Sejarah tren rambut wanita Jepang


Rambut Wanita Jepang

Di Jepang, rambut wanita memegang posisi penting dalam budaya, karena dianggap sebagai simbol kecantikan, kesehatan, dan kesuburan. Dalam sejarah Jepang, ada berbagai tren rambut wanita, mulai dari era Heian pada abad pertengahan hingga era modern. Berikut ini adalah sejarah tren rambut wanita Jepang melalui berbagai era.

Era Heian (794-1185 Masehi)


Rambut Wanita Heian Jepang

Era Heian merupakan masa keemasan dalam sejarah Jepang, di mana orang-orang dari kalangan aristokrat dan bangsawan sangat menghargai keindahan dan estetika. Rambut wanita pada masa itu dianggap sebagai simbol kecantikan dan status sosial. Wanita bangsawan biasanya memiliki rambut panjang yang dihias dengan aksesoris dan ornamen yang indah, seperti ribbon, bunga, dan perhiasan emas. Rambut mereka juga diikat dengan bando, sejenis ikat kepala yang terbuat dari sutra.

Era Edo (1603-1868 Masehi)


Rambut Wanita Edo Jepang

Pada era Edo, rambut wanita mulai berubah menjadi lebih sederhana dan praktis, karena banyak wanita yang harus bekerja di luar rumah. Wanita biasanya memakai wig, yang dinamakan katsura, untuk menutupi rambut asli mereka. Wig tersebut dihias dengan bunga dan bulu sehingga terlihat elegan dan anggun. Selain itu, wanita juga memakai kanzashi, yaitu aksesoris rambut yang terbuat dari kayu, permata, atau perak. Kanzashi tersebut digunakan untuk menata rambut yang telah disisir dengan bentuk yang berbeda-beda.

Era Meiji (1868-1912 Masehi)


Rambut Wanita Meiji Jepang

Era Meiji ditandai dengan modernisasi Jepang dan mengadopsi banyak budaya Barat. Rambut wanita pun ikut berubah dan menjadi lebih modern. Wanita mulai memotong rambutnya menjadi pendek dan aktivitas di luar rumah menjadi semakin banyak. Rambut yang pendek dan praktis memudahkan wanita dalam beraktivitas. Namun, tetap mempertahankan sentuhan tradisional, wanita biasanya menata rambutnya dalam gaya sisir buntut kuda dan celak yang tebal. Di era ini pula, permulaan tren pewarnaan rambut untuk pertama kalinya terlihat di Jepang, sehingga warna seperti coklat dan pirang menjadi populer di kalangan wanita.

Era Showa (1926-1989 Masehi)


Rambut Wanita Showa Jepang

Era Showa ditandai dengan konflik bersenjata dan perubahan yang dramatis dalam gaya hidup masyarakat Jepang. Rambut wanita pada masa itu sering diwarnai dengan warna-warna terang dan mencolok, seperti merah atau ungu. Wanita juga memotong rambutnya menjadi berbagai jenis potongan seperti bob, perm, dan shag. Tren rambut rock and roll, khas akhir 1950-an hingga awal 1960-an, sangat populer bagi wanita muda pada masa itu. Namun kembali ke arah konservatif pada tahun 1970-an, dengan banyak wanita yang memilih tampil dengan tatanan rambut yang kalem dan sederhana, yang mengacu pada masa-masa tradisional.

Era Heisei (1989-2019 Masehi)


Rambut Wanita Heisei Jepang

Era Heisei terkenal dengan rambut wanita bercabang. Rambut bercabang adalah tren rambut di mana rambut di bagian depan kepala dibagi menjadi dua, lalu digulung ke belakang seperti telinga kelinci. Wanita Jepang mulai mempopulerkan tren ini pada tahun 1990-an, karena dianggap cocok dengan wajah Jepang yang imut dan kecil. Tren ini bertahan hingga saat ini, meskipun dengan variasi yang berbeda seperti top knot dengan model rambut bervolume.

Dari sejarah tren rambut wanita Jepang, dapat kita lihat bahwa perubahan tatanan rambut sangat dipengaruhi oleh faktor budaya, sosial, dan politik pada setiap masa. Namun, keindahan dan keanggunan rambut wanita Jepang selalu menjadi sorotan, dan terus berkembang dengan sangat baik hingga saat ini.

Peran Rambut dalam Budaya dan Masyarakat Jepang


Rambut Wanita Jepang

Rambut wanita Jepang memiliki peran penting dalam budaya dan masyarakat Jepang. Di Jepang ada kepercayaan bahwa rambut seseorang mencerminkan keadaan lingkungan seseorang, makanya orang Jepang sangat menjaga kebersihan dan kesehatan rambut mereka. Rambut juga menjadi bagian yang sangat penting dalam ritual dan tradisi dalam kehidupan sehari-hari orang Jepang.

Di antara semua jenis rambut, rambut hitam adalah yang paling umum di antara wanita Jepang. Rambut hitam dalam budaya Jepang melambangkan kesucian, kejujuran, dan juga kesetiaan, maka dari itu banyak sekali wanita Jepang yang memilih untuk mempertahankan warna asli rambut mereka.

Namun, selain warna rambut, potongan rambut juga memainkan peran penting dalam budaya dan masyarakat Jepang. Sejak zaman kuno, potongan rambut wanita Jepang dibedakan berdasarkan usia dan status sosial mereka. Wanita muda sering memilih gaya rambut yang lebih bersemangat, seperti potongan pendek dengan poni lurus. Sementara wanita yang sudah menikah cenderung memilih gaya rambut yang lebih pendek dan lebih konservatif.

Di era modern, potongan rambut yang muncul di Jepang sangat bervariasi. Banyak gaya rambut modern yang telah dianggap sebagai trendsetter dan telah menjadi populer di antara wanita di seluruh dunia. Misalnya, gaya rambut yang terkenal adalah gaya rambut Gorenger oleh Yoko Shimada yang terkenal pada tahun 70-an, bob hair cut, dan juga gaya rambut Shenlong.

Selain itu, di Jepang juga terdapat sebuah tradisi menabur rambut yang biasa disebut sebagai ‘tonsura ritual’, di mana rambut dipotong dan dihabiskan sebagai simbol pengorbanan dan kesetiaan kepada Dewa Amaterasu. Di dalam ritual ini, rambut harus dijaga dengan baik dan disimpan dengan baik.

Tak hanya itu, rambut juga sangat sering digunakan sebagai benda seni dalam budaya Jepang. Orang Jepang sering membuat karya seni rambut tradisional yang menggunakan rambut manusia sebagai bahan dasar untuk menciptakan karya seni yang indah dan menawan. Mereka juga membuat boneka yang menampilkan rambut yang sangat panjang dan indah, lalu menggunakan boneka itu sebagai peraturan dalam upacara adat dan ritual.

Kesimpulannya, rambut merupakan jenis benda kecil yang dapat menggambarkan budaya dan masyarakat oran Jepang. Secara umum, rambut wanita Jepang menunjukkan kesetiaan, kejujuran, dan kesucian. Ditambah lagi, potongan rambut juga menggambarkan status sosial dan usia dari pemilik rambut tersebut. Rambut juga dimanfaatkan sebagai bahan seni dan peraturan dalam upacara adat dan ritual. Oleh karena itu, rambut masih sangat penting bagi budaya dan masyarakat Jepang.

Iklan