Keluarga dalam Budaya Jepang


Keluarga dalam Budaya Jepang

Keluarga adalah salah satu aspect penting dalam budaya Jepang. Bagi masyarakat Jepang, keluarga dianggap sebagai fondasi dan prioritas utama dalam hidup sehari-hari. Oleh karena itu, tidak heran jika hubungan antar anggota keluarga sangat erat, meskipun pada kenyataannya tiap individu memiliki tugas dan tanggung jawab yang berbeda-beda.

Secara tradisional, keluarga Jepang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak. Mereka menghargai prinsip solidaritas dan kerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Jika ada anggota keluarga yang jatuh sakit atau mengalami kesulitan, keluarga akan membantu dan mendukung satu sama lain. Seiring berjalannya waktu, keluarga anggota menjadi semakin kompleks dan tidak hanya terbatas pada blok inti suami-istri dan anak-anak, tapi mencakup keluarga besar dan pemeliharaan hubungan antar generasi.

Dalam keluarga Jepang, biasanya pria bertanggung jawab sebagai pencari nafkah dan menyediakan kebutuhan hidup keluarga. Sedangkan perempuan bertugas untuk mengurus rumah tangga dan mengasuh anak. Namun, pada saat ini peran dan tugas di dalam keluarga telah mulai bergeser sesuai perkembangan zaman dan memungkinkan bagi perempuan untuk bekerja di luar rumah.

Satuan keluarga memiliki kebiasaan untuk berkumpul secara teratur. Misalnya, makan bersama adalah tradisi penting yang dimiliki keluarga Jepang. Acara makan ini disebut sebagai oshogatsu dan diadakan pada perayaan tahun baru di Jepang. Selain itu, ada juga acara yang diadakan pada waktu musim semi hanami (pemandangan bunga sakura) atau tsukimi (pemandangan bulan purnama).

Bahkan, masyarakat Jepang juga memiliki istilah ikigai yang berarti “alasan hidup” dan diyakini sebagai esensi dari hidup yang bahagia dan memuaskan. Bagi masyarakat Jepang, keluarga dan kekerabatan menjadi salah satu faktor terpenting dalam mencapai ikigai tersebut.

Dalam budaya Jepang, keluarga memiliki peran yang sangat penting sebagai fondasi kehidupan. Kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi keluarga dipelajari dan dilestarikan dari generasi ke generasi. Solidaritas dan kerja sama dalam keluarga menjadi kunci penting dan membuat kehidupan keluarga menjadi lebih berarti.

Nama dan Posisi Keluarga dalam Bahasa Jepang


Keluarga Jepang

Di Jepang, keluarga sangat dihormati dan memiliki struktur yang sangat kuat. Setiap anggota keluarga memiliki peran dan status yang berbeda dalam keluarga mereka. Seperti kebanyakan bahasa di dunia, Jepang memiliki kata-kata dan frasa yang berbeda untuk setiap anggota keluarga berdasarkan status keluarga mereka. Berikut adalah beberapa kata dan istilah yang digunakan untuk mengidentifikasi dan membedakan anggota keluarga dalam bahasa Jepang.

Orang Tua

Orang Tua Jepang

Dalam bahasa Jepang, kata untuk kata “orang tua” adalah “oya” atau “ryoushin.” Namun, untuk mengidentifikasi posisi sebagai ayah atau ibu, kata-kata yang berbeda digunakan. “Chichi” atau “otou-san” adalah kata untuk “ayah, “sedangkan” haha “atau” okaa-san “adalah kata untuk” ibu “. Posisi seorang ibu lebih sering terhormat daripada ayah. Jadi, ketika berbicara dengan orang lain tentang orang tua, kadang-kadang menggunakan “okaa-chan” untuk ibu dan “oyaji” untuk ayah yang lebih informal.

Kakek dan Nenek

Nenek Kakek Jepang

Dalam bahasa Jepang, kata untuk nenek adalah “obaasan” dan kata untuk kakek adalah “ojiisan.” Ada juga kata untuk nenek dan kakek dari pihak ibu dan ayah. “Sofu” atau “chichioya” adalah kata untuk kakek dari pihak ayah. “Sobo” atau “obaachan” adalah kata untuk nenek dari pihak ayah. Sementara “hahaoya” atau “narababa” adalah kata untuk nenek dari pihak ibu dan “ryoushin” adalah kata untuk kakek dari pihak ibu.

Saudara Kandung

Saudara Kandung Jepang

Dalam bahasa Jepang, kata untuk saudara kandung adalah “kyoudai”. Bagi seorang wanita, istilah “ane” atau “imouto” digunakan untuk menyebut kakak atau adik perempuan, sedangkan “ani” atau “otouto” menunjuk kepada kakak[ atau adik laki-laki. Hal yang menarik adalah bahwa dalam bahasa Jepang, urutan lahir sangat penting. Saudara kandung tertua diberi posisi yang dihormati dan dikenal sebagai “neechan” atau “oniisan”, sedangkan adik-alik termuda disebut “otouto” atau “imouto”.

Keluarga Menantu

Keluarga Menantu Jepang

Dalam bahasa Jepang, istilah yang digunakan untuk keluarga menantu ayalh “muko” dan “yome.” “Muko” digunakan untuk merujuk kepada menantu laki-laki, sedangkan “yome” digunakan untuk menantu perempuan. Ada juga istilah untuk saudara ipar, yang disebut “giri no kyoudai.”

Ketika berbicara dengan anggota keluarga atau orang lain tentang keluarga kamat, penting untuk menggunakan bahasa yang sesuai untuk mempertegas posisi dan status keluarga masing-masing. Karena keluarga terlihat sangat penting dalam budaya Jepang, penting untuk mempertahankan dan menghormati hierarki keluarga. Dengan pengetahuan tentang kata-kata dan frasa yang digunakan untuk mengidentifikasi dan membedakan anggota keluarga dalam bahasa Jepang, Anda dapat dengan mudah berkomunikasi dengan anggota keluarga Jepang dan menjalin hubungan yang lebih baik dengan mereka.

Menerapkan Tuan dan Nyonya dalam Bahasa Jepang


Menerapkan Tuan dan Nyonya dalam Bahasa Jepang

Bahasa Jepang memiliki banyak cara untuk menyebut anggota keluarga. Di antaranya adalah kata “tuan” dan “nyonya” yang bisa digunakan untuk menyapa suami dan istri. Selain itu, terdapat pula kata-kata lain yang bisa digunakan untuk memanggil anggota keluarga lain seperti anak, kakak, adik, nenek, dan kakek. Pada artikel kali ini, kami akan membahas cara menerapkan kata “tuan” dan “nyonya” dalam Bahasa Jepang.

1. Menggunakan kata “tuan” dan “nyonya” untuk suami-istri

Bila kita sedang berbicara dengan suami atau istri seseorang dalam Bahasa Jepang, kita bisa menyebutnya dengan kata “tuan” dan “nyonya”. Caranya adalah dengan menambahkan akhiran “san” pada nama pasangan tersebut.

Contohnya:

  • Suami: 田中さん (Tanaka san) -> 田中さんのご主人 (Tanaka san no goshujin) = Tuan Tanaka
  • Istri: 田中さん (Tanaka san) -> 田中さんの奥さん (Tanaka san no okusan) = Nyonya Tanaka

Perlu diingat bahwa penggunaan kata “tuan” dan “nyonya” ini tergantung pada situasi dan konteks pembicaraan. Jika kita sedang berbicara dengan pasangan muda, lebih baik menyebut mereka dengan sebutan yang lebih akrab dan santai.

2. Menggunakan kata “tuan” dan “nyonya” untuk orangtua

Bagi beberapa keluarga di Jepang, kata “tuan” dan “nyonya” digunakan untuk memanggil orangtua. Hal ini biasanya dilakukan oleh anak-anak yang masih kecil atau oleh anggota keluarga yang hormat pada orangtua. Caranya adalah dengan menambahkan akhiran “san” pada kata “oya” (orangtua), lalu memasangkan dengan kata “tuan” atau “nyonya”.

Contohnya:

  • Ayah: お父さん (otousan) -> お父さんのご主人 (otousan no goshujin) = Tuan Ayah
  • Ibu: お母さん (okaasan) -> お母さんの奥さん (okaasan no okusan) = Nyonya Ibu

Walaupun sekarang ini terdapat banyak cara yang lebih santai dan akrab untuk memanggil orangtua, namun penggunaan kata “tuan” dan “nyonya” masih banyak dijumpai di keluarga-keluarga tradisional di Jepang.

3. Menggunakan kata “tuan” dan “nyonya” untuk pasangan yang lebih tua


Tuan dan Nyonya

Banyak keluarga di Jepang yang masih mempertahankan tradisi memanggil orang lebih tua dengan sebutan “tuan” atau “nyonya”. Hal ini dilakukan untuk menunjukkan rasa hormat dan penghormatan pada orang yang lebih tua. Namun, seiring dengan kemajuan zaman, sebutan-sebutan tersebut mulai ditinggalkan dan digantikan dengan sebutan-sebutan yang lebih santai dan akrab.

Contohnya:

  • Toean Dedi dan Nyonya Rina
  • Toean Hendra dan Nyonya Dewi
  • Toean Adit dan Nyonya Fitri

Dalam penggunaan sehari-hari, sebutan “tuan” dan “nyonya” ini tampaknya mungkin tidak begitu penting lagi di Jepang. Namun, bagi beberapa keluarga, penggunaan kata ini masih menjadi bagian dari tradisi yang harus dijaga dan dihormati.

Istilah Keluarga Besar dalam Bahasa Jepang


keluarga jepang

Bahasa Jepang menempatkan nilai tinggi pada ikatan keluarga. Oleh karena itu, istilah keluarga dalam bahasa Jepang memiliki banyak frasa yang harus dipahami. Selain istilah keluarga inti seperti ibu, ayah, dan saudara kandung, bahasa Jepang juga memiliki istilah untuk anggota keluarga besar seperti kakek, nenek, dan bibi.

1. Oya (Orang Tua)

oya jepang

Istilah “oya” dalam bahasa Jepang dapat merujuk pada ayah atau ibu. Untuk membedakannya, orang Jepang menggunakan kata “chichi” untuk ayah dan ” haha” untuk ibu. Namun, dalam situasi formal atau cara bicara yang sopan, orang Jepang bisa menggunakan kata-kata seperti “otousan” untuk ayah dan “okaasan” untuk ibu.

2. Kyoudai (Saudara Kandung)

saudara kandung jepang

“Kyoudai” merujuk pada saudara kandung. Dalam bahasa Jepang, orang menggunakan kata “ani” untuk kakak laki-laki dan “ane” untuk kakak perempuan. Untuk adik laki-laki, orang Jepang menggunakan kata “otouto” sedangkan untuk adik perempuan, mereka menggunakan kata “imouto”.

3. Sofu (Kakek)

kakek jepang

Istilah untuk kakek dalam bahasa Jepang adalah “sofu”. Jika kita ingin menyebut kakek dari pihak ibu, kita menggunakan kata “sofu”, sedangkan jika kita ingin menyebut kakek dari pihak ayah, kita menggunakan kata “sofu”.

4. Sobo (Nenek)

nenek jepang

Seperti kakek, di dalam bahasa Jepang, nenek di sebut “sobo”. Namun, seperti istilah kakek, jika kita ingin menyebut nenek dari pihak ibu, kita menggunakan kata “sofu”, sedangkan jika kita ingin menyebut nenek dari pihak ayah, kita menggunakan kata “sofu”.

5. Ojii-san (Kakek Besar)

kakek besar jepang

Berbeda dengan kakek dan nenek, istilah “ojii-san” merujuk pada kakek atau nenek yang lebih tua lagi. Kakek atau nenek yang lebih tua ini biasanya masih hidup dalam tradisional Jepang, jadi istilah ini lebih jarang digunakan saat ini.

Itulah beberapa istilah keluarga besar dalam bahasa Jepang. Dengan memahami istilah-istilah ini, kita bisa lebih mudah berkomunikasi dengan orang Jepang dan juga lebih memahami nilai penting tentang keluarga dalam budaya mereka.

Istilah Adik, Kakak, dan Saudara Tiri dalam Bahasa Jepang


keluarga jepang

Anggota keluarga memiliki peranan penting dalam kehidupan sosial masyarakat Jepang. Setiap anggota keluarga memiliki istilah yang digunakan untuk menyebut kelompoknya. Istilah tersebut berbeda-beda tergantung pada urutan kelahiran orang tersebut. Berikut adalah istilah adik, kakak, dan saudara tiri dalam bahasa Jepang.

Adik


adik

Di Jepang, adik laki-laki disebut sebagai otouto, sementara adik perempuan disebut sebagai imouto. Biasanya, adik lebih muda dari kakak atau kakak tiri. Hubungan antara kakak dan adik di Jepang sangat erat, dan seringkali mereka saling membantu satu sama lain. Mereka juga mempunyai tanggung jawab terhadap saudara-saudaranya.

Kakak


kakak

Kakak laki-laki disebut sebagai ani, sedangkan kakak perempuan disebut sebagai ane. Sebagaimana adik, hubungan antara kakak dan adik sangat erat di Jepang. Kakak sering dianggap sebagai teladan bagi adiknya, dan mereka berusaha untuk selalu melindungi serta memberikan nasihat kepada adiknya. Selain itu, kakak juga memiliki tanggung jawab terhadap adiknya.

Saudara Tiri


saudara tiri

Saudara tiri adalah orang yang mempunyai orang tua yang berbeda, tetapi tinggal di satu keluarga. Di Jepang, saudara tiri laki-laki disebut sebagai kyoudai, sedangkan saudara tiri perempuan disebut sebagai shimei atau shimai. Hubungan antara saudara tiri biasanya kurang erat daripada hubungan antara kakak dan adik. Namun, baik saudara tiri laki-laki maupun saudara tiri perempuan tetaplah keluarga yang memiliki tanggung jawab terhadap satu sama lain.

Bagaimana Menggunakan Istilah Keluarga di Jepang?


budaya jepang

Di Jepang, masyarakat sangat menghargai nilai-nilai sopan santun. Oleh karena itu, saat menggunakkan istilah keluarga, masyarakat Jepang selalu mengacu pada panggilan yang tepat. Misalnya, ketika seseorang berbicara dengan kakaknya, ia harus menggunakan panggilan ani atau ane, dan bukan mengatakan “kakak”. Hal yang sama juga berlaku terhadap adik dan saudara tiri.

Selain itu, ketika berbicara dengan orang lain tentang keluarga, masyarakat Jepang menyebutkan panggilan dan urutan kelahiran anggota keluarga. Misalnya, seorang laki-laki yang memiliki kakak dan adik akan mengatakan: “Saya punya kakak dan adik. Ani saya paling tua, sedangkan otouto saya paling muda.” Hal ini dilakukan untuk memperlihatkan tingkat hormat dan rasa tanggung jawab terhadap anggota keluarga.

Dalam kesimpulan, istilah adik, kakak, dan saudara tiri mencerminkan betapa eratnya hubungan keluarga di Jepang. Masyarakat Jepang sangat memperhatikan nilai-nilai sopan santun, terutama dalam penggunaan panggilan dan urutan kelahiran ketika berbicara tentang keluarga. Kepedulian dan tanggung jawab terhadap anggota keluarga menjadi nilai yang sangat ditekankan di Jepang.

Iklan