Pengertian Hidari dan Sejarah Asalnya


Hidari Artinya

Hidari adalah istilah dalam bahasa Jepang yang secara harfiah berarti “kiri”. Namun, hidari artinya sebenarnya lebih dari sekadar kata “kiri”. Hidari digunakan dalam berbagai konteks dan memiliki konotasi yang berbeda-beda tergantung pada konteksnya.

Dalam seni Jepang, hidari artinya merujuk pada teknik penggambaran yang cenderung melebih-lebihkan ekspresi artistik. Hal ini terlihat pada banyak karya seni tradisional Jepang, seperti ukiran kayu, lukisan, dan patung.

Hidari artinya juga digunakan dalam dunia musik Jepang, terutama dalam alat musik tradisional. Contohnya adalah hidari-jo (tongkat yang digunakan dalam tari Jepang) serta hidari-hai (alat musik jenis suling).

Namun, di samping aspek-aspek yang positif, hidari artinya juga memiliki konotasi kurang baik dalam sebagian konteks. Istilah tersebut sering digunakan untuk merujuk pada sesuatu yang dianggap kurang berharga atau kurang penting.

Sejarah asal mula penggunaan kata hidari berasal dari Jepang kuno, di mana dalam bahasa Jepang, arah kiri disebut hidari dan arah kanan disebut migi. Arah hidari digunakan dalam berbagai bentuk kegiatan tradisional Jepang, seperti tari, pedang, dan seni bela diri (martial arts).

Pada masa feudal Jepang, hidari memiliki makna yang lebih luas. Dalam hierarki sosial Jepang pada saat itu, hidari dianggap sebagai sifat yang dihubungkan dengan kelas yang lebih rendah, sedangkan sifat migi dihubungkan dengan kelas yang lebih tinggi. Meskipun begitu, hidari juga dapat dipandang sebagai sifat yang mencerminkan sisi kehidupan yang lebih sederhana dan merakyat.

Dalam seni tradisional Jepang, hidari artinya mulai digunakan sejak era Heian (794-1185) melalui lukisan-lukisan dalam bentuk panel kayu atau emas. Teknik seni ini dapat ditemukan pada berbagai karya seni seperti ukiran kayu, lukisan, dan patung, yang sering digunakan untuk menggambarkan sosok, hewan, atau objek lainnya dengan expresi yang berlebihan.

Hidari pada saat itu dianggap sebagai teknik yang menggambarkan kecantikan dan keanggunan, serta simbol dari kesempurnaan dan kehalusan. Teknik ini kemudian berkembang menjadi sebuah aliran seni tersendiri dengan nama Hidari-gomon atau Hidari-gaki, yang dikenal sebagai corak khas seni lukis Jepang.

Dalam seni bela diri ini, hidari artinya juga banyak dipergunakan, misalnya dalam seni pedang (kendo). Dalam seni kendo, hidari memegang peranan penting dalam strategi dan teknik untuk mengalahkan lawan. Teknik-teknik hidari ini sangat penting dalam melatih gerakan otot dan koordinasi antara tangan kanan dan kiri.

Dalam alat musik tradisional Jepang juga terdapat berbagai jenis alat yang memanfaatkan istilah hidari. Misalnya, hidari-jo adalah tongkat yang digunakan dalam tari Jepang, seperti tari Bon-odori, yang memiliki peranan sangat penting dalam menggiring langkah para penari.

Di sisi lain, hidari dalam alat musik seperti suling bambu atau shakuhachi digunakan untuk memperkuat aspek penting dari gerakan pernafasaan dalam bermain. Gerakan pernafasan ini penting dilakukan untuk menarik napas lebih dalam, sehingga aliran oksigen ke paru-paru bisa meningkat dan memenuhi perut dan otak dengan lebih baik.

Dalam konteks modern, hidari artinya sering digunakan untuk menyebut sesuatu yang tidak umum, sulit dipahami, atau berbeda dari yang lain. Misalnya, hidari bisa diartikan sebagai sesuatu yang berbeda dari kebiasaan atau yang tidak terduga. Hal ini dapat tercermin dalam dunia fashion atau dalam penggunaan bahasa, seperti ungkapan ataupun idiom-idiom tertentu.

Tangan Kiri dalam Budaya Jepang


Tangan Kiri dalam Budaya Jepang

Tangan kiri dalam budaya Jepang memiliki makna yang berbeda dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Dalam bahasa Jepang, tangan kiri disebut dengan “hidari” yang memiliki arti yang lebih dari sekadar kata-kata. Sejak zaman dahulu, tangan kiri dianggap sebagai tangan setan atau “teman sebelah” karena dianggap sebagai simbol kejahatan dan kotoran. Inilah yang membuat orang Jepang sangat menjaga tangan kiri agar tidak digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Makna Tangan Kiri di Jepang


Jepang

Selain kepercayaan yang diyakini, budaya Jepang juga memperhitungkan penampilan. Mistar penimbang yang digunakan di masa lalu selalu ditempatkan di sisi kanan rumah, hal ini menandai bahwa sisi kanan disukai daripada sisi kiri. Selain itu, orang Jepang memandang tangan kiri sebagai tangan yang tidak sopan karena sering digunakan untuk hal-hal yang dianggap kotor seperti membersihkan diri setelah buang air besar atau membersihkan telinga.

Oleh karena itu, pada umumnya orang Jepang lebih suka menggunakan tangan kanan untuk melakukan segala aktivitas sehari-hari seperti makan, minum, berjabat tangan, atau memberikan benda kepada orang lain. Bahkan, pada restoran atau toko makanan cepat saji, terdapat tanda dan poster yang menunjukkan bahwa pengunjung disarankan menggunakan tangan kanan ketika menggenggam makanan. Ini untuk menghindari orang yang tidak sadar menggunakan tangan kiri dan dianggap kurang sopan.

Penyebab Hidari Artinya Tangan Kiri dalam Budaya Jepang


Tangan Kiri dalam Budaya Jepang

Pada zaman dulu, tangan kiri awalnya dipercaya sebagai simbol kejahatan dan kemurkaan. Konon, mitos mengatakan bahwa setelah seseorang melakukan kesalahan, kasat mata akan tetapi tidak sadar, jari tangan kiri akan merosot di depan orang banyak menjadi simbol kejahatan.

Selain itu, tangan kiri juga dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari seperti toilet. Karena melacak kotoran melalui pipa, orang merasa juga kurang suci dalam kehidupan sehari-hari. Di beberapa tempat, kakusannya adalah lebih dari simbol kebersihan tetapi itulah maknanya. Menurut keyakinan orang Jepang, banyak hal dalam kehidupan sehari-hari yang menandakan bahwa tangan kiri dianggap tidak baik.

Budaya yang Masih Diikuti Sampai Hari Ini


Penampilan Orang Jepang

Hingga saat ini, budaya menjaga tangan kanan dan tangan kiri masih sangat erat diterapkan di Jepang. Terutama di negara-negara timur, etiket sangat penting dan tangan kiri sering dianggap sebagai pelanggaran terhadap etiket.

Orang Jepang sangat menjaga tangan kiri mereka dan tidak menggunakan tangan kiri mereka saat memberikan barang atau makanan kepada orang lain, bahkan pada anak-anak juga disekolahkan untuk tidak menggunakan tangan kiri mereka. Pada umunya, jika ingin menjadi tamu yang sopan, lebih baik gunakan tangan yang kanan dan hindari menggunakan tangan kiri.

Dalam konteks sosial dan budaya yang sangat menjunjung tinggi etika, menjaga tangan kanan dan tangan kiri dapat menjadi keterampilan yang sangat penting, terutama bila perlu berurusan dengan orang Jepang.

Kesimpulan


Jepang Bersatu

Tangan kiri dalam budaya Jepang memiliki makna yang sangat berbeda dari negara-negara lain. Karena dianggap sebagai tangan setan atau “teman sebelah”, tangan kiri dihindari dan dianggap sebagai simbol kemurkaan dan kejahatan. Begitu kuatnya kepribadian orang Jepang sehingga masih memegang teguh etiket dan budaya menghindari tangan kiri sampai saat ini. Biar walaupun dalam budaya lain tidak bermasalah menggunakan tangan kiri, akan tetapi setidaknya kita harus menghargai adat dan kebiasaan setiap negara dan budayanya.

Mitos dan Tabu yang Terkait dengan Hidari di Jepang


Hidari di Jepang

Hidari, atau yang berarti kiri dalam bahasa Jepang, bukanlah sekadar arah mata angin atau posisi di sisi tubuh manusia. Di Jepang, hidari memiliki makna simbolik dan mengandung mitos serta tabu yang berkembang sejak lama. Berikut ini beberapa mitos dan tabu yang terkait dengan hidari di Jepang:

Hidari sebagai Arah yang Kurang Baik


Hidari sebagai Arah yang Kurang Baik

Di Jepang, hidari sering dikaitkan dengan kemalangan dan keburukan. Sejarah mencatat bahwa samurai yang mengibarkan pedangnya dari sisi kiri dianggap tidak sopan dan tidak beretika. Tradisi ini masih berlanjut hingga sekarang, meski tidak seketat dahulu. Selain itu, orang Jepang juga percaya bahwa saat seseorang bersin, angin akan membawa virus dan bakteri ke arah hidari, sehingga disarankan untuk menutupi mulut dengan tangan kanan. Bahkan di meja makan, ketika seseorang menuangkan minuman untuk orang lain, harus dilakukan dari sisi kanan orang tersebut. Hal ini karena hidari dianggap kurang baik dan dihindari dalam kehidupan sehari-hari.

Hidari dan Hubungannya dengan Kematian


Hidari dan Hubungannya dengan Kematian

Di Jepang, hidari dianggap juga terkait dengan dunia kematian dan membuat orang lebih mudah sakit. Orang yang berada di sebelah kiri dalam foto keluarga dapat dianggap sebagai tanda buruk dan bahkan bisa membuat orang yang ada di foto tersebut meninggal lebih cepat. Selain itu, ketika seseorang meninggal, tubuhnya disimpan dengan posisi tangan di atas dada, tetapi tangan kiri harus selalu di bawah tangan kanan agar tidak dianggap tidak sopan dan tidak mengganggu arwah yang meninggal.

Tabu dalam Bahasa Jepang


Tabu dalam Bahasa Jepang

Tabu di Jepang juga terkait dengan hidari. Beberapa kata yang mengandung arti hidari dianggap tabu dan tidak boleh diucapkan di depan orang yang lebih tua atau di tempat yang dianggap sakral, seperti kuil atau tempat ziarah. Misalnya, kata hidari (kiri) bisa diganti dengan kata migi (kanan) dalam kalimat-kalimat tertentu. Selain itu, kata hotoke (Buddha) dalam bahasa Jepang juga dianggap tabu karena mengandung huruf hidari. Oleh karena itu, kata buddha diucapkan sebagai hoke atau butsu di tempat-tempat yang dianggap sakral.

Penjagaan Koperasi Jepang Menghindari Hidari


Koperasi Jepang Menghindari Hidari

Penjagaan koperasi Jepang juga menghindari hidari. Saat mengantri di koperasi, kaunter bagian di depan petugas dan pelanggan tidak boleh diseberangi dari arah hidari. Petugas jika akan berdiri di atas deska kasir yang dibuat berbentuk kotak, selalu akan melangkah ke arah kanan dengan kakinya terlebih dahulu, dan setelah selesai melayani pelanggan baru dia akan melangkah mundur dengan kakinya terlebih dahulu. Hal ini dilakukan sebagai penjagaan terhadap hidari karena dianggap membawa kesialan.

Dalam kebudayaan Jepang, hidari memiliki makna yang mendalam dan penting. Tingginya penghormatan terhadap arah hidup ini membuktikan bahwa masyarakat Jepang sangat memperhatikan setiap hal terkecil yang terkait dengan hidup mereka. Walaupun mungkin tampak aneh bagi kita, tetapi bagi orang Jepang, memperhatikan makna hidari merupakan bagian penting dalam menjaga tradisi dan budaya mereka yang kaya.

Peran Hidari dalam Seni Beladiri Jepang


Peran Hidari dalam Seni Beladiri Jepang

Hidari adalah istilah dalam seni beladiri Jepang yang sangat penting. Artinya adalah “kiri” dalam Bahasa Jepang. Istilah ini bisa dilihat pada banyak teknik dan gerakan dalam seni beladiri Jepang yang biasanya diawali dengan langkah kaki kiri. Peran hidari dalam seni beladiri Jepang sangat penting karena merupakan dasar bagi teknik-teknik serangan dan pertahanan.

Dalam seni beladiri Jepang, hidari dipandang sebagai simbol dari kebenaran, kejujuran, dan keadilan. Hal ini terlihat dari banyaknya teknik yang mengandalkan hidari untuk melindungi diri dari serangan musuh. Dalam kendo, contohnya, langkah Hidari-Men adalah teknik yang sangat penting yang dipakai untuk menyerang kepala musuh menggunakan pedang bokken. Sementara itu, dalam aikido, penggunaan langkah Hidari-Irimi adalah penting dalam menghindari serangan musuh dan memanfaatkan energi mereka untuk melancarkan serangan balik.

Selain sebagai dasar teknik serangan dan pertahanan, hidari juga memiliki peran penting dalam memperbaiki postur dan keseimbangan tubuh. Hidari adalah kaki kiri, dan sebagai kaki kiri, ia menopang tubuh dari sisi yang berbeda dengan sisi lainnya. Hal ini memberi pengaruh pada posisi tubuh kita sehingga sangat penting untuk menjaga keseimbangan dengan baik.

Selain itu, hidari juga melambangkan kecepatan dan ketangkasan. Langkah hidari yang cepat dan ringan sering menjadi kunci untuk memenangkan pertarungan dalam seni beladiri. Keterampilan yang berkaitan dengan hidari seperti gerakan menyerang ke kiri dan meloncat ke samping kiri berguna untuk menghindari serangan dan kejutan dari musuh. Keahlian ini juga membantu kita bergerak dengan lebih cepat dan efisien dalam waktu yang singkat.

Terakhir, hidari juga sering kali dianggap sebagai simbol dari kehidupan dan kematian. Dalam budaya Jepang, hidari juga digunakan dalam upacara peringatan dan ritual. Ada beberapa teknik yang melibatkan gerakan hidari yang mengandung elemen spiritual dan filosofis yang mendalam. Sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur atau orang yang telah meninggal dunia, teknik-teknik yang menggunakan posisi hidari kadang-kadang digunakan untuk memperlambat gerakan dan meningkatkan kesadaran diri.

Itulah beberapa peran hidari dalam seni beladiri Jepang. Dengan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang arti dan pentingnya hidari, para praktisi seni bela diri Jepang dapat memperbaiki teknik dan efektivitas mereka dalam pertarungan. Selain itu, pemahaman yang lebih baik tentang filosofi dan spiritualitas hidari juga dapat membantu meningkatkan kesadaran diri dan kualitas hidup secara keseluruhan. Oleh karena itu, peran hidari sebagai salah satu aspek penting dalam seni beladiri Jepang tidak bisa diabaikan.

Hidari dalam Kehidupan Sehari-hari di Jepang


Hidari artinya in Indonesia

Hidari bukanlah sekadar kata dalam bahasa Jepang yang memiliki arti kiri. Lebih dari itu, hidari menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari di Jepang. Seperti apa kira-kira pengaruh dan peran hidari dalam kehidupan masyarakat Jepang?

Konsep Hidari dalam Budaya Jepang


Konsep Hidari dalam Budaya Jepang

Hidari menjadi bagian integral dalam budaya Jepang, mulai dari pakaian tradisional hingga seni bela diri. Dalam tata cara berbusana misalnya, dipercayai bahwa sisi kiri badan dihuni oleh roh negatif sehingga ketika mengenakan pakaian tradisional Jepang, posisi sisi kiri selalu berada di bawah, sebaliknya sisi kanan di atas. Hal ini bertujuan untuk menolak keberadaan roh negatif tersebut. Pada seni bela diri, contohnya adalah gerakan kakie pada karate yang dilakukan dengan tangan kiri sebagai tumpuan dan melambangkan kekuatan dan keberanian dalam menghadapi lawan.

Hidari dan Etiket Tabel Makan


Etiket Tabel Makan

Etiket tabel makan di Jepang sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu etiket penting yang harus dipahami adalah mengenai penggunaan sumpit atau hashi. Di Jepang, pengguna sumpit bukan hanya perkara teknik, namun dianggap sebagai bagian dari hidup sehari-hari. Salah satu konsep penting dalam penggunaan sumpit adalah penggunaan hidari (tangan kiri) sebagai tumpuan saat memotong makanan, sementara tangan kanan digunakan untuk membantu memecah atau memotong makanan dengan sumpit.

Hidari dan Transportasi Publik


Transportasi Publik

Bagi sebagian orang yang terbiasa menggunakan mobil mungkin tidak terlalu memperhatikan penggunaan sisi kiri atau kanan. Namun, bagi masyarakat Jepang, mengikuti aturan hidari dan migi sangatlah penting, terutama dalam transportasi publik. Di Jepang, jalur pipa telepon, panel listrik, dan lain-lain selalu diletakkan di bagian kiri trotoar, sedangkan sisi kanan dipakai untuk pejalan kaki. Begitu pula dengan arah berjalan di tangga eskalator, sisi kiri adalah jalur khusus orang yang terburu-buru dan ingin naik atau turun cepat, sedangkan kanan adalah jalur bagi orang-orang yang ingin berjalan biasa.

Hidari dan Kebudayaan Populer


Kebudayaan Populer

Tidak hanya masuk dalam aspek kehidupan sehari-hari, konsep hidari juga dapat ditemukan dalam seni dan budaya populer Jepang seperti anime dan manga. Karakter animasi Jepang menjadi ciri khas dengan gaya rambut di sebelah kanan yang menutupi sebagian wajah, namun bagian di sebelah kiri dianggap tidak terlalu penting sehingga dicukur pendek. Hal ini bertujuan agar fokus pada ekspresi wajah dan emosi karakter. Hidari juga menjadi bagian penting dalam dunia cosplay, hobi menirukan karakter animasi dengan mengenakan kostum yang sesuai. Beberapa karakter cosplay harus menggunakan tangan kiri sebagai tumpuan saat memegang senjata atau aksesoris, sebab hal itu merupakan ciri khas dari karakter aslinya.

Iklan