Pengenalan Fonem Bahasa Jepang


Fonem Bahasa Jepang

Bahasa Jepang menjadi bahasa yang populer belakangan ini di Indonesia. Selain film-film dan budaya Jepang yang masuk ke Indonesia, pengajaran bahasa Jepang juga mulai diperkenalkan di berbagai institusi pendidikan. Namun, bagi sebagian orang, bahasa Jepang masih terdengar asing dan belum dipahami sepenuhnya.

Untuk memulai mempelajari bahasa Jepang, salah satu hal yang perlu dipelajari adalah pengenalan fonem. Fonem adalah satuan bunyi bahasa yang memiliki perbedaan nilai makna antara satuan bunyi bahasa lainnya. Di Bahasa Jepang, terdapat 46 atau 50 buah fonem, tergantung pada bagaimana fonem itu dihitung. Berikut adalah pengenalan fonem bahasa Jepang:

  1. Vokal
  2. Vokal dalam Bahasa Jepang terdiri dari lima suara yaitu a, i, u, e, o. Suara-suaranya cukup berbeda dengan bahasa Indonesia. Seperti pada kata “hai” yang artinya ya dalam bahasa Indonesia, pengucapannya memang terdengar mirip tapi harus diucapkan dengan sedikit penekanan, bukan hanya diucapkan datar.

  3. Konsonan
  4. Konsonan dalam Bahasa Jepang terdiri dari 41 suara dan dibagi menjadi tiga kelompok yaitu suara dasar (ten-ten), suara desis (handakuten), dan huruf n. Ten-ten dan handakuten adalah simbol pemadat yang menandakan bahwa konsonan tersebut memiliki dua tanda dakwa yang muncul di atasnya. Adapun kelompok suara dasar dalam Bahasa Jepang terdiri dari k, s, t, h, f, m, y, r, dan w. Kelompok suara desis terdiri dari g, z, d, b, dan p. Sedangkan huruf n adalah konsonan tunggal.

  5. Diftong
  6. Diftong adalah kombinasi dari dua suara vokal yang diucapkan sebagai satu suara vokal. Diftong dalam Bahasa Jepang terdiri dari kombinasi ai, au, ei, eu, iu, oi, ui. Contoh paling mudah ialah kata “sensei” yang artinya guru, diucapkan seolah-olah kata tersebut hanya terdiri dari satu suara vokal.

Untuk mempelajari pengucapan fonem Bahasa Jepang, setidaknya kita harus terbiasa mendengarkan suara-suara yang berbeda dibandingkan Bahasa Indonesia. Ada beberapa suara yang lebih mirip dengan suara bahasa Indonesia, namun ada pula suara yang lebih sukar untuk diartikan. Namun, belajar bahasa Jepang bukan hanya tentang menghafal fonem, namun juga tentang mempraktekkannya dalam berbicara. Jadi, selain belajar teori, lebih baik juga memperbanyak berlatih berbicara agar lebih cepat memahami pengucapan Bahasa Jepang.

Konsonan dan Vokal Bahasa Jepang


Konsonan dan Vokal Bahasa Jepang

Bahasa Jepang memiliki sistem fonetik yang terdiri dari lima vokal dan beberapa konsonan. Meskipun terdengar sederhana, namun sangat penting untuk mempelajari setiap vokal dan konsonan secara detail agar bisa mengucapkan bahasa Jepang dengan benar.

Vokal

Vokal dalam bahasa Jepang terdiri dari lima jenis yaitu a, i, u, e, dan o. Kelima vokal ini memiliki suara yang berbeda dan berbeda juga dengan pengucapan vokal pada bahasa Indonesia.

Vokal a diucapkan seperti vokal a pada kata “anda” dalam bahasa Indonesia, namun sedikit lebih pendek.

Vokal i diucapkan seperti vokal i pada kata “ini” dalam bahasa Indonesia, namun lebih panjang dan tajam.

Vokal u diucapkan seperti vokal u pada kata “ulus” dalam bahasa Indonesia, namun terdengar lebih bulat.

Vokal e diucapkan seperti vokal e pada kata “sendi” dalam bahasa Indonesia, namun lebih pendek.

Vokal o diucapkan seperti vokal o pada kata “orang” dalam bahasa Indonesia, namun lebih pendek.

Konsonan

Konsonan dalam bahasa Jepang terdiri dari beberapa jenis, namun beberapa konsonan memiliki beberapa variasi pengucapan.

Konsonan K diucapkan seperti k pada kata kucing dalam bahasa Indonesia. Namun pada kata ke, ki, ku, ke, dan ko, pengucapannya sedikit berbeda. Pada pengucapan kata ke, suaranya hampir tidak terdengar dan pada kata ki, suaranya terdengar seperti “key” dalam bahasa Inggris.

Konsonan S diucapkan seperti s pada kata susu dalam bahasa Indonesia. Pada kata sa, si, su, se, dan so, pengucapannya tidak seperti pada kata-kata dalam bahasa Indonesia. Pada kata si, pengucapannya menjadi seperti sy dalam bahasa Inggris.

Konsonan T diucapkan seperti t pada kata tomat dalam bahasa Indonesia. Namun pada kata ta, chi, tsu, te, dan to, pengucapannya sedikit berbeda. Pada kata chi, pengucapannya seperti “chi” pada kata chicken dalam bahasa Inggris. Pada kata tsu, suaranya cukup unik dengan membuat suara seperti percikan air dengan lidah ke palate. Pada kata te, suara t-nya hampir tidak terdengar. Pada kata to, suara -nya sedikit berbeda, terdengar seperti de dalam bahasa Indonesia.

Konsonan N diucapkan seperti n pada kata nasi dalam bahasa Indonesia. Konsonan ini hanya memiliki satu pengucapan.

Konsonan H diucapkan seperti h pada kata hotel dalam bahasa Indonesia. Namun pada kata ha, hi, fu, he, dan ho, pengucapannya sedikit berbeda. Pada kata hi, suara nya menjadi seperti “fi” pada kata fisika dalam bahasa Inggris. Konsonan fu adalah salah satu konsonan yang unik dalam bahasa Jepang, karena tidak ada suara fu dalam bahasa Indonesia. Pengucapannya mirip dengan f, namun bibir harus menutup rapat. Pada kata he, suara h-nya hampir tidak terdengar. Pada kata ho, suara -nya berbeda dari suara h pada kata hotel, namun terdengar tidak jelas.

Itulah beberapa konsonan dan vokal pada bahasa Jepang. Meskipun terdengar sedikit sulit, dengan sering berlatih dan teliti, kita dapat menguasainya dengan baik.

Pelafalan dan Intonasi dalam Bahasa Jepang


Pelafalan dan Intonasi dalam Bahasa Jepang

Bahasa Jepang adalah bahasa yang indah dan unik. Namun, banyak orang yang kesulitan dalam mempelajari bahasa ini karena beberapa karakteristik yang utama, seperti kata-kata yang kadang kompleks dan sangat berbeda dengan bahasa Indonesia, dan pelafalan dan intonasi yang khas.

Bagi banyak orang, pelafalan dan intonasi dalam bahasa Jepang adalah aspek yang sangat menantang. Namun, pelafalan dan intonasi sangat penting dalam bahasa Jepang karena hal ini memiliki peran yang sangat besar dalam arti dari suatu kata. Inilah mengapa penting bagi mereka yang mempelajari bahasa Jepang untuk memahami pelafalan dan intonasi dengan benar. Berikut adalah penjelasannya:

Pelafalan dalam Bahasa Jepang

Pelafalan dalam Bahasa Jepang

Dalam bahasa Jepang, ada 5 huruf yang digunakan dalam tulisan, yaitu Hiragana, Katakana, Kanji, Romaji, dan Furigana. Namun, dalam pembicaraan, bahasa Jepang dilafalkan dengan Huruf Hiragana dan Katakana. Masing-masing huruf memiliki pelafalan yang berbeda-beda dan penting untuk dipelajari dengan baik.

Beberapa suara dalam bahasa Jepang tidak dapat ditemukan dalam bahasa Indonesia. Ini dapat menyebabkan kesulitan bagi pembelajar baru saat belajar pelafalan kata-kata dalam bahasa Jepang. Namun, hal ini dapat diatasi dengan banyak latihan dan mendengarkan pengucapan dari penutur asli bahasa Jepang.

Intonasi dalam Bahasa Jepang

Intonasi dalam Bahasa Jepang

Intonasi dalam bahasa Jepang memiliki peran yang sangat penting, bahkan lebih penting dari pelafalan suatu kata. Seperti yang kita ketahui, Jepang sangat menjunjung tinggi sopan santun dan menghindari kekeliruan dalam pembicaraan. Oleh karena itu, intonasi yang salah dapat menyebabkan kekeliruan dalam pembicaraan dan pada akhirnya dapat menyebabkan kesalahpahaman dalam pengertian sebuah percakapan.

Ada intonasi tinggi dan rendah dalam bahasa Jepang. Dalam bahasa Jepang, kata-kata umumnya diucapkan dengan nada intonasi rendah, namun pada kalimat yang terakhir atau kalimat yang menandakan bahwa suatu kalimat akan segera berakhir, maka nada intonasi akan meningkat. Pelafalan dan intonasi dalam bahasa Jepang harus dilakukan dengan baik agar tidak menimbulkan kesalahpahaman antara pembicara dengan pendengar.

Jadi, itu dia penjelasan mengenai pelafalan dan intonasi dalam bahasa Jepang. Meskipun dapat membingungkan pada awalnya, namun dengan banyak latihan dan belajar langsung dari penutur asli bahasa Jepang, Anda akan dapat menguasai kedua hal tersebut dengan mudah. Hal ini sangat penting bagi setiap pembelajar yang ingin memperluas kemampuan dalam berbahasa Jepang.

Kebijakan Pemerintah Jepang terkait Bahasa Jepang


Kebijakan Pemerintah Jepang terkait Bahasa Jepang

Sebagai negara maju yang memiliki daya saing tinggi di dunia, Jepang juga memperhatikan pentingnya penyebaran budaya dan bahasa kepada negara lain. Terlebih, sebagai hubungan antara kedua negara sudah terjalin sejak lama, Jepang berusaha untuk memperkuat hubungan tersebut dengan cara memajukan Bahasa Jepang di Indonesia.

Berdasarkan data dari Japan Foundation, sepanjang tahun 2018, terdapat 121.500 orang yang belajar Bahasa Jepang di Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari kebijakan pemerintah Jepang dalam memperkuat kerjasama dan memperkuat kedua negara.

Salah satu kebijakan yang dijalankan pemerintah Jepang adalah pemberian bantuan bagi pendidikan Bahasa Jepang dari dasar hingga tingkat lanjutan. Bantuan tersebut meliputi program beasiswa, pengiriman tenaga pengajar, dan perolehan buku-buku pedoman belajar Bahasa Jepang.

Bantuan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan memperluas akses Bahasa Jepang di Indonesia. Seperti contohnya, pemerintah Jepang melalui Japan Foundation memberikan beasiswa kepada pelajar di Indonesia untuk belajar Bahasa Jepang di universitas di Jepang dan di lembaga mitra lainnya. Selain itu, Japan Foundation juga memfasilitasi pengiriman tenaga pengajar sebagai upaya meningkatkan kualitas guru Bahasa Jepang di Indonesia.

Selain lewat bantuan pendidikan, pemerintah Jepang juga mengadakan berbagai program bertema budaya Jepang yang diharapkan dapat meningkatkan minat masyarakat Indonesia terhadap Bahasa Jepang. Program-program tersebut misalnya, acara musik Jepang, festival budaya Jepang dan juga program-program belajar Bahasa Jepang secara gratis.

Di sisi lain, terdapat juga program pertukaran budaya seperti JENESYS 2.0 (Japan-East Asia Network of Exchange for Students and Youths) yang merupakan program pertukaran pelajar antara Jepang dan negara-negara Asia. Program ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan kerjasama di bidang budaya dan sains melalui pertukaran pelajar dan pemuda di kedua negara.

Kegiatan seperti program pertukaran budaya dan pengajaran Bahasa Jepang dilakukan oleh pemerintah Jepang dengan tujuan untuk mengembangkan hubungan bilateral menjadi lebih kuat dan saling menguntungkan bagi kedua negara. Dengan demikian, wajar jika Jepang memprioritaskan pemberian bantuan kepada Indonesia dalam meningkatkan kualitas belajar Bahasa Jepang di Indonesia.

Harapan ke depannya, Indonesia dan Jepang dapat semakin erat dalam hal kerjasama ekonomi, politik, dan budaya, termasuk dalam bahasa. Dengan adanya kebijakan pemerintah Jepang yang memperkuat Bahasa Jepang di Indonesia, diharapkan dapat menumbuhkan minat masyarakat Indonesia dalam mempelajari bahasa asing, khususnya Bahasa Jepang yang menurut prediksi akan tetap menjadi bahasa asing yang menjadi daya saing di masa depan.

Dialek Bahasa Jepang yang Berbeda di Seluruh Penjuru Jepang


Dialek Bahasa Jepang

Bahasa Jepang dikenal sebagai bahasa yang sangat kaku dan formal. Namun, sebenarnya bahasa Jepang memiliki banyak dialek yang berbeda di seluruh penjuru Jepang. Setiap daerah di Jepang memiliki dialek bahasa Jepang mereka sendiri dan ini dapat membingungkan orang-orang yang tidak terbiasa dengan bahasa Jepang.

1. Dialek Kansai (Osaka, Kyoto, dan Kobe)

Dialek Kansai (Osaka, Kyoto, dan Kobe)

Dialek Kansai adalah dialek yang paling terkenal di Jepang. Dialek ini digunakan di wilayah Kansai yang mencakup kota-kota seperti Osaka, Kyoto, dan Kobe. Dialek Kansai sering dianggap sebagai dialek yang sangat kasual dan kocak oleh orang Jepang itu sendiri. Beberapa ciri khas dari bahasa Kansai antara lain:

  • Penggunaan kata “ah” atau “un” di akhir kalimat sebagai pengganti “yo” pada bahasa standar Jepang.
  • Penggunaan kata “hen” atau “hora” sebagai pengganti “ne” pada bahasa standar Jepang.

2. Dialek Kanto (Tokyo dan sekitarnya)

Dialek Kanto (Tokyo dan sekitarnya)

Dialek Kanto digunakan di wilayah Tokyo dan sekitarnya. Sebagian besar orang di Jepang menganggap dialek Kanto sebagai bahasa standar Jepang. Beberapa ciri khas dari bahasa Kanto antara lain:

  • Penggunaan kata “ze” atau “yo” di akhir kalimat sebagai pengganti “da” pada bahasa standar Jepang.
  • Penggunaan kata “karoi” atau “goroi” sebagai pengganti “takai” pada bahasa standar Jepang.

3. Dialek Tohoku (Wilayah utara Honshu)

Dialek Tohoku (Wilayah utara Honshu)

Dialek Tohoku digunakan di wilayah utara Honshu, termasuk prefektur Fukushima, Miyagi, dan Yamagata. Dialek Tohoku dianggap sebagai dialek yang sangat kasar dan sering dianggap sulit dipahami. Beberapa ciri khas dari bahasa Tohoku antara lain:

  • Penggunaan kata akhir “ran” dan “yan” sebagai pengganti “da” di bahasa standar Jepang.
  • Penggunaan kata-kata yang seringkali sulit dipahami orang Jepang di luar wilayah Tohoku.

4. Dialek Hiroshima

Dialek Hiroshima

Dialek Hiroshima adalah dialek yang digunakan di wilayah Hiroshima dan sekitarnya. Beberapa ciri khas dari bahasa Hiroshima antara lain:

  • Penggunaan kata “hoe” sebagai alasan atau penjelasan pada akhir kalimat.
  • Penggunaan kata “men” sebagai kata ganti benda di samping “kore,” “sore,” dan “are.”

5. Dialek Okinawa

Dialek Okinawa

Dialek Okinawa digunakan di wilayah Okinawa yang merupakan grup pulau-pulau di selatan Jepang. Bahasa Okinawa atau Uchinaguchi memiliki beberapa perbedaan dalam pengejaannya dibandingkan dengan bahasa Jepang standar, dan juga memiliki banyak kata-kata yang tidak ditemukan dalam bahasa Jepang standar. Beberapa ciri khas dari bahasa Okinawa antara lain:

  • Penggunaan kata “chura” sebagai pengganti “kawaii” pada bahasa standar Jepang.
  • Penggunaan kata “adwan” sebagai pengganti “mashou” pada bahasa standar Jepang dalam kalimat dorongan.

Setiap dialek bahasa Jepang memiliki ciri khas dan perbedaan dalam pengucapan dan kosakata. Namun, bahasa Jepang standar tetaplah bahasa resmi Jepang dan dialek-dialek tersebut seharusnya tidak digunakan dalam situasi formal atau resmi.

Iklan