Apa itu Bahasa Kasar Jepang?


Bahasa Kasar Jepang

Bahasa Kasar Jepang atau “baku-sho” adalah ungkapan yang umum digunakan oleh pembicara bahasa Jepang ketika berbicara dengan teman atau keluarga. Ungkapan ini juga digunakan dalam media populer seperti televisi, cerita manga, anime dan film. Meskipun bahasa kasar Jepang sangat umum di Jepang, penting untuk diingat bahwa bahasa ini dianggap kasar dan tidak sopan jika digunakan dalam konteks formal atau resmi.

Bahasa kasar Jepang sering digunakan oleh orang-orang yang ingin mengekspresikan emosi dengan lebih kuat dan lebih tajam. Pada dasarnya, bahasa ini digunakan untuk mengungkapkan ketidaksenangan atau kemarahan. Tidak seperti bahasa formal Jepang, bahasa kasar Jepang tidak menggunakan formalitas seperti -san atau -sama dan juga tidak menghormati pembicaraan dengan sopan.

Bahasa kasar Jepang terdiri dari kosa kata dan ungkapan yang berbeda dari bahasa formal Jepang. Biasanya, kosa kata dan ungkapan dalam bahasa kasar Jepang adalah frasa yang agak kejam atau tidak sopan dan mungkin mengandung kata-kata yang seharusnya dihindari dalam bahasa resmi.

Bahasa kasar Jepang juga disebut sebagai “shitamachi” atau bahasa kota, meski istilah ini lebih berkaitan dengan dialek yang digunakan oleh orang-orang yang tinggal di daerah kota yang kurang terkenal. Dari segi konteks, bahasa kasar Jepang dapat dibandingkan dengan bahasa gaul dalam bahasa Inggris atau bahasa ibu asli dalam banyak bahasa lainnya.

Bahasa kasar Jepang agak sulit dipahami oleh orang asing, terutama bagi orang yang belum terbiasa dengan budaya dan bahasa Jepang. Namun, jika Anda mempelajari bahasa Jepang, memahami bahasa kasar Jepang dapat membantu Anda memahami percakapan sehari-hari dan budaya Jepang dengan lebih baik. Namun, ketika menggunakan bahasa kasar Jepang, Anda harus mengingat bahwa sikap kasar dalam budaya Jepang tidak selalu diterima.

Meskipun bahasa kasar Jepang lebih umum digunakan ketika berbicara dengan teman atau keluarga, seringkali orang menggunakan bahasa ini ketika sedang marah atau tidak puas dengan seseorang. Ketika dalam situasi seperti ini, orang yang mengalami amarah atau ketidaksenangan mungkin menggunakan bahasa kasar Jepang untuk menunjukkan kemarahan, di mana mungkin sangat tidak sopan dalam konteks formal atau resmi.

Kemampuan untuk memahami bahasa kasar Jepang juga berguna jika Anda ingin mengekspresikan emosi Anda dengan lebih kuat dan lebih tajam ketika berbicara dengan teman atau keluarga. Namun, penting untuk diingat bahwa bahasa kasar Jepang mungkin terdengar kasar atau tidak sopan dalam konteks yang tidak tepat.

Dalam kesimpulan, Bahasa kasar Jepang atau “baku-sho” adalah penggunaan bahasa kasar yang sangat umum di Jepang, tetapi dianggap tidak sopan dalam konteks resmi dan formal. Bahasa kasar Jepang berguna dalam konteks informal dan juga dapat membantu Anda memahami budaya Jepang secara lebih baik.

Asal-usul Bahasa Kasar Jepang


Bahasa Kasar Jepang

Bahasa kasar atau dalam bahasa Jepang disebut “betsu no” seringkali digunakan dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat Jepang. Bahasa kasar ini terdiri dari kata-kata yang terkesan kasar dan tidak sopan jika digunakan di depan umum. Bahasa kasar Jepang tidak hanya dipakai oleh orang dewasa, melainkan juga oleh remaja bahkan anak-anak. Hampir setiap kalangan baik itu laki-laki ataupun perempuan pasti pernah menggunakan bahasa kasar di dalam kehidupannya.

Tetapi, bagaimana sebetulnya asal-usul dari bahasa kasar Jepang? Bahasa kasar Jepang ternyata sudah ada sejak jaman dulu kala. Hal itu terbukti dari peninggalan-peninggalan sejarah seperti cerita rakyat zaman dulu yang sering memunculkan kata-kata kasar. Bahasa kasar dalam cerita rakyat biasa disebut dengan “hiniku” atau kata-kata penghinaan. Hampir di setiap cerita rakyat yang ada di Jepang, pasti terdapat kata-kata kasar yang sangat tidak sopan di dalamnya.

Bahasa kasar ini juga biasa dipakai oleh para samurai pada masa Edo. Para samurai akan menggunakan bahasa kasar dalam kehidupan sehari-harinya dan mempertegas kekuasaan serta status sosial mereka. Dalam kelas samurai, menggunakan bahasa kasar dianggap sebagai suatu hal yang wajar dan bukan merupakan bentuk ketidaksopanan. Hal ini lebih merupakan simbol status sosial mereka sebagai salah satu pengayom masyarakat dan sebagai pejuang dalam suatu sistem hierarki.

Selain itu, pengaruh dari kebudayaan luar juga turut memengaruhi munculnya bahasa kasar Jepang. Seiring dengan berkembangnya kanal trading dengan negeri-negeri lain, banyak pelaut Jepang yang pergi ke luar negeri dan kemudian kembali dengan membawa kearifan bahasa-bahasa kasar dari negara-negara yang dikunjunginya. Bahasa kasar Jepang juga dipengaruhi oleh bahasa Tionghoa dan Bahasa Inggris. Banyak sekali kata-kata kasar yang diterjemahkan menjadi bahasa Jepang karena pengaruh asing ini.

Saat ini, bahasa kasar Jepang masih sangat populer digunakan oleh generasi muda Jepang. Terutama oleh mereka yang hidup di kota besar dan memiliki akses ke media sosial. Bahkan, seiring berjalannya waktu, bahasa kasar Jepang semakin memperlihatkan dirinya dalam berbagai media seperti manga, anime, dan film-film Jepang. Hampir semua karakter di dalam manga, anime, dan film Jepang seakan memiliki aksen dan pengucapan kata-kata kasar. Hal ini membuat generasi muda semakin menggemari bahasa kasar Jepang.

Contoh kata-kata Kasar dalam Bahasa Jepang dan Artinya


bahasa jepang kasar

Bahasa Jepang adalah bahasa yang memiliki karakteristik yang berbeda dari bahasa-bahasa lainnya. Walaupun memiliki sopan santun yang tinggi, bahasa Jepang juga memiliki bahasa kasar yang dipakai di antara teman-teman atau orang yang sangat akrab. Pada umumnya, kata-kata kasar di dalam bahasa Jepang lebih banyak mengandung unsur kata-kata yang kurang sopan di dalam kalimat, seperti kata sumpah, kata makian, atau kata ejekan. Berikut adalah beberapa contoh kata-kata kasar dalam bahasa Jepang dan artinya.

Kata-kata Kasar di dalam Bahasa Jepang dan Artinya


Sakura Kinomoto angry

1. Aho (アホ) – Bodoh

Kata ini memiliki arti yang sama seperti kata “bodoh”. Biasanya, kata ini digunakan untuk menghina seseorang yang dianggap tidak cerdas.

2. Kuso (くそ) – Sampah/Sial/Kontol

Kata “kuso” memiliki tiga arti yang berbeda, tergantung pada konteks kalimatnya. Pertama, “kuso” bisa berarti sampah atau kotoran. Kedua, “kuso” bisa berarti sial atau apes. Ketiga, “kuso” bisa digunakan sebagai kata kasar dari bahasa Jepang yang mirip dengan kata “kontol”.

3. Chikusho (畜生) – Anjing/Sialan/Babi

Kata “chikusho” memiliki arti yang cukup kasar. Kata ini bisa diartikan sebagai “anjing”, “sialan”, atau “babi”. Kata ini sering digunakan ketika seseorang sedang sangat marah.

4. Yarou (野郎) – Bajingan

Kata “yarou” digunakan untuk menyebut orang yang dianggap buruk atau bajingan. Kata ini memiliki arti yang kurang sopan, sehingga sebaiknya tidak digunakan dalam percakapan formal.

5. Temee (てめえ) – Kamu/Antum/Lo

Kata “temee” sebenarnya memiliki arti yang sama dengan kata “kamu”. Namun, kata ini digunakan dengan nada yang kasar dan pengucapan yang keras, sehingga bisa menjadi kata kasar yang tidak sopan.

6. Kusottare (くそったれ) – Bangsat

Kata “kusottare” digunakan untuk menyebut orang yang dianggap buruk atau bangsat. Kata ini memiliki arti yang tidak sopan, sehingga sebaiknya tidak digunakan dalam percakapan formal.

7. Omae (お前) – Padamu

Kata “omae” sebenarnya memiliki arti yang sama dengan kata “padamu”. Namun, kata ini digunakan dengan nada yang kasar dan pengucapan yang keras, sehingga bisa menjadi kata kasar yang tidak sopan.

8. Kimochi warui (気持ち悪い) – Menjijikkan

Kata “kimochi warui” memiliki arti yang sama dengan kata “menjijikkan”. Kata ini bisa digunakan untuk menyatakan perasaan tidak suka terhadap sesuatu yang dianggap jorok atau tidak enak dipandang.

Demikianlah beberapa contoh kata-kata kasar dalam bahasa Jepang dan artinya. Sebaiknya, hindari menggunakan kata-kata tersebut dalam percakapan formal di antara kolega atau rekan kerja. Gunakanlah kata-kata kasar dengan bijak, dan jangan sampai mengganggu hubungan baik antara Anda dan orang lain.

Bahaya Menggunakan Bahasa Kasar di Jepang


Bahasa Kasar Jepang

Bahasa kasar atau terkadang disebut sebagai bahasa kasual adalah salah satu bentuk bahasa yang umumnya digunakan pada situasi-situasi santai atau informal, seperti di antara teman-teman atau keluarga. Namun, di Jepang, bahasa kasarnya memiliki makna yang lebih dalam dan dipandang sebagai suatu bentuk perilaku yang keterlaluan dan tidak sopan. Karena itu, penggunaan bahasa kasar di Jepang bisa menimbulkan bahaya yang merugikan baik bagi pengguna maupun orang lain di sekitarnya.

1. Mengganggu Keharmonisan Sosial


Kelompok Teman

Bahasa kasar di Jepang bukan hanya digunakan oleh kelompok teman sebaya, tetapi juga bisa muncul di lingkungan kerja atau bahkan di depan orang yang lebih tua usianya. Penggunaan bahasa kasar bisa mengganggu keharmonisan sosial antara orang yang berkomunikasi, terutama jika satu pihak tidak nyaman dengan bahasa kasar tersebut. Hal ini bisa menimbulkan perselisihan yang tidak perlu dan memperburuk hubungan sosial antara dua belah pihak.

2. Memberikan Kesan Buruk


Menghina Orang

Bahasa kasar di Jepang memiliki makna yang lebih dalam dari sekadar suatu bentuk bahasa. Bahasa kasar bisa memberikan kesan buruk terhadap diri pengguna bahasa. Orang yang terbiasa menggunakan bahasa kasar bisa terlihat kasar, kurang sopan, dan tidak memahami adab yang berlaku di masyarakat. Bahkan, penggunaan bahasa kasar yang berlebihan bisa dianggap sebagai tindakan yang menghina orang lain. Hal ini tentunya akan menyeret diri pengguna ke dalam konflik dengan orang lain.

3. Jenaka yang Menyerang dan Merendahkan Orang


Tertawa Lucu

Bahasa kasar di Jepang juga bisa disebut sebagai bentuk penghinaan yang diiringi oleh nada jenaka atau bercanda. Beberapa orang beranggapan bahwa menggunakan bahasa kasar tersebut adalah hal yang lucu dan mengundang tawa di antara teman-teman mereka. Namun sebenarnya, tawa yang terlahir dari penghinaan bukanlah tawa yang sehat. Hal ini hanya akan merendahkan orang lain dan acap kali membunuh rasa percaya diri mereka.

4. Berdampak dalam Pekerjaan


Kantor

Bahasa kasar di Jepang tidak hanya menciptakan masalah di antara sesama teman, tetapi juga bisa merusak karir seseorang. Di lingkungan kerja, sopan santun dan adab menjadi nilai yang sangat dihargai. Penggunaan bahasa kasar bisa memicu konflik di antara karyawan. Keterlaluan dalam menggunakan bahasa kasar dapat membuat seseorang tidak dihargai di tempat kerjanya dan bahkan membuat dirinya menerima sanksi atau dipecat.

Kesimpulannya, penggunaan bahasa kasar di Jepang dapat menimbulkan pengaruh negatif pada kehidupan sosial dan karir seseorang. Oleh karena itu, sebaiknya kita selalu menempatkan sopan santun dan adab sebagai salah satu nilai yang utama dalam berkomunikasi dengan orang lain, terutama di masyarakat yang memiliki budaya yang berbeda dari kita.

Alternatif Bahasa yang Bisa Digunakan untuk Menghindari Bahasa Kasar di Jepang


Bahasa Kasar Jepang dan Artinya

Jepang merupakan negara yang terkenal dengan tinimbang nilai budayanya. Salah satu budaya yang paling diperhatikan oleh warga Jepang adalah etiket yang berlaku dalam berkomunikasi. Apabila berbicara tanpa memperhatikan akhlak, maka akan dianggap sebagai orang yang tidak beradab atau kasar. Terkadang, kata-kata kasar juga muncul karena tidak sengaja atau kurangnya pemahaman tentang etiket yang sesuai untuk dilakukan dalam situasi tersebut. Oleh karena itu, penting bagi orang asing yang tinggal di Jepang untuk memahami bahasa kasar Jepang dan artinya serta alternatif yang bisa digunakan untuk menghindarinya. Berikut ini adalah beberapa alternatif yang bisa digunakan untuk menghindari bahasa kasar di Jepang.

1. Istilah-istilah yang Lebih Halus

Istilah Lebih Halus

Istilah-istilah yang lebih halus seperti “ani” (kakak laki-laki), “otouto” (adik laki-laki), ataupun “omae” (kamu) adalah istilah-istilah yang dapat digunakan untuk berbicara kepada teman sebaya atau rekan kerja. Istilah-istilah tersebut lebih sopan dan tidak akan mengundang perdebatan. Selain itu, kata-kata seperti “gomen” (maaf) juga dapat digunakan agar tidak dipersepsikan sebagai orang kasar. Namun, harus diingat bahwa meskipun menggunakai bahasa yang lebih halus, tetapi jika nada bicara dan bahasa tubuh yang digunakan kasar, tetap tidak akan menyelesaikan masalah.

2. Menghindari Kata Ganbarou

Menghindari Kata Ganbarou

Ganbarou adalah kata yang digunakan untuk memberi semangat pada seseorang, tetapi memiliki dua arti. Arti pertama adalah berusaha keras, sedangkan arti kedua adalah menyerah atau menyerahkan keadaan. Biasanya orang Jepang menggunakan kata tersebut ketika memberi semangat kepada orang yang sedang menghadapi kesulitan atau ujian sulit. Namun, dalam suasana yang tenang mengatakan “ganbarou” terkadang dianggap kasar dan dapat membuat orang merasa tidak nyaman.

3. Menghindari Kata Kimoi

Menghindari Kata Kimoi

Kata “kimoi” berasal dari bahasa “kimochi warui” yang berarti tidak nyaman, menjijikan, atau bahkan muntah. Biasanya digunakan untuk mengekspresikan ketidaknyamanan secara langsung, tetapi terkadang dapat disalahartikan sebagai kasar atau menyerang. Oleh karena itu, lebih baik menghindari kata tersebut dan menggunakan kata-kata yang lebih sopan dan santun pada saat tertentu.

4. Menghindari Bahasa Tubuh yang Salah

Menghindari Bahasa Tubuh

Bahasa tubuh saat berbicara juga harus dijaga dan tidak ada bahasa tubuh yang kasar dan tidak sopan. Sejumlah tindakan yang harus dihindari adalah mengedipkan mata secara berlebihan, mengguncangkan kepala, atau bahkan mengepalkan tangan Anda. Gerakan tubuh yang tepat adalah senyum dan memberikan salam yang ramah, agar orang lain merasa nyaman berbicara dengan Anda. Selain itu, nada bicara juga harus dijaga agar tidak bersuara kasar dan menyerang.

5. Menjaga Ekspresi Wajah

Menjaga Ekspresi Wajah

Ekspresi wajah yang digunakan ketika berbicara juga harus diperhatikan agar tetap terlihat sopan dan ramah. Tanpa disadari, kadang-kadang ekspresi wajah yang salah dapat menyinggung seseorang. Contohnya adalah meletakkan tangan di leher Anda yang dapat dianggap sebagai tanda penghinaan. Selain itu, ekspresi wajah yang terlalu serius atau cemberut juga dapat dianggap sebagai ketidakadaban berkomunikasi dengan baik. Oleh karena itu, menjaga ekspresi wajah adalah satu hal yang sangat penting bagi setiap orang yang ingin berkomunikasi dengan sopan dan santun.

Demikianlah beberapa alternatif bahasa yang dapat digunakan untuk menghindari bahasa kasar di Jepang. Dengan memahami etiket dan budaya yang berlaku, Anda dapat berkomunikasi dengan baik dan dianggap sebagai orang yang beradab. Penting untuk selalu mengedepankan sikap yang baik, sopan, dan santun ketika berbicara dengan orang lain, terutama dalam budaya Jepang yang sangat penuh dengan nilai-nilai kesopanan dan kebihasaannya.

Iklan