupai perahu terbalik dan dalam satu rumah, terdapat beberapa keluarga yang hidup bersama-sama.

Bagaimana cara membangun rumah adat tongkonan?

Tahapan membangun rumah tongkonan dimulai dari penggalian lubang untuk pondasi, pembuatan rangka atap, pembuatan dinding, hingga pemasangan atap, lalu diikuti dengan berbagai upacara adat dan persembahan sesuai dengan tradisi Toraja.

Apakah rumah adat tongkonan kebal terhadap gempa?

Tongkonan berdiri diatas panggung tersusun dari beberapa batang kayu. Kaki rumah dipancang dengan palang kayu yang sangat besar untuk menahan gaya geser dan memperkecil resiko rusak saat gempa terjadi.

Kenapa saat ini rumah adat tongkonan sudah sangat jarang ditemui di Sulawesi Selatan?

Terkadang masyarakat Toraja tidak memiliki cukup uang untuk membangun tongkonan dan cenderung memilih rumah modern yang lebih murah.

Seberapa unik arsitektur rumah adat tongkonan?

Rumah adat tongkonan memiliki desain yang sangat unik dan memiliki keunikan tersendiri dari atap rumah, bentuk bangunan dan lainnya.

Apa perbedaan rumah adat tongkonan besar dan kecil?

Rumah adat tongkonan berukuran besar memiliki jumlah balok tiang dan atap yang lebih banyak dibandingkan rumah adat tongkonan berukuran lebih kecil.

Apakah takengonan dan alang ke’peng berbeda?

Takengonan berfungsi sebagai tempat penyimpanan beras dan dapur, sedangkan Alang Ke’peng digunakan sebagai tempat rapat para adat.

Bagaimana fungsi tongkonan bagi masyarakat Toraja?

Tongkonan berfungsi sebagai tempat tinggal, tempat berkumpul, bekerja, dan melaksanakan upacara adat Toraja.

Bagaimana upaya masyarakat dalam menjaga keberlangsungan rumah adat tongkonan?

Masyarakat Toraja berupaya melestarikan rumah adat tongkonan dengan menyelenggarakan berbagai upacara adat dan kegiatan, serta mengedukasi generasi muda tentang pentingnya menjaga keberlangsungan budaya ini.

Apakah rumah adat tongkonan sesuai untuk dijadikan hunian di perkotaan?

Tongkonan tidak cocok untuk ditinggali di perkotaan dan lingkungan urban karena bentuk atap yang tinggi dan lancip membuat suhu di dalam tong

Iklan