Asal Mula Nama Matahari


Surya Nama Lain Matahari

Matahari adalah benda langit yang menjadi pusat tata surya kita. Matahari berperan penting dalam menjaga kehidupan di Bumi dan sangat dipuja oleh banyak budaya di dunia, termasuk Indonesia. Matahari juga memiliki banyak nama lain di Indonesia, yang berasal dari asal usul yang kaya dan beraneka ragam.

Asal mula nama matahari dalam bahasa Indonesia adalah berasal dari bahasa Sanskerta, yakni Surya. Surya berasal dari kata Su-yang berarti cahaya, dan -rya yang berarti pemimpin atau penguasa. Sebagai penguasa cahaya, matahari dijuluki Surya atau Ravi di India, dan banyak negara Asia lainnya yang dipengaruhi oleh budaya Hindu-Buddha. Di Indonesia, Surya juga memiliki variasi nama lain yang dipakai oleh berbagai suku dan daerah.

Di Jawa, matahari dijuluki sebagai Mataram, berasal dari nama Kerajaan Mataram kuno di Jawa Tengah. Julukan Mataram diduga berasal dari kata Maha Ataram yang berarti tempat suci yang terang. Di Bali, matahari disebut sebagai Surya, sama seperti di India, tetapi memiliki tambahan kata Candra yang berarti bulan, sehingga terbentuklah nama Surya Candra. Di Sulawesi, Matahari disebut sebagai Tamase’ atau We Nyi’na Kalaa, yang artinya ibu matahari atau embun matahari. Sedangkan di Papua, matahari dijuluki sebagai Kueke atau Wek, dipercaya sebagai makhluk yang mewakili surga bagi masyarakat adat setempat.

Tak hanya itu, nama lain yang diberikan pada matahari oleh masyarakat Indonesia juga dipengaruhi oleh upacara keagamaan dan budaya. Di Bali, misalnya, ada upacara Surya Majapahit yang diadakan setahun sekali untuk memuja Dewa Surya sebagai sumber kehidupan dan cahaya. Di Jawa juga terdapat tradisi pepusok, yaitu upacara meminta air matahari untuk meminta keselamatan dan keberkahan dalam menanam padi bagi masyarakat Jawa. Seiring dengan perkembangan zaman, penggunaan nama Matahari sudah merata dan menjadi nama umum di Indonesia.

Secara keseluruhan, asal mula nama Matahari di Indonesia sangat kaya dan beraneka ragam, menggambarkan keragaman budaya yang dimiliki oleh masyarakat di seluruh nusantara. Dari kepercayaan dan tradisi upacara, hingga julukan sehari-hari, setiap daerah memiliki cara sendiri dalam menyebut nama objek langit yang sangat penting bagi kehidupan di Bumi. Nama-nama ini bukan hanya sekedar kosakata, namun juga mengandung makna filosofis dan spiritual yang mendalam, yang masih dipegang erat oleh banyak masyarakat di Indonesia sampai saat ini.

Beragam Nama untuk Matahari di Berbagai Negara


Nama Matahari di Indonesia

Matahari adalah bintang yang paling terang dan paling dekat dengan Bumi, struktur dalam Tata Surya kita yang memberikan kehidupan bagi semua makhluk di planet ini. Setiap negara di dunia memiliki nama untuk matahari mereka sendiri tergantung pada bahasa dan kepercayaan mereka. Mari kita lihat beberapa nama-nama ini dan arti di balik nama-nama mereka:

Nama Matahari di Indonesia


Nama Matahari di Indonesia

Di Indonesia, nama untuk matahari adalah “Matahari”, selain itu, bahasa Indonesia memiliki banyak sekali kosa kata untuk menggambarkan langit dan cahaya matahari. Ada kata “surya” yang berasal dari bahasa sansekerta, yang digunakan oleh banyak orang ketika mereka berbicara tentang matahari, dan ada juga kata “mentari”, yang memiliki makna yang sama dengan kata “matahari”.

Di beberapa daerah di Indonesia, matahari juga diberi nama lain berdasarkan kepercayaan dan budaya masyarakat setempat. Salah satunya adalah kalender Sunda yang menggunakan istilah Panon-Panoningkal di mana Panon bermakna Matahari dan Panoningkal bermakna kalender. Kata Panoningkal sendiri berasal dari bahasa Sunda yang memiliki pengertian penentuan waktu dalam satu tahun berdasarkan naik turunnya posisi matahari. Selain itu, bagi bangsa Toba di Sumatera Utara, Matahari memiliki nama “Alani”, yang berarti “penopang hidup”.

Pada masa Hindu-Buddha di Indonesia, matahari dianggap sebagai dewa dan sangat dihormati. Dewi Matahari dalam agama Indonesia memiliki banyak nama, seperti Dewi Suria, Dewi Amrit, atau Dewi Savitri. Dewi Suria biasanya digambarkan dengan sepasang sayap emas, sementara Dewi Amrit digambarkan sebagai kecantikan yang luar biasa.

Nama lain Matahari di Indonesia terkadang juga didasarkan pada legenda atau cerita rakyat di suatu daerah. Seperti di daerah Sulawesi Selatan ada cerita rakyat yang mengisahkan tentang Matahari dan Bulan yang jatuh ke laut. Matahari dinamakan To’ Ombo, sedangkan Bulan dinamakan To’ Bicce. Keduanya kemudian memutuskan untuk menetap di atas permukaan laut dan dengan demikian menghasilkan sinar dan kehangatan bagi masyarakat di sekitarnya.

Jadi, nama matahari di Indonesia memiliki banyak variasi tergantung pada budaya dan kepercayaan di suatu daerah. Terlepas dari perbedaan namanya, matahari tetap menjadi cahaya yang memberikan kehidupan pada planet bumi kita.

Nama-nama Budaya Populer untuk Matahari


Matahari

Matahari adalah bintang terbesar dan terdekat dengan planet Bumi. Di Indonesia, Matahari memiliki banyak sebutan atau nama-nama budaya populer. Setiap daerah atau suku di Indonesia memiliki nama khas tersendiri untuk Matahari. Ini menunjukkan keragaman kebudayaan dan keanekaragaman alam di Indonesia.

Keraton Yogyakarta: Sang Surya, Sang Hyang Surya, Sang Adi Surya


Sang Surya

Di Keraton Yogyakarta, Matahari disebut Sang Surya, Sang Hyang Surya, atau Sang Adi Surya. Istilah-istilah tersebut berasal dari bahasa Jawa yang berarti Matahari yang disucikan atau Matahari yang mulia. Matahari dipuja sebagai lambang kekuasaan Raja dan kepercayaan masyarakat Jawa kuno terhadap kekuatan alam.

Suku Bali: Ida Sang Hyang Widi Wasa


Ida Sang Hyang Widi Wasa

Suku Bali menyebut Matahari sebagai Ida Sang Hyang Widi Wasa. Istilah tersebut berasal dari bahasa Bali yang berarti Tuhan Yang Maha Esa. Konsep ini mengandung makna bahwa Matahari adalah simbol kebesaran Tuhan yang memancarkan sinar hidup kepada seluruh mahluk di bumi. Di Bali, Matahari juga dipuja melalui upacara-upacara keagamaan seperti Nyepi dan Galungan.

Suku Sunda: Luhur Surya


Luhur Surya

Suku Sunda menyebut Matahari sebagai Luhur Surya. Istilah tersebut berasal dari bahasa Sunda yang berarti Matahari yang Maha Tinggi. Konsep ini mengandung makna bahwa Matahari adalah lambang kekuasaan yang memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Di Jawa Barat, Matahari dipuja melalui upacara adat dan seni budaya seperti wayang golek dan tari jaipong.

Suku Dayak: Kayuh Lait


Kayuh Lait

Suku Dayak menyebut Matahari sebagai Kayuh Lait. Istilah ini berasal dari bahasa Dayak yang berarti Matahari yang Terang. Suku Dayak menganggap Matahari sebagai lambang kehidupan dan keberhasilan dalam berburu atau bercocok tanam. Oleh karena itu, Matahari dihormati dan dipuja melalui upacara adat seperti Gawai Dayak dan Tiwah.

Suku Batak: Holong Surya


Holong Surya

Suku Batak menyebut Matahari sebagai Holong Surya. Istilah tersebut berasal dari bahasa Batak yang berarti Matahari yang Bercahaya. Konsep ini mengandung makna bahwa Matahari adalah lambang kehidupan dan kesuburan. Di Sumatera Utara, Matahari dipuja melalui upacara adat seperti Martumpol dan Marhata Sinambela.

Suku Minangkabau: Suralaya


Suralaya

Suku Minangkabau menyebut Matahari sebagai Suralaya. Istilah tersebut berasal dari bahasa Minangkabau yang berarti Matahari yang Bercahaya Terang. Konsep ini mengandung makna bahwa Matahari adalah lambang kehidupan, kejayaan, dan kekuatan. Di Sumatera Barat, Matahari juga dipuja melalui upacara adat seperti Tabuik.

Dari namanya, kita bisa melihat betapa beragamnya sebutan Matahari di Indonesia. Namun, semua sebutan tersebut memiliki makna dan nilai yang sama, yaitu Matahari sebagai lambang kekuatan alam dan kepercayaan masyarakat terhadap kekuatan yang lebih besar. Kita sebagai masyarakat Indonesia harus bangga dan menyadari keberagaman namun tetap mempersatukan bangsa dengan menjunjung budaya nenek moyang kita.

Nama Lain Matahari di Indonesia


Matahari

Matahari adalah benda langit yang menyediakan cahaya dan panas bagi planet Bumi dan semua makhluk hidupnya. Di Indonesia, matahari memiliki banyak nama panggilan yang mencerminkan kehadirannya dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini adalah beberapa nama lain matahari yang lazim digunakan di Indonesia.

1. Surya


Surya

Surya adalah nama resmi untuk matahari dalam bahasa Indonesia. Nama ini berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti “pemimpin” atau “raja”. Surya juga merupakan dewa matahari dalam agama Hindu dan sering dipuja sebagai dewa pelindung dan sumber kekuatan.

2. Mentari


Mentari

Mentari adalah nama panggilan yang sering digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk menyebut matahari. Kata “mentari” berasal dari bahasa Jawa yang berarti “matahari”. Nama ini sering digunakan dalam puisi, lagu, dan sastra Indonesia sebagai simbol keindahan dan kehangatan.

3. Matahari


Matahari

Matahari adalah kata yang banyak digunakan dalam bahasa Indonesia untuk menyebut benda langit yang menyediakan cahaya dan panas bagi Bumi. Kata ini berasal dari kata “mata” yang berarti “mata” dan “hari” yang berarti “siang”. Nama ini mencerminkan kehadiran matahari sebagai sumber cahaya selama siang hari.

4. Bahari


Bahari

Bahari adalah salah satu nama lain matahari yang tidak begitu dikenal oleh masyarakat luas di Indonesia. Nama ini berasal dari bahasa Sunda yang berarti “matahari”. Bahari sering digunakan dalam seni tari, musik, dan sastra Sunda sebagai referensi terhadap matahari sebagai simbol kekuatan alam dan energi positif yang memberikan kehidupan.

5. Siang


Siang

Siang adalah kata dalam bahasa Indonesia yang sering digunakan untuk menyebut waktu antara pagi dan sore hari ketika matahari berada di atas kepala. Waktu ini biasanya digunakan untuk beraktivitas di luar ruangan, seperti bekerja di sawah, bermain di pantai, atau berkumpul dengan teman-teman. Nama ini mencerminkan kehadiran matahari sebagai sumber cahaya dan panas yang memberikan energi positif bagi manusia dan alam.

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia juga sering merujuk pada matahari dengan sebutan-sebutan yang tidak formal, seperti “papa kandung”, “ibu bumi”, atau “tuan besar”. Nama-nama ini mencerminkan penghargaan dan rasa kagum manusia terhadap kekuatan alam yang mampu memberikan kehidupan dan kebahagiaan.

Sebagai benda langit yang sangat penting bagi kehidupan di Bumi, matahari menjadi simbol kekuatan, keindahan, dan kebesaran. Nama-nama lain matahari dalam bahasa Indonesia mencerminkan hubungan manusia dengan alam dan kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap kekuatan spiritual yang ada di dalamnya.

Upacara dan Perayaan yang Berkaitan dengan Matahari


Upacara dan Perayaan yang Berkaitan dengan Matahari

Matahari merupakan salah satu benda langit yang sangat penting bagi kehidupan di Bumi. Tidak hanya memberikan cahaya dan panas, namun matahari juga sering diidentikan sebagai lambang kekuatan dan keagungan. Oleh karena itu, tak heran jika di Indonesia sendiri terdapat banyak sekali nama-nama lain untuk matahari, seperti Surya, Aditya, dan masih banyak lagi.

Nah, selain memiliki nama-nama lain yang beragam, ternyata matahari juga sering menjadi pemicu untuk diadakannya berbagai upacara dan perayaan di Indonesia. Yuk, simak ulasan selengkapnya mengenai upacara dan perayaan yang berkaitan dengan matahari di Indonesia berikut ini.

1. Hari Raya Nyepi

Hari Raya Nyepi

Hari Raya Nyepi merupakan salah satu hari raya Hindu yang paling penting dan dianggap sangat sakral. Hari ini ditandai dengan diamnya seluruh umat Hindu di Bali dan sekitarnya selama 24 jam. Hal ini dilakukan sebagai bentuk pengormatan terhadap Sang Hyang Widhi, Tuhan yang Maha Esa, sehingga segala aktivitas dihentikan untuk memberikan kesempatan bagi umat manusia untuk merenung dan mengendalikan diri.

Penanggalan dalam kalender Hindu untuk Hari Raya Nyepi dihitung berdasarkan gerak Bumi terhadap Matahari. Yakni ketika Matahari Aries memasuki fase purnama dan sampai ke fase purnama berikutnya dalam waktu 354 hari. Oleh karena itu, Hari Raya Nyepi sering dikaitkan dengan dengan gerakan Matahari

2. Upacara Gunungan

Upacara Gunungan

Upacara Gunungan merupakan upacara adat yang berasal dari Jawa Tengah dan DIY. Upacara ini biasanya digelar untuk merayakan momen-momen penting, seperti pernikahan, khitanan, atau pun tasyakuran dengan cara mengarak Gunungan. Gunungan sendiri biasanya terdiri dari berbagai macam benda, mulai dari buah-buahan, beras, hingga boneka dari daun kelapa atau singkong. Benda-benda tersebut nantinya akan dibakar atau dimakan bersama oleh warga.

Adapun makna dari upacara ini adalah ungkapan syukur terhadap kebesaran Tuhan yang telah memberikan berbagai macam rejeki berupa bumi yang subur dan panen yang melimpah. Menariknya, dalam Upacara Gunungan seringkali terdapat simbol-simbol yang berkaitan dengan Matahari, seperti singa atau pun lontar.

3. Tana Toraja Rambu Solo’

Tana Toraja Rambu Solo'

Tana Toraja Rambu Solo’ merupakan upacara adat masyarakat Toraja di Sulawesi Selatan yang berlangsung selama beberapa hari. Upacara ini biasanya dilakukan sebagai bentuk penghormatan terhadap orang yang sudah meninggal dunia dan biasanya dilakukan pada saat musim panen tiba.

Di tengah-tengah upacara tersebut, terdapat sebuah ritual yang disebut sebagai “Ma’badong”. Ritual ini dilakukan dengan melaksanakan berbagai macam pertunjukan tarian, musik, dan teatrikal yang bertujuan untuk menyambut tamu yang hadir pada acara ini.

Salah satu benda yang paling sering digunakan dalam upacara ini adalah “Baliatong”. Baliatong merupakan sebuah kain pelangi yang biasanya diikat di bawah Sanggar atau rumah adat. Kain Baliatong sendiri dipercaya dapat memberikan perlindungan dan identitas etnik bagi masyarakat Toraja. Selain itu, benda tersebut juga sering dikaitkan dengan Matahari.

4. Lebaran

Lebaran

Lebaran merupakan salah satu hari raya penting di Indonesia dan dirayakan setiap tahunnya oleh umat Islam. Pada hari raya ini, umat Islam yang terdiri dari keluarga besar berkumpul untuk merayakan dan bermaaf-maafan.

Pada saat Lebaran, Matahari sendiri juga sering diidentikan sebagai simbol kehidupan. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa tanpa adanya matahari, makhluk hidup di Bumi tidak akan bisa bertahan hidup. Selain itu, bulan Syawal, yang merupakan bulan di mana Hari Raya Idul Fitri dirayakan, juga sering dikaitkan dengan peredaran Matahari di langit.

5. Perayaan Suro

Perayaan Suro

Perayaan Suro merupakan salah satu perayaan tradisional yang diadakan setiap tahunnya oleh masyarakat Jawa. Perayaan ini biasanya dilakukan pada bulan Suro atau bulan Muharam di bulan Hijriyah.

Dalam perayaan ini, masyarakat Jawa biasanya melakukan aneka macam ritual seperti ngunduh mantu atau upacara pemberian susu pada anak-anak. Selain itu, dalam Perayaan Suro, Matahari juga sering diidentikan sebagai simbol awal dan akhir kehidupan manusia. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa Matahari merupakan sumber energi bagi kehidupan di Bumi.

Nah, itulah beberapa upacara dan perayaan yang berkaitan dengan Matahari di Indonesia. Dengan adanya upacara dan perayaan tersebut, diharapkan kita sebagai masyarakat dapat selalu ingat akan pentingnya Matahari bagi kehidupan kita di Bumi. Semoga artikel ini bermanfaat!

Iklan