Bentuk Kerumitan Bahasa Jepang


Bentuk Kerumitan Bahasa Jepang

Bahasa Jepang merupakan bahasa yang memiliki makna yang bisa berubah sesuai dengan konteks kalimat. Namun, kalimat dalam bahasa Jepang sendiri memiliki banyak kerumitan dalam hal tata bahasa. Bahasa Jepang menyebalkan untuk dipelajari bagi sebagian orang, terutama bagi mereka yang berbicara bahasa yang sama sekali berbeda.

Sama dengan bahasa-bahasa lain, bahasa Jepang memiliki susunan kalimat yang berbeda dari bahasa Indonesia. Bahasa Jepang menggunakan struktur kalimat S, O, V; subjek, obyek, dan kerja, yang membuatnya sulit untuk dipelajari terutama bagi orang Indonesia. Contohnya, dalam kalimat bahasa Indonesia “Saya membeli roti di toko”, subjek dan kerja berada di awal kalimat, sedangkan obyek berada di akhir kalimat. Namun, ketika diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang, struktur kalimatnya tidak sama. Contohnya “Watashi wa pan o mise de kaimashita”, yang berarti “Saya membeli roti di toko.”

Selain itu, bahasa Jepang juga menggunakan tiga jenis huruf yang berbeda: Kanji, Hiragana, dan Katakana. Kanji adalah aksara Jepang yang berasal dari bahasa Cina, sedangkan Hiragana dan Katakana merupakan aksara Jepang yang digunakan untuk menuliskan partikel, kata ganti, dan sebagainya. Bahkan bagi para pemula, mengetahui huruf dan cara membaca serta menulisnya menjadi hal yang menantang. Belajar cara menulis dan membaca huruf menjadi kendala utama dalam belajar Bahasa Jepang. Biasanya para pelajar bahasa Jepang harus mempelajari cara menulis huruf tersebut sebelum mendalami tata bahasa dan kosakata.

Setiap bahasa memiliki kosakata dan frasa yang berbeda-beda. Kosakata Bahasa Jepang, tentu saja, berbeda dengan bahasa Indonesia. Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi orang Indonesia. Pelajar bahasa harus memiliki kemampuan menghafal dan memahami kata-kata, frasa, dan idiom dalam Bahasa Jepang. Bahasa Jepang memiliki aturan bunyi yang berbeda dengan bahasa Indonesia, bahkan memiliki beberapa kata yang diucapkan dengan bunyi yang hampir sama, namun memiliki makna yang berbeda-beda. Hal tersebut tentu membingungkan bagi para pemula.

Tidak hanya itu, dalam bahasa Jepang terdapat banyak level bahasa yang bisa digunakan sesuai dengan situasi. Level bahasa yang digunakan dalam Jepang terdiri dari: bahasa kasual, bahasa sopan, bahasa kebesaran, bahasa bisnis, dan bahasa resmi. Bahasa yang kita gunakan sangat dipengaruhi oleh siapa yang kita ajak bicara. Hal ini membuat mudah salah dalam menggunakan bahasa Jepang.

Dari beberapa penjelasan di atas, kita dapat memahami bahasa Jepang memang memiliki kerumitan dalam hal tata bahasa. Namun, setiap bahasa memiliki kerumitan tersendiri dalam segi gramatika dan kosakata. Maka dari itu, apabila kita ingin mempelajari bahasa Jepang, kita harus terus berlatih dan mengulang pelajaran dari waktu ke waktu. Kita juga harus bertekad kuat dan melakukan usaha agar dapat memahami dan menguasai Bahasa Jepang.

Sistem Aksara Kanji yang Membuat Pusing


aksara kanji jepang

Bahasa Jepang dikenal dengan sistem aksaranya yang membingungkan, terutama penggunaan Kanji. Kanji adalah huruf Hanzi dari Bahasa China yang digunakan dalam Bahasa Jepang untuk menulis bahasa tersebut. Kanji sangat kompleks karena masing-masing huruf memiliki arti yang berbeda-beda dan bisa digunakan dalam banyak bahasa.

Setiap Kanji memiliki pengucapan yang berbeda-beda tergantung dari kalimat dan konteksnya. Hal ini membuat pembelajaran Bahasa Jepang menjadi lebih sulit karena Anda harus memahami arti dari setiap Kanji serta cara pengucapannya saat digunakan dalam kalimat. Jika Kamu salah dalam menulis atau membaca Kanji, bisa jadi kamu salah paham dalam arti kalimat yang hendak diberikan.

Mereka yang mempelajari Bahasa Jepang harus belajar sekitar 2,000 Kanji untuk bisa memahami dan membaca teks bacaan yang umum di Jepang. Bahkan orang Jepang sendiri pun masih melakukan kesalahan dalam menulis atau membaca Kanji. Beberapa orang Jepang juga mengaku bahwa setelah mereka menulis sejumlah Kanji, otak mereka merasa lelah dan harus istirahat sebentar.

Seringkali sulit membedakan antara Kanji satu dengan yang lain berdasarkan bentuk. Hal ini membuat sulit dalam menulis dan membaca Huruf Kanji terutama pada awal belajar. Misalnya, Huruf 口 (kuchi) yang artinya mulut sangat mirip dengan Huruf 回 (mawari) yang artinya, berputar. Bahkan orang Jepang sendiri terkadang masih kebingungan untuk mengingat huruf kanji yang mirip antara satu dengan yang lain.

Ketika Anda mulai mempelajari Bahasa Jepang, penting untuk belajar dan membiasakan diri dengan Kanji. Mulailah dengan mempraktikkan dan berlatih menulis Kanji secara teratur agar Anda merasa lebih nyaman dengan sistem aksara Bahasa Jepang. Selain itu, carilah bahan bacaan yang ramah bagi pemula untuk dilatihkan. Banyak situs online yang menyediakan bahan bacaan yang mudah dipahami untuk pembelajar Jepang.

Terlepas dari kesulitan belajar Bahasa Jepang, Anda tentu akan merasa bangga ketika sudah berhasil bercakap-cakap dalam bahasa tersebut. Ingatlah untuk tetap konsisten, tidak menyerah dan selalu berlatih untuk mencapai tujuan. Semoga artikel ini bermanfaat dan memberikan informasi mengenai Bahasa Jepang, khususnya dalam menghadapi sistem aksara Kanji yang membingungkan.

Cara Bicara Jepang yang Berdasarkan Hierarki


Cara Bicara Jepang yang Berdasarkan Hierarki

Bahasa Jepang memiliki banyak kosakata yang tergantung pada hubungan hierarkis antara pembicara dan lawan bicara mereka. Hal ini sering menjadi hal yang menyebalkan bagi orang-orang yang ingin belajar bahasa Jepang karena mereka harus mengingat kata-kata yang tepat sesuai dengan situasi. Berikut adalah beberapa cara bicara Jepang yang berdasarkan hierarki yang perlu Anda ketahui ketika berbicara dengan orang Jepang:

  • Keigo

Keigo adalah bahasa yang digunakan untuk berbicara dengan seseorang yang lebih tinggi hierarkinya daripada Anda, misalnya atasan di tempat kerja atau orang tua dari pasangan Anda. Bahasa Keigo terdiri dari tiga jenis, yaitu sonkeigo (bahasa hormat), kenjougo (bahasa rendah hati), dan teineigo (bahasa sopan). Contoh kasus keigo dalam kalimat adalah sebagai berikut:

  1. SONKEIGO

    Pada saat rapat, katakanlah si atasan meminta kalian untuk fokus pada produksi barang-barang yang baru. Atasan biasanya akan mengatakan “kami meminta bantuan kepada semua orang untuk fokus pada produksi barang-barang baru” (新商品の生産に力をお貸しいただければ幸いです) menggunakan kata kerja yang berada pada tingkat kehormatan tinggi.

  2. KENJOUKEIGO

    Saat Anda bertemu dengan rekan kerja yang lebih senior, cobalah untuk menggunakan kalimat sederhana, seperti atsyaimase (salam perkenalan) atau ogenki desuka? (bagaimana kabarmu?). Dalam contoh ini orang yang lebih senior atau senioritas yang lebih besar menjadi tujuan dari pengungkapan keberadaan, tindakan atau kondisi tertentu yang dipertanyakan.

  3. TEINEIGO

    Bahasa sopan atau teineigo adalah bahasa Jepang yang sering digunakan untuk berbicara dengan orang yang berada di sekitar lingkungan yang sama hierarkinya dengan Anda. Contoh kalimat bahasa sopan dalam percakapan sehari-hari adalah sebagai berikut:

    “Sumimasen, anata no namae wa nan desu ka?” (Maaf, bolehkah saya tahu nama Anda?). Kalimat ini dianggap sopan karena penggunaannya yang tidak terlalu kasar dan tidak terlalu tinggi.

  • Sembahyanggo

Sembahyanggo atau biasa disebut suru-keigo, adalah keigo yang digunakan untuk mengungkapkan penghormatan kepada objek atau barang. Ini biasanya digunakan dalam situasi formal, seperti saat meresmikan sebuah gedung atau benda-benda dalam kehidupan sehari-hari seperti rumah atau mobil. Contoh Kalimat sembahyanggo dalam percakapan sehari-hari adalah sebagai berikut:

“Resutoran ni irasshaimase!” (Selamat datang di restoran kami!). Dalam kalimat ini, “irasshaimase” adalah bentuk kehormatan dari kata kerja “berada” dalam bahasa Jepang.

  • Bokego

Bokego atau ngoko adalah tingkat bahasa yang paling tidak formal dalam percakapan Jepang. Ini digunakan dalam situasi yang sangat kasual, seperti antara teman-teman yang telah lama mengenal satu sama lain. Hal ini juga dapat digunakan ketika seseorang ingin memperlihatkan keakraban saat berbicara dengan orang yang lebih tua atau lebih senior darinya. Contoh kalimat bokego dalam percakapan sehari-hari adalah sebagai berikut:

“Ore wa kyou jikan o matteta yo.” (Saya telah menunggu Anda sepanjang waktu hari ini).

Jika Anda ingin memperdalam pembelajaran bahasa Jepang, Anda perlu mempelajari cara berbicara Jepang yang berdasarkan hierarki. Ini membutuhkan banyak waktu, tetapi ini akan membantu Anda membangun hubungan yang baik dengan orang Jepang dan juga meningkatkan kepercayaan diri Anda saat berbicara Jepang.

Kesenjangan Bahasa Formal dan Informal yang Luas


kebingungan bahasa jepang

Salah satu hal yang membuat orang termotivasi untuk belajar bahasa Jepang adalah untuk menjelajahi budaya dan wisata Jepang yang populer. Namun, kenyataannya belajar bahasa Jepang banyak menyebalkan, terutama karena kesenjangan bahasa formal dan informal yang luas dan menjadi salah satu tantangan yang dihadapi saat belajar bahasa Jepang. Ini terutama terjadi pada tata bahasa dan cara pengucapan kata partikel di Jepang.

Memahami perbedaan antara bahasa formal dan informal di Jepang sangat penting, karena itu sangat mempengaruhi cara bicara dan tulisan yang anda lakukan di setiap situasi. Bahasa formal dikenal sebagai “keigo” di Jepang, dan digunakan dalam situasi formal seperti dalam percakapan bisnis, kerja, dan interaksi dengan orang yang lebih tua atau dianggap lebih penting. Sedangkan bahasa informal digunakan dalam situasi-situasi santai seperti berbicara dengan sahabat atau teman sebaya. Dilain sisi, bahasa informal juga digunakan oleh pegiat budaya dan media sosial, serta idolak yang sering dijumpai di televisi maupun youtube.

Penggunaan Bahasa Formal

Ada tiga jenis bahasa formal dalam bahasa Jepang: “sonkeigo”, “kenjogo”, dan “teineigo”. Biasanya, sonkeigo digunakan dalam percakapan dengan orang tua, atau seseorang yang lebih tua dari pembicara, dan saat berkunjung ke perusahaan besar atau instansi pemerintah yang bersifat resmi. Kenjogo digunakan dalam situasi yang sama seperti sonkeigo, namun lebih banyak digunakan dalam bentuk tulisan daripada percakapan. Teineigo digunakan untuk bicara dengan orang yang lebih muda dari pembicara, serta dalam situasi profesional seperti di tempat kerja resmi.

Salah satu ciri khas keigo adalah menggunakan kata -masu dengan akhiran -desu sebagai bentuk formal di akhir kata kerja. Kata-kata yang digunakan dalam keigo seringkali berkaitan dengan hormat dan kesopanan. Oleh karena itu, bahasa Jepang menekankan bahwa pemilihan kata yang tepat dan sesuai situasi sangat penting.

Penggunaan Bahasa Informal

Bahasa informal di Jepang juga disebut “kudaketa go” dan digunakan dalam situasi sehari-hari, seperti penggunaan kata-kata yang lebih santai dalam percakapan dengan teman atau keluarga. Bahasa ini biasanya menggunakan kata-kata yang sederhana dan kadang-kadang terkesan kurang formal dan sopan. Hal ini terlihat dari banyaknya kata-kata singkat serta penggunaan kata-kata bahasa daerah seperti “Iroiro” yang berarti beragam atau banyak.

Rendahnya penggunaan bahasa formal dalam kegiatan sehari-hari adalah salah satu kontributor antara kesulitan membedakan kata partikel. Bahasa informal mengabaikan penggunaan kata partikel yang benar sehingga kata-kata seperti ‘wa’, ‘ga’, ‘ni’, ‘de’, dan ‘o’ seringkali tidak digunakan sama sekali dalam informasi bahasa sehari-hari.

Mengatasi Kesenjangan Bahasa Formal dan Informal yang Luas

Untuk bisa mengatasi kesenjangan bahasa formal dan informal yang luas ini, belajar bahasa Jepang perlu banyak membaca, mengungkapkan diri, dan memahami nuansa kebiasaan orang Jepang. Menonton film dan drama Jepang, membaca buku, serta mengikuti teks bahasa secara teratur sangat membantu dalam membedakan kedua jenis bahasa tersebut. Pada akhirnya, belajar bahasa Jepang membutuhkan kesabaran dan dedikasi, serta usaha untuk lebih memahami budaya Jepang dan kebiasaan orang-orang disana.

kebingungan bahasa jepang

Jadi, meski mengalami kesulitan, belajar bahasa Jepang adalah sesuatu yang sangat layak dilakukan mengingat kepopuleran budaya Jepang di seluruh dunia. Kesulitan bahasa menjadi tantangan, namun menjadi bagian dari tantangan dalam mempelajari budaya Jepang dan meningkatkan kualitas diri secara keseluruhan.

Sulitnya Memahami Ejaan dan Penulisan Katakana dan Hiragana


Katakana dan Hiragana

Bahasa Jepang adalah bahasa yang sangat unik dan rumit di mata banyak orang. Pada subtopik ini, kita akan membahas mengapa sulit untuk memahami ejaan dan penulisan Katakana dan Hiragana dalam bahasa Jepang.

Katakana dan Hiragana adalah dua jenis huruf yang digunakan dalam bahasa Jepang selain Kanji, yaitu jenis huruf yang berasal dari bahasa China. Katakana digunakan untuk menulis kata-kata yang berasal dari bahasa asing atau kata-kata yang diabsorpsi dari bahasa asing. Sedangkan Hiragana digunakan untuk menulis kata-kata asli Jepang, partikel, dan kata-kata lain yang tidak termasuk dalam kategori Kanji.

Bagi orang yang belajar bahasa Jepang sebagai bahasa kedua, memahami ejaan dan penulisan Katakana dan Hiragana bisa menjadi hal yang sulit, terutama bagi mereka yang tidak akrab dengan bahasa asing. Secara default, orang Indonesia terbiasa dengan abjad yang lebih mudah dipahami seperti huruf latin.

Namun, ada beberapa cara untuk mempermudah pemahaman tentang ejaan dan penulisan Katakana dan Hiragana:

1. Menghafal

Menghafal

Memang terlihat membosankan, tapi dengan menghafal kita bisa lebih cepat memahami kata-kata dalam bahasa Jepang. Ada beberapa aplikasi dan situs online yang bisa membantu kita dalam menghafal huruf dan kosakata baru.

2. Kesalahan Umum

Kesalahan Umum

Salah satu kesalahan umum yang sering terjadi dalam penggunaan Katakana dan Hiragana adalah membingungkan antara “sa” dan “shi”, “tsu” dan “shi”, atau “ha” dan “wa”. Perlu diingat bahwa dalam bahasa Jepang, penggunaan huruf-huruf Katakana dan Hiragana harus tepat sesuai dengan kaidah yang berlaku.

3. Listening and Reading

Listening and Reading

Menonton film atau serial dalam bahasa Jepang, membaca artikel atau buku dalam bahasa Jepang, atau bahkan hanya mendengarkan lagu dalam bahasa Jepang dapat membantu kita dalam memahami ejaan dan penulisan Katakana dan Hiragana. Lebih dari itu, ini juga dapat membantu kita dalam memperluas kosakata.”

4. Belajar dari Guru

Belajar dari Guru

Berguru dengan orang yang lebih berpengalaman atau guru yang ahli dalam bahasa Jepang juga bisa membantu dalam memahami ejaan dan penulisan Katakana dan Hiragana. Melalui orang yang mengajar kita, kita bisa lebih memahami penggunaan huruf-huruf Katakana dan Hiragana dengan lebih cepat dan akurat.

5. Practice, Practice, Practice

Practice

Latihan adalah kunci sukses dalam mempelajari bahasa Jepang. Dalam belajar ejaan dan penulisan Katakana dan Hiragana, kita bisa melakukan latihan dengan menulis huruf-huruf tersebut secara berulang-ulang, membaca kata-kata dalam bahasa Jepang, atau bahkan melakukan tes-tes tertentu yang ada di beberapa situs online.

Jadi, meskipun sulit, mempelajari ejaan dan penulisan Katakana dan Hiragana adalah kunci penting dalam belajar bahasa Jepang. Dengan beberapa cara yang kami jelaskan di atas, diharapkan memperlihatkan jalan dalam mempelajari bahasa Jepang secara efektif dan mudah dimengerti.

Iklan