Antara Sejarah dan Nilai-nilai yang Terkandung di Dalamnya

Halo Pembaca rinidesu.com! Saya yakin anda semua pernah melihat pakaian adat Aceh kan? Apakah anda tahu apa saja yang tercipta di dalam pakaian adat tersebut? Sebagai bentuk kebudayaan yang sangat kaya akan nilai-nilai dan kesenian, pakaian adat Aceh mampu menunjukkan kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat Aceh. Pada artikel ini kami akan membahas tentang pengertian pakaian adat Aceh hingga kepada nilai-nilai dan kesenian yang terkandung di dalamnya.

Pakaian adat Aceh merupakan bagian tak terpisahkan dari budaya Aceh itu sendiri. Pakaian ini bukan hanya sekadar pakaian untuk berpakaian, namun juga memiliki makna tersendiri. Pakaian adat Aceh digunakan untuk acara-acara penting seperti pernikahan, lebaran, dan acara seremonial lainnya.

Pakaian adat Aceh ternyata sudah terkenal jauh sebelumnya, bahkan pada masa kerajaan Islam Aceh Darussalam. Namun, perjalanan sejarah berdampak pada berkembangnya keanekaragaman tipe dan teknik pakaian adat itu sendiri.

Sejarah pakaian adat Aceh memang tidak bisa lepas dari pengaruh Islam, dan juga pengaruh yang berasal dari Tuanku di Aceh, serta pengaruh dari Sultan Iskandar Muda. Hal itu terlihat pada bentuk kerawang Aceh, yang dipakai pada pakaian adat Aceh menjadi semakin rumit. Corak corak yang menyelimuti kerawang tersebut hampir selalu menampilkan simbol simbol keislaman, seperti kaligrafi Al-Qur’an, bintang dan bulan sabit, dan banyak simbol lainnya.

Dalam pakaian adat Aceh, terdapat nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Nilai-nilai tersebut antara lain kesederhanaan, ketelitian, kesucian, kebersihan, memiliki kekuatan untuk memaknai arti kebersamaan dan juga kesintingan.

pengertian pakaian adat aceh

Walaupun pakaian Aceh terlihat sederhana, memakainya membutuhkan ketelitian yang tinggi. Pada bagian leher dan lengan terdapat motif-motif tertentu yang harus disesuaikan dengan bentuk baju adat tersebut. Bahkan pada bagian ketebalan dari kain pada baju, terdapat ketelitian yang tidak bisa disepelekan. Hal ini menjadi salah satu bentuk kebersihan serta ketelitian yang tinggi pada baju adat Aceh.

Untuk mempertahankan kemurniannya, pakaian adat Aceh harus dicuci dengan cara yang unik. Yakni dicuci dengan air kelapa atau daun sirih. Sebelum dicuci, pakaian tersebut harus disiapkan dengan baik seperti mengeluarkan semua aksesoris pakaiannya serta allora yang merekat pada serat kain.

Nama Pakaian Jenis Kelamin Pemakai Keterangan
Baju Adat Laki-Laki
Baju Kurung Laki-laki Terdiri dari baju panjang yang melingkar dengan lengan panjang, leher berbentuk bulat dan tersedia isian narsis, yang menutupi bagian dada.
Baju Mahkota Laki-laki Baju mahkota adalah adat Aceh. Baju ini pada dasarnya memakai bahan katun yang dilengkapi dengan songket maupun batik yang memiliki pola rumit di beberapa bagian, seperti pinggang, dada, dan bahu.
Baju Adat Perempuan
kebaya Suku Gayo Perempuan Baju ini di hiasi oleh kain rang-rang yang mempunyai warna kuning, merah, atau hijau dengan pola yang rumit dan indah. Tidak ada hiasan manik dan payet di bagian kebaya ini. Suku Gayo biasanya mengenakan jilbab sebagai pelengkap baju adat ini.
Baju Kurung Perempuan Baju kurung terdiri dari dua bagian yaitu bagian atas yang longgar dan leluasa dan bagian rok yang cukup tebal dan berat dengan campuran kain sutra yang memiliki warna dan motif yang cantik pada bagian pinggang.

Karakteristik Pakaian Adat Aceh pada Jenis Kelamin Laki-laki

Baju adat laki-laki memiliki beberapa jenis, yakni Baju Kurung, Baju Mahkota, Baju Ranup, dan Baju Ket-eul-labu. Baju Kurung dan Baju Mahkota adalah jenis pakaian adat laki-laki yang sering digunakan di Aceh.

Baju Kurung adalah pakaian adat laki-laki yang biasanya terdiri dari baju panjang yang melingkar dengan lengan panjang, leher berbentuk bulat dan tersedia isian narsis, yang menutupi bagian dada. Baju Kurung pada prinsipnya cukup tebal dan anggun terlihat kaku tapi enak dilihat, terbuat dari kain malay-sutra atau kain beludru.

Baju Mahkota adalah pakaian adat laki-laki di Aceh yang memakai bahan katun yang dilengkapi dengan songket maupun batik yang memiliki pola rumit di beberapa bagian, seperti pinggang, dada, dan bahu. Pakaian ini biasanya dipakai untuk acara-acara penting seperti pernikahan, kegiatan adat lainnya, penerimaan tamu kehormatan dan acara penting lainnya.

Selain itu, adapula pakaian adat laki-laki yang jarang dipakai yakni Baju Ranup dan Baju Ket-eul-labu. Baju Ranup memiliki ciri khas bulu dan dilengkapi dengan ikat pinggang dan kacamata, sedangkan Baju Ket-eul-labu adalah pakaian laki-laki yang biasanya dipakai saat menghadiri acara perayaan atau acara yang sakral, seperti saat melaksanakan shalat idul fitri.

Karakteristik Pakaian Adat Aceh pada Jenis Kelamin Perempuan

Pakaian adat Aceh pada jenis kelamin perempuan juga terdiri dari beberapa jenis, yakni Baju Kurung, Kebaya, Ulos, Baju Bodo, Binje Seukee, dan Upiak Isik.

Ulos adalah tempat persiapan pakaian adat perempuan Aceh yang terbuat dari kain khas Sumsel, yang dibuat khusus untuk shalat Idul Adha. Kebaya adalah pakaian perempuan Aceh, umumnya berwarna putih dan dihias dengan songket di beberapa bagian, seperti pada bagian kerah, lengan, dan bagian kain yang melilit di pinggang. Biasanya, Kebaya dipakai saat acara pernikahan.

Baju Kurung adalah pakaian perempuan Aceh yang terdiri dari dua bagian yaitu bagian atas yang longgar dan leluasa dan bagian rok yang cukup tebal dan berat dengan campuran kain sutra yang memiliki warna dan motif yang cantik pada bagian pinggang. Sama seperti pada laki-laki, warna kain selalu dominan berwarna merah dan kecoklatan. Pada bagian payudara, terdapat penggunaan manik-manik yang cantik dengan warna hitam, merah, dan hijau sebagai hiasan.

Selain itu, terdapat juga pakaian adat Aceh perempuan lainnya yaitu Baju Bodo, Binje Seukee, dan Upiak Isik. Bagi perempuan Aceh, Baju Bodo biasanya digunakan pada acara pernikahan dan Binje Seukee pada saat berkunjung ke rumah untuk pesta teh atau istilah Aceh-keluargaan

Kelebihan dan Kekurangan Wear Adat Aceh

Kelebihan Pakaian Adat Aceh

1. Bermakna Tinggi – Mengenakan pakaian adat Aceh memiliki makna yang sangat tinggi, terutama dari segi nilai kebudayaannya.

2. Kebudayaan yang Kompleks – Pakaian adat Aceh juga sangat kompleks dari segi pembuatan pakaian berbagai motif, motif bordir dan juga kerawang.

3. Melambangkan Kemajuan – Mengenakan pakaian adat Aceh juga melambangkan kemajuan dari segi estetika dan fashion sense.

4. Melestarikan Budaya – Mengenakan pakaian adat Aceh juga dapat membantu melestarikan budaya Aceh.

5. Menjaga Permukaan Bersih – Dalam pembersihan pakaian adat Aceh, menggunakan daun sirih guna menjaga permukaan pakaian adat tersebut tetap bersih dan terawat bisa menjadi kebiasaan sehari-hari.

6. Menambah Kreativitas – Proses pembuatan pakaian adat Aceh bisa memacu orang untuk menambah kreativitas, terutama dari segi desain.

7. Kain Khas Nusantara – Salah satu bahan pembuatan pakaian adat Aceh yaitu malay-sutra merupakan salah satu kain khas nusantara. Hal tersebut membuat pakaian adat Aceh dapat lebih dihargai oleh masyarakat dalam negeri.

Kekurangan Pakaian Adat Aceh

1. Harga yang Tidak Terjangkau – Harga yang cukup mahal untuk bisa membeli pakaian adat Aceh, terkhusus jika harus dibuat seperti perintis pakaiannya.

2. Merupakan Produk yang Eksklusif – Hal yang menjadi kendala bagi sebagian masyarakat untuk mengenakan pakaian adat Aceh adalah privasi, sebab menjadi eksklusif tidak semua orang di masyarakat Aceh memungkinkan untuk menggunakan pakaian adat ini. Terkadang sebagian orang menggunakan pakaian adat Aceh sebagai simbol keangkuhan atau sebagai alat untuk mementingkan diri.

3. Seringkali Peniruan – Pakaian adat Aceh juga seringkali ditiru dan kondisinya di aborsi, sehingga pakaian adat Aceh menjadi item raritas.

4. Perkembangan Mode dan Fashion – Pengaruh mode dan fashion yang berkembang saat ini berdampak pada kurang tersosialisasikannya pakaian adat Aceh di kalangan masyarkat.

5. Partisipasi Masyarakat yang Kurang Mendukung‎ – Sebagian besar masyarakat Aceh cenderung tidak melakukan penyelamatan terhadap kerawang, sehingga keberadaan pakaian adat Aceh perlahan-lahan mulai hilang.

6. Ketergantungan dengan Bahan Baku – Pakaian adat Aceh pada umumnya tergantung pada perlengkapan-kain yang diperoleh dari produksi luar negeri, seperti kain dan perhiasan.

7. Sulit Mencari Pengrajin – Saat ini, sulit ditemukan pengrajin pakaian adat Aceh yang menguasai teknik pembuatan pakaian adat Aceh secara komplet, meski di tempat-tempat yang disebut sebagai pusat industri pakaian adat Aceh.

Frequently Asked Questions (FAQ) tentang Pakaian Adat Aceh

  1. Apakah pakaian adat Aceh hanya dipakai dalam acara-acara tertentu saja?
  2. Bagaimana cara merawat pakaian adat Aceh agar tetap terawat?
  3. Apa saja jenis-jenis pakaian adat Aceh untuk kelamin pria dan wanita?
  4. Mengapa pakaian adat Aceh sering digunakan dalam pernikahan?
  5. Bagaimana cara membedakan pakaian adat Aceh asli dan tiruan?
  6. Apa saja motif yang terdapat pada pakaian adat Aceh?
  7. Bagaimana proses pembuatan pakaian adat Aceh?
  8. Apa saja kesulitan yang dihadapi dalam merawat pakaian adat Aceh?
  9. Bagaimana dampak perkembangan teknologi pada pembuatan pakaian adat Aceh?
  10. Apakah pakaian adat Aceh hanya terdiri dari baju dan celana saja?
  11. Apa saja unsur-unsur kebudayaan yang terkandung dalam pakaian adat Aceh?
  12. Bagaimana pandangan masyarakat Aceh terhadap pemakaian pakaian adat Aceh?
  13. Bagaimana pengaruh dunia fashion terhadap perkembangan pakaian adat Aceh?

Kesimpulan: Darma Budaya Yang Wajib Kita

Iklan