Sejarah Bahasa Jepang Tujuh


Sejarah Bahasa Jepang Tujuh

Bahasa Jepang Tujuh (七つの日本語 Nana Katsu no Nihongo) adalah bahasa yang diakui oleh pemerintah Jepang selain Bahasa Jepang Standar (Hōgen). Bahasa ini berkembang di berbagai wilayah Jepang dan memengaruhi bentuk dan ejaan kata-kata dalam bahasa Jepang Standar saat ini. Berikut adalah sejarah singkat mengenai bahasa Jepang Tujuh:

1. Dialek Yotsuya

Dialek Yotsuya (四谷方言 Yotsuya Hōgen) berasal dari daerah Yotsuya di Tokyo. Dialek ini menjadi populer setelah drama televisi “Shin Hakkenden” yang disiarkan pada tahun 1993. Karakter dalam drama tersebut berbicara dengan aksen Yotsuya yang khas sehingga membuat dialek ini semakin terkenal. Dialek Yotsuya memiliki ciri khas dalam pelafalannya, di mana bunyi “shi” (し) diucapkan menjadi “su” (す). Selain itu, penutur dialek Yotsuya juga sering menggunakan kata-kata yang terdengar kasar bagi penutur bahasa Jepang Standar.

2. Dialek Osaka

Dialek Osaka (大阪弁 Ōsaka-ben) berasal dari Prefektur Osaka dan daerah sekitarnya. Dialek ini memiliki ciri khas dalam pelafalannya, di mana bunyi “o” (お) diucapkan menjadi “e” (え). Misalnya, “moshi” (もし) dalam bahasa Jepang Standar diucapkan menjadi “mese” (めせ) dalam dialek Osaka. Selain itu, penutur dialek Osaka juga sering menggunakan bahasa kasual dan menggunakan kata-kata seperti “jan” (じゃん) sebagai ganti dari “desu ka” (ですか) dalam bahasa Jepang Standar.

3. Dialek Nagoya

Dialek Nagoya (名古屋弁 Nagoya-ben) berasal dari Prefektur Aichi dan daerah sekitarnya. Dialek ini memiliki pengaruh dari dialek Kyoto dan dialek Osaka. Ciri khas dari dialek Nagoya adalah penggunaan kata-kata yang terdengar unik, seperti “piaro” (ピアロ) sebagai ganti dari “konbanwa” (こんばんは) dalam bahasa Jepang Standar. Selain itu, penutur dialek Nagoya juga sering menggunakan kata-kata dalam bentuk singkat seperti “deka” (でか) sebagai ganti dari “dekai” (でかい) dalam bahasa Jepang Standar.

4. Dialek Fukuoka

Dialek Fukuoka (福岡弁 Fukuoka-ben) berasal dari Prefektur Fukuoka dan daerah sekitarnya. Dialek ini memiliki pengaruh dari bahasa Korea dan China, karena letak geografis wilayah Fukuoka yang berdekatan dengan kedua negara tersebut. Ciri khas dari dialek Fukuoka adalah penggunaan kata-kata yang terdengar bertele-tele, seperti “yokkoyasui” (よっこらしょい) sebagai ganti dari “ganbarimashou” (がんばりましょう) dalam bahasa Jepang Standar. Penutur dialek Fukuoka juga sering menggunakan bahasa kasual dan lebih terbuka dalam berbicara.

5. Dialek Sendai

Dialek Sendai (仙台弁 Sendai-ben) berasal dari Prefektur Miyagi dan daerah sekitarnya. Dialek ini memiliki ciri khas dalam pelafalannya, di mana bunyi “i” (い) diucapkan menjadi “e” (え). Misalnya, “kawaii” (かわいい) dalam bahasa Jepang Standar diucapkan menjadi “kawee” (かええ) dalam dialek Sendai. Selain itu, penutur dialek Sendai juga sering menggunakan bahasa kasual dan kurang menggunakan bahasa sopan dalam berbicara.

6. Dialek Kumamoto

Dialek Kumamoto (熊本弁 Kumamoto-ben) berasal dari Prefektur Kumamoto dan daerah sekitarnya. Dialek ini memiliki ciri khas dalam penggunaan kata-kata yang terdengar santai dan ramah. Misalnya, “hajimemashite” (はじめまして) dalam bahasa Jepang Standar diucapkan menjadi “nandemo” (なんでも) dalam dialek Kumamoto. Selain itu, penutur dialek Kumamoto juga sering menggunakan kata-kata dalam bentuk singkat seperti “ne” (ね) dan “ya” (や).

7. Dialek Hokkaido

Dialek Hokkaido (北海道弁 Hokkaidō-ben) berasal dari Prefektur Hokkaido dan daerah sekitarnya. Dialek ini memiliki ciri khas dalam pelafalannya, di mana bunyi “ru” (る) diucapkan seperti bunyi “u” (う). Misalnya, “arigatou” (ありがとう) dalam bahasa Jepang Standar diucapkan menjadi “ari’gatou” (ありがとう) dalam dialek Hokkaido. Selain itu, penutur dialek Hokkaido juga sering menggunakan bahasa kasual dan lebih terbuka dalam berbicara.

Itulah sejarah singkat mengenai Bahasa Jepang Tujuh. Meskipun memiliki ciri khas masing-masing, bahasa-bahasa ini semakin langka karena semakin sedikit generasi muda yang menggunakan bahasa ini sehari-hari. Namun, keberadaan Bahasa Jepang Tujuh tetap memiliki nilai sejarah dan keunikan yang perlu diapresiasi.

Jenis-Jenis Bahasa Jepang Tujuh


Jenis-Jenis Bahasa Jepang Tujuh

Bahasa Jepang adalah salah satu bahasa asing yang paling diminati oleh orang Indonesia. Bagi Anda yang masih pemula, Anda harus tahu bahwa bahasa Jepang punya tujuh jenis bahasa yang harus dipahami secara detail. Bahasa Jepang bisa terdengar serupa, tetapi ada perbedaan di antara jenis-jenis bahasa ini.

Berikut adalah jenis-jenis bahasa Jepang tujuh yang harus Anda ketahui:

1. Bahasa Standar

Bahasa Standar

Bahasa Standar adalah bahasa Jepang yang digunakan di kalangan masyarakat umum. Jenis bahasa ini digunakan dalam komunikasi sehari-hari, seperti di lingkungan kerja dan di pasar. Dalam bahasa ini, Anda biasanya akan menggunakan kosakata dan tata bahasa yang sederhana dan mudah dipahami. Lebih baik Anda mempelajari bahasa ini terlebih dahulu agar dapat berkomunikasi secara efektif.

2. Bahasa Kasual atau Bahasa Santai

Bahasa Kasual

Bahasa ini biasanya digunakan oleh generasi muda atau teman sebaya dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa ini lebih santai dalam tata bahasa dan kosakata yang digunakan. Jika Anda menggunakan Bahasa Santai dalam kehidupan sehari-hari, Anda akan menjadi lebih akrab dengan teman-teman dan orang-orang sekitar Anda.

Bahasa Kasual biasanya disetarakan dengan istilah “slang” dalam bahasa Inggris. Ada banyak variasi Bahasa Kasual, seperti “Okaeri” (selamat datang di rumah) dan “Itadakimasu” (terima kasih untuk makanan). Perlu diingat bahwa bahasa ini hanya untuk digunakan di lingkungan yang tepat dan tidak pantas digunakan dalam suasana resmi.

3. Bahasa Kesopan-santunan

Bahasa Kesopan-santunan

Bahasa Kesopan-santunan adalah jenis bahasa Jepang yang digunakan dalam lingkup formal, seperti rapat atau pidato. Jenis Bahasa ini digunakan oleh orang yang lebih tua, pemberi acara, atau pejabat pemerintah yang ingin memberi kesan sopan dan hormat kepada lawan bicara.

Bahasa Kesopan-santunan juga mencakup tata bahasa Jepang yang lebih halus dan berisi frasa penghormatan seperti “Arigato Gozaimasu” untuk bertutur terima kasih. Biasanya, penggunaan bahasa ini akan menunjukkan rasa hormat dan penghargaan kepada pendengar.

4. Bahasa Dalam

Bahasa Dalam

Bahasa Dalam adalah bahasa Jepang yang digunakan dalam keluarga atau antara suami-istri. Jenis bahasa ini digunakan untuk menunjukkan kasih sayang dan perhatian yang lebih dalam dalam suasana santai. Bahasa ini lebih longgar dalam tata bahasa dan lebih banyak mengekspresikan perasaan dari daripada bahasa formal.

Misalnya, “Anata” yang berarti “Anda” dalam Bahasa Standar, dapat diubah menjadi “Kimi” (artinya sama tapi digunakan dalam bahasa informal) atau “Omae” (yang lebih menunjukan keakraban) dalam Bahasa Dalam.

5. Bahasa Kana

Bahasa Kana

Bahasa Kana adalah bentuk tertulis dari Bahasa Jepang, terdiri dari dua aksara Hiragana dan Katakana. Ini adalah bentuk bahasa Jepang yang lebih mudah dipelajari dan dipahami daripada bahasa Kanji.

Bahasa Kana digunakan untuk menulis kata-kata Jepang yang tidak diwakili oleh bahasa Kanji atau untuk menunjukkan pelafalan kata yang lebih rumit.

6. Bahasa Kanji

Bahasa Kanji

Bahasa Kanji adalah bahasa tulisan jepang yang lebih kompleks dari Bahasa Kana. Bahasa Kanji menggunakan aksara China untuk mengungkapkan gambaran konseptual melalui tulisan. Jika Bahasa Kana cocok digunakan untuk penulisan kata-kata sederhana, maka Bahasa Kanji berguna untuk menulis kata-kata yang lebih kompleks dan membingungkan.

Bahasa Kanji memiliki hampir 2000 aksara yang harus dipelajari agar dapat membaca dan menulis bahasa Jepang secara komprehensif. Hal ini memakan waktu dan usaha yang besar, tetapi jika Anda serius ingin memahami bahasa Jepang, Bahasa Kanji adalah mustahil untuk dilewatkan.

7. Bahasa Kansai

Bahasa Kansai

Bahasa Kansai adalah bahasa regional yang digunakan di Wilayah Kansai, Jepang, yang meliputi kota-kota seperti Osaka, Kyoto, dan Nara. Bahasa ini memiliki ciri khas pengucapan yang berbeda dan kosakata yang sedikit berbeda dari Bahasa Standar.

Bahasa Kansai sering digunakan dalam acara-acara televisi dan digunakan dalam olahraga seperti bisbol dan sepakbola.

Jadi, demikianlah 7 jenis bahasa Jepang yang harus Anda ketahui. Semoga artikel ini bisa membantu Anda memahami perbedaan di antara jenis-jenis Bahasa Jepang ini dan lebih memudahkan Anda untuk belajar Bahasa Jepang.

Perbedaan Bahasa Jepang Tujuh dengan Bahasa Jepang Lainnya


Perbedaan Bahasa Jepang Tujuh dengan Bahasa Jepang Lainnya

Bahasa Jepang Tujuh, atau Nihongo Nana Kai, merupakan dialek bahasa Jepang yang dituturkan oleh sekitar 6 juta orang di wilayah pesisir Laut Jepang. Meski ada kesamaan dengan bahasa Jepang standar, namun Bahasa Jepang Tujuh memiliki perbedaan yang cukup signifikan dalam pelafalannya, kosakata, dan gramatikanya.

Berikut adalah beberapa perbedaan Bahasa Jepang Tujuh dengan Bahasa Jepang lainnya:

1. Pelafalan

Salah satu ciri khas Bahasa Jepang Tujuh adalah pelafalannya yang berbeda dari Bahasa Jepang standar. Misalnya, bunyi “su” [ス] pada bahasa Jepang standar di Bahasa Jepang Tujuh diucapkan sebagai “shi” [シ]. Demikian juga, bunyi “shi” [シ] pada bahasa Jepang standar di Bahasa Jepang Tujuh diucapkan sebagai “chi” [チ]. Kesalahan pelafalan ini sering terjadi pada orang-orang yang tidak terbiasa dengan Bahasa Jepang Tujuh sehingga membuat mereka kesulitan untuk dipahami oleh penutur asli Bahasa Jepang Tujuh.

2. Kosakata

Bahasa Jepang Tujuh memiliki kosakata yang berbeda dengan Bahasa Jepang standar. Misalnya, dalam Bahasa Jepang Tujuh, kata “hitotsu” yang berarti “satu” diucapkan sebagai “hitori” [ヒトリ]. Sementara itu, kata “tonkatsu” yang merupakan makanan tebal yang digoreng dalam Bahasa Jepang Tujuh disebut “kurobota tonkatsu” [クロボタトンカツ] karena daging babi yang digunakan berasal dari varietas babi hitam. Kesemuanya, Bahasa Jepang Tujuh memiliki kosakata yang unik dan sering kali tidak ditemukan pada Bahasa Jepang standar.

3. Tenses

Bahasa Jepang Tujuh juga memiliki aturan tenses yang berbeda dengan Bahasa Jepang standar. Hal ini berlaku untuk tiga jenis kata kerja yaitu kata kerja dasar, kata kerja bantu, dan kata kerja khusus. Misalnya, pada Bahasa Jepang standar, untuk membentuk bentuk lampau, kita harus menambahkan kata “ta” [た] di akhir kata kerja. Sementara di Bahasa Jepang Tujuh, kata kerja “iku” yang berarti “pergi” dalam bentuk lampau diubah menjadi “itta” [いった]. Begitu juga dengan kata kerja bantu, kata “aru” dalam Bahasa Jepang standar menjadi “wau” [わう] dalam Bahasa Jepang Tujuh untuk membentuk bentuk masa lalu. Perbedaan ini bisa menyesatkan dan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menguasainya.

Itulah beberapa perbedaan Bahasa Jepang Tujuh dengan Bahasa Jepang lainnya. Meski memiliki perbedaan yang kentara, namun Bahasa Jepang Tujuh tetap menjadi bahasa penting bagi masyarakat pesisir Laut Jepang. Bagi pecinta bahasa asing, menguasai Bahasa Jepang Tujuh bisa menambah pengetahuan dan pemahaman tentang budaya Jepang yang kaya dan unik.

Bentuk Tulisan Bahasa Jepang Tujuh


Bentuk Tulisan Bahasa Jepang Tujuh

Bahasa Jepang memiliki tujuh bentuk tulisan yang terdiri dari tiga aksara Hiragana, Katakana, dan Kanji, serta empat bentuk tulisan lainnya, yaitu Rōmaji, Furigana, Yōon/Hatsuon, dan Okurigana. Setiap bentuk tulisan mempunyai fungsi dan aturan yang berbeda, dan digunakan sesuai dengan kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari. Berikut penjelasan mengenai masing-masing bentuk tulisan Bahasa Jepang Tujuh.

Hiragana


Hiragana

Hiragana adalah bentuk tulisan Bahasa Jepang yang paling dasar dan sering digunakan dalam tulisan. Hiragana adalah aksara Jepang asli yang terdiri dari 46 karakter, yang mewakili bunyi bahasa. Hiragana digunakan untuk menulis kata-kata asli Bahasa Jepang, seperti kata benda, kata kerja, dan kata sifat, serta kata-kata seru.

Katakana


Katakana

Katakana adalah bentuk tulisan Bahasa Jepang yang digunakan untuk menulis kata-kata yang berasal dari bahasa asing, seperti nama orang, nama negara, kata-kata teknis, dan kata-kata dalam bahasa asing lainnya. Katakana terdiri dari 46 karakter yang sama dengan Hiragana, namun ditulis dengan bentuk yang berbeda.

Kanji


Kanji

Kanji adalah tulisan yang berasal dari China, dan sekarang digunakan dalam Bahasa Jepang. Kanji digunakan untuk menulis kata-kata dalam Bahasa Jepang yang mempunyai arti yang rumit dan tidak bisa ditulis dengan Hiragana atau Katakana. Kanji terdiri dari ribuan karakter, namun hanya beberapa ratus karakter yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Rōmaji


Rōmaji

Rōmaji adalah bentuk tulisan Bahasa Jepang yang ditulis dengan alfabet Latin, seperti A, B, C, D, dan seterusnya. Rōmaji digunakan untuk menampilkan tulisan Bahasa Jepang bagi mereka yang tidak mengenal aksara Hiragana, Katakana, atau Kanji. Rōmaji sering digunakan dalam media massa, seperti koran, majalah, dan melalui internet.

Furigana


Furigana

Furigana adalah bentuk tulisan Bahasa Jepang yang digunakan untuk membantu pengucapan kata-kata yang ditulis menggunakan Kanji. Furigana biasanya ditulis di atas atau di bawah Kanji, dan menunjukkan pembacaan atau pengucapan yang benar dari Kanji tersebut. Furigana sering digunakan dalam buku-buku anak-anak dan buku pelajaran Bahasa Jepang.

Yōon/Hatsuon


Yōon/Hatsuon

Yōon/Hatsuon adalah bentuk tulisan Bahasa Jepang yang digunakan untuk menambahkan bunyi tambahan pada huruf konsonan Hiragana atau Katakana. Yōon/Hatsuon terdiri dari beberapa karakter Hiragana atau Katakana, dan biasanya ditulis dengan ukuran yang lebih kecil dari karakter utama. Yōon/Hatsuon digunakan untuk menulis beberapa kata dalam Bahasa Jepang, seperti “kyō” (hari ini) dan “gyūniku” (daging sapi).

Okurigana


Okurigana

Okurigana adalah bentuk tulisan Bahasa Jepang yang digunakan untuk menulis kata-kata yang menggunakan Kanji, namun perlu menambahkan bentuk kata yang lain, seperti kata kerja atau kata sifat. Okurigana biasanya ditulis dengan aksara Hiragana, dan diletakkan di sebelah kanan atau kiri Kanji. Okurigana sering digunakan dalam tulisan resmi atau serius, seperti laporan atau paper dalam Bahasa Jepang.

Dengan memahami dan menguasai bentuk tulisan Bahasa Jepang Tujuh, kita dapat memperluas kemampuan dalam membaca, menulis, dan mengucapkan kata-kata dalam Bahasa Jepang dengan baik. Selamat belajar!

Penggunaan Bahasa Jepang Tujuh dalam Kehidupan Sehari-Hari


Bahasa Jepang Tujuh

Bahasa Jepang Tujuh atau JSL (Japanese Sign Language) adalah bahasa isyarat yang digunakan di Jepang. Di Indonesia, Bahasa Jepang Tujuh juga dikenal dan digunakan oleh komunitas tuna-rungu dan tuna-wicara dalam kehidupan sehari-hari.

Komunikasi dengan Anggota Keluarga

Anggota Keluarga

Bagi keluarga yang memiliki anggota tuna-rungu atau tuna-wicara, Bahasa Jepang Tujuh menjadi media komunikasi yang penting. Dalam kehidupan sehari-hari, penggunaan Bahasa Jepang Tujuh dapat membantu mereka untuk berkomunikasi dengan anggota keluarga yang mengalami kesulitan dalam berbicara dan mendengar.

Di Tempat Pendidikan

Tempat Pendidikan

Bahasa Jepang Tujuh juga digunakan pada beberapa sekolah yang memiliki siswa tuna-rungu atau tuna-wicara. Guru dan murid akan belajar Bahasa Jepang Tujuh sebagai bahasa komunikasi agar dapat berkomunikasi dengan rekan sekelas yang memiliki kebutuhan khusus. Hal ini menjadi penting terutama dalam memberikan kesempatan yang sama bagi siswa dengan kebutuhan khusus untuk mendapatkan pendidikan yang sama seperti siswa pada umumnya.

Dalam Kegiatan Olahraga

Olahraga

Untuk mendorong inklusi, beberapa klub olahraga di Indonesia mengajarkan Bahasa Jepang Tujuh kepada para anggota mereka agar dapat berkomunikasi dengan para atlet tuna-rungu atau tuna-wicara yang bergabung di dalam tim. Hal ini dapat menghilangkan hambatan komunikasi dalam tim dan memberikan kesempatan bagi semua anggota tim untuk berpartisipasi serta memberikan kontribusi mereka.

Dalam Kegiatan Kepemudaan

Kegiatan Kepemudaan

Bahasa Jepang Tujuh juga digunakan dalam beberapa kegiatan organisasi kepemudaan di Indonesia. Seperti Misato Youth Club (MYC) yang merupakan klub kepemudaan yang berfokus pada budaya dan kegiatan Jepang di Indonesia. MYC mengajarkan Bahasa Jepang Tujuh agar para anggota mereka dapat berkomunikasi dengan orang-orang tuna-rungu atau tuna-wicara.

Di Situs Belanja Online

Online Shop

Beberapa situs belanja online di Indonesia juga telah mengakomodasi penggunaan Bahasa Jepang Tujuh. Hal ini memungkinkan pengguna tuna-rungu atau tuna-wicara untuk berbelanja secara online dengan mudah. Mereka dapat berkomunikasi dengan penjual menggunakan Bahasa Jepang Tujuh agar dapat membeli barang yang mereka butuhkan secara online.

Iklan