Konsep “Politeness” yang Sulit Dipahami


Konsep Politeness yang Sulit Dipahami in Japan

Berbicara tentang bahasa Jepang, kita tidak bisa lepas dari perbincangan tentang konsep “politeness” yang menjadi salah satu hal yang sulit dipahami dalam bahasa Jepang. Kenapa konsep ini menjadi hal yang sulit dipahami? Karena pada dasarnya, bahasa Jepang memiliki beberapa level bahasa tergantung pada situasi dan hubungan yang terjalin antara pembicara. Kita harus menggunakan kata-kata yang tepat sesuai dengan situasi agar tidak mengganggu orang yang kita ajak bicara.

Dalam bahasa Jepang, ada konsep kehormatan yang disebut dengan keigo. Ada tiga jenis keigo, yaitu sonkeigo, kenjougo, dan teineigo. Ketiganya mengacu pada tingkat kehormatan tertentu. Nah, yang menjadi masalah adalah ketika kita harus memilih kata yang tepat sesuai dengan status orang yang kita ajak bicara.

Contohnya, ketika kita berbicara kepada orang yang lebih tua dan merupakan orang yang dihormati, kita wajib menggunakan kata bahasa Jepang yang khusus untuk menunjukkan kehormatan pada orang tersebut. Begitu juga dengan ketika kita berbicara kepada sesama teman atau orang yang lebih muda, kita harus kembali menggunakan kata yang sesuai dengan status orang tersebut.

Selain itu, ada juga konsep “tatemae” dan “honne”. Konsep ini mengacu pada ungkapan perasaan yang sebenarnya dan ungkapan perasaan yang harus diucapkan sesuai dengan situasi. Artinya, kita harus mengatakan hal-hal yang sesuai dengan situasi bahkan jika itu berbeda dengan perasaan kita sendiri.

Seperti contohnya ketika seseorang menawarkan sesuatu kepada kita namun kita sebenarnya tidak ingin menerima tawaran tersebut, kita harus tetap mengatakan “arigatou gozaimasu”, yang artinya terima kasih. Hal ini dilakukan sebagai ungkapan sopan yang sesuai dengan situasi meskipun sebenarnya kita tidak berkeinginan untuk menerima tawaran tersebut.

Tentu saja, konsep “politeness” dalam bahasa Jepang tidak hanya terbatas pada hal-hal tersebut. Ada banyak aturan dan etiket yang harus kita pahami jika ingin berbicara dengan bahasa Jepang yang benar. Mulai dari cara menyapa, cara membalas ucapan, hingga cara memanggil seseorang dengan bahasa Jepang yang tepat.

Meski sulit dipahami dan kadang membingungkan, tetap harus dipelajari jika ingin berkomunikasi dengan bahasa Jepang dengan baik dan benar. Untuk memudahkan dalam belajar, kita bisa mencari referensi dan memperdalam pengetahuan kita tentang budaya Jepang secara menyeluruh.

Jadi, itulah beberapa hal tentang konsep “politeness” yang sulit dipahami dalam bahasa Jepang. Mudah-mudahan penjelasan di atas bisa membantu kalian untuk memahami lebih dalam tentang bahasa Jepang dan etiket yang harus dipatuhi.

Kebingungan dengan Kosa Kata yang Sama tapi Beda Arti Berdasarkan Penulisan Kanji


Kanji Jepang

Bahasa Jepang punya karakteristik tersendiri yang membuat banyak orang merasa tertarik dan menyukainya, namun juga banyak yang merasa bahasa Jepang sangat menyebalkan dan sulit dipelajari. Salah satunya adalah kebingungan yang terjadi ketika menemukan kata-kata yang terlihat sama, namun saat penulisan menggunakan kanji yang berbeda dan mengakibatkan artinya berbeda pula.

Penulisan huruf Jepang terdiri dari tiga jenis, yaitu hiragana, katakana, dan yang paling sulit dimengerti adalah kanji. Kanji sendiri berasal dari bahasa Cina Kuno dan diadopsi oleh Jepang. Sudah pasti kanji dalam bahasa Jepang memiliki artinya sendiri-sendiri dan memberikan warna yang berbeda dalam rangkaian kalimat.

Contoh paling simpel adalah 2 huruf kanji yang sama “日本” (nihon), kalau dibacakan saja pasti semua orang tahu artinya adalah Jepang. Namun, ketika digabung dengan huruf kanji lain seperti “日本語” (nihongo) yang artinya bahasa Jepang, maka sudah terlihat kalau kanji “日本” tidak lagi merujuk pada negara Jepang, melainkan pada bahasa Jepang itu sendiri.

Contoh lainnya yang dapat membingungkan banyak orang adalah kata-kata seperti “人気” (ninki) dan “大人気” (daininki). Sama-sama menggunakan huruf kanji “人” yang artinya manusia dalam bahasa Indonesia. Namun, ketika dilihat dari konteks dalam kalimatnya, “人気” artinya populer sedangkan “大人気” artinya sangat populer atau booming.

Manusia kanji

Memang pada dasarnya merupakan hal wajar kalau dalam sebuah bahasa terdapat banyak kata yang terlihat sama namun memiliki arti yang berbeda. Namun, ketika berbicara mengenai bahasa Jepang, maka sulit dipungkiri kalau kanji memberikan pengaruh yang cukup signifikan dalam hal ini. Jepang punya ribuan kanji yang bisa digunakan, dan tentu saja hal ini sangat membingungkan bagi orang awam yang baru belajar bahasa Jepang.

Untuk mengatasi kebingungan ini, maka yang bisa dilakukan adalah dengan berlatih membaca dan mengetahui makna dari berbagai macam kanji yang umum digunakan dalam bahasa Jepang. Pastikan untuk melakukan pembelajaran bahasa Jepang dengan sistematis dan konsisten, karena jagat linguistik Jepang memang memerlukan ketekunan serta kegigihan dalam pelajarannya.

Pelafalan yang Bikin Bingung Bahkan Orang Jepang Sendiri


Pelafalan Bahasa Jepang yang Membuat Orang Indonesia Bingung

Ketika mempelajari bahasa Jepang, salah satu hal yang paling sulit adalah pelafalannya. Bahasan ini terdengar sangat asing ditelinga orang Indonesia, dan pelafalan yang tepat seringkali sulit dilakukan. Bahkan, orang Jepang sendiripun seringkali kesulitan untuk mengucapkan suku kata tertentu. Berikut adalah beberapa pelafalan yang paling menyebalkan dalam bahasa Jepang.

1. Pelafalan R dan L

Pelafalan Jepang r dan l

Suara ‘R’ dalam bahasa Jepang adalah suara yang sangat berbeda dengan selainnya. Jadi, orang Indonesia perlu mempelajari cara memberi suara ‘R’ dalam bahasa Jepang. Sebaliknya, Orang Jepang sering kesulitan dengan ‘L’, karena suara ‘L’ tidak secara alami terdapat dalam bahasa Jepang. Oleh karena itu, mereka cenderung mengubah suara ‘L’ menjadi suara ‘R’.

2. Pelafalan Suku Kata Panjang

Pelafalan Suku Kata Panjang Bahasa Jepang

Dalam bahasa Jepang, terdapat beberapa suku kata yang panjang. Namun, orang Indonesia sering kebingungan saat membaca dan mengatakan suku kata panjang ini dengan benar. Oleh karena itu, bila belum akrab dengan bahasa Jepang, penting untuk mencari tahu mana suku kata yang panjang dan mencari tutorial untuk pelafalannya.

3. Pelafalan ‘TSU’

Pelafalan 'TSU' di bahasa Jepang

‘TSU’ adalah sebuah suku kata yang terdapat dalam bahasa Jepang, namun pelafalannya tergolong unik dan sulit. Kadang-kadang, pelafalan yang salah dapat mengubah makna dari kata tersebut. Ketika seseorang berbicara bahasa Jepang, keberhasilannya dalam mengucapkan kata ini secara tepat dapat membedakan orang yang terlatih dan seseorang yang masih kesulitan dalam bahasa Jepang.

Contoh kalimat dengan pelafalan ‘TSU’:

  • ‘Matsu’ berarti ‘menunggu’.
  • ‘Matsutsu’ berarti ‘secara tidak sengaja menyerang seseorang dengan benda yang tajam’.

Maka, sangat-sangat penting untuk memerhatikan cara mengucapkan suku kata ‘TSU’ dengan tepat agar tidak mengubah keseluruhan makna dari kalimat.

4. Pelafalan ‘F’ dan ‘H’

Pelafalan 'F' dan 'H' Bahasa Jepang

Banyak orang mungkin berpikir bahwa bahasa Jepang dan bahasa Indonesia memiliki banyak kesamaan. Namun terdapat satu perbedaan yang menonjol: huruf ‘F’ dan ‘H’. Dalam bahasa Jepang, suara ‘F’ dan ‘H’ terdengar sangat berbeda dan membuat orang Indonesia yang belum terbiasa, sering kebingungan dalam mengucapkannya. Oleh karena itu, perlu banyak latihan agar dapat terbiasa jika ingin menguasai pelafalan huruf ini secara tepat.

5. Pelafalan Suara Vokal Pendek

Pelafalan Suara Vokal Pendek Bahasa Jepang

Orang Indonesia cenderung menggunakan suara vokal panjang pada hampir semua jenis kata, namun tidak demikian halnya dalam bahasa Jepang. Bahasa Jepang memiliki suara vokal pendek dan panjang. Pada kata-kata tertentu, suara vokal pendek sangat penting dalam membedakan makna dari kata tersebut.

Contoh kalimat dengan pelafalan suara vokal pendek:

  • ‘Koto’ berarti ‘hal’ atau ‘peristiwa’.
  • ‘Kotou’ berarti ‘membangun sebuah tanggal’.

Jadi, sangat penting untuk memperhatikan suara vokal yang pendek ini agar makna kalimat dapat sesuai dengan yang dimaksudkan.

Terkadang, bahasa Jepang dapat menjadi cukup menjengkelkan, tetapi hal tersebut tidaklah salah dan wajar. Karena setiap bahasa memiliki tantangan tersendiri dalam pelafalannya. Lantas, bagaimana jika ingin menguasai pelafalan dalam bahasa Jepang? Hanya satu cara, yaitu praktek dan latihan terus menerus. Semakin sering menggunakan bahasa tersebut, semakin mudah untuk melafalkan kata-kata dalam bahasa Jepang secara tepat.

Sulitnya Mengingat Ratusan Hiragana dan Katakana


Hiragana dan Katakana in Indonesia

Bahasa Jepang terkenal dengan huruf Hiragana dan Katakana yang kesulitan untuk diingat oleh banyak orang, terutama bagi orang Indonesia yang tidak terbiasa dengan bahasa tersebut. Hiragana dan Katakana adalah jenis huruf yang digunakan dalam bahasa Jepang dan hampir seluruh tata bahasa Jepang bergantung pada dua jenis huruf ini. Oleh karena itu, belajar Hiragana dan Katakana adalah kunci untuk mempelajari dan memahami bahasa Jepang dengan baik.

Hiragana dan Katakana masing-masing memiliki 46 huruf. Pada awalnya, tampak seperti jumlah huruf yang sedikit dan terlihat mudah untuk diingat. Tetapi, bagi orang yang baru belajar bahasa Jepang, mengingat ratusan huruf Hiragana dan Katakana dapat menjadi sangat menantang. Proses belajar Hiragana dan Katakana bisa menjadi sulit dan memakan waktu untuk pemula. Tidak hanya itu, ketika harus menulis huruf-huruf tersebut dengan tangan, diperlukan waktu dan latihan yang lebih banyak lagi.

Untuk membuat proses belajar Hiragana dan Katakana menjadi lebih mudah, beberapa guru bahasa Jepang memberikan trik atau metode yang kreatif dan efektif. Contohnya, penggunaan lagu atau rima untuk membantu dalam mengingat huruf-huruf. Ada juga aplikasi yang tersedia di smartphone untuk membantu belajar Hiragana dan Katakana dengan cepat dan efektif. Dalam beberapa kasus, guru bahasa Jepang juga mengadakan kontes menulis Hiragana dan Katakana untuk membantu siswa meningkatkan kemampuan mereka dalam menulis kedua jenis huruf ini.

Tidak dapat dipungkiri bahwa proses belajar Hiragana dan Katakana membutuhkan waktu dan kesabaran. Namun, jika Anda berusaha keras dan tekun, kemudian membiasakan diri dengan huruf-huruf tersebut, maka belajar bahasa Jepang akan terasa lebih mudah. Sebagai orang Indonesia, saya juga mengalami kesulitan dalam mengingat ratusan huruf Hiragana dan Katakana. Untuk mengatasi kesulitan tersebut, saya mencoba untuk membaca buku atau artikel dalam bahasa Jepang, lalu mengenal dan mengingatkannya satu per satu hingga terbiasa.

Selain belajar Hiragana dan Katakana, menulis dan membaca kanji, yang adalah huruf hanzi (karakter Tionghoa) yang ada di bahasa Jepang, juga merupakan hal yang cukup menantang dalam pembelajaran bahasa Jepang. Namun, jika Anda berhasil menyelesaikan tahapan ini, maka kemampuan bahasa Jepang Anda akan meningkat dengan drastis. Poin utama disini adalah kesabaran dan konsistensi. Dalam belajar bahasa Jepang, Anda harus mempersiapkan diri untuk belajar secara terus menerus, tanpa henti.

Secara keseluruhan, mengingat ratusan huruf Hiragana dan Katakana bukanlah hal yang mudah bagi orang yang baru memulai belajar bahasa Jepang. Namun, hal ini adalah langkah awal yang harus diambil untuk mempelajari bahasa Jepang dengan baik. Gunakan trik-trik dan metode dari guru bahasa Jepang untuk mempermudah proses belajar Anda. Ingatlah pula bahwa semua butuh usaha dan waktu, jangan putus asa dan tetaplah konsisten untuk belajar bahasa Jepang. Selamat mencoba!

Kesalahan Gramatikal yang Bisa Membingungkan Pengguna Lainnya


kesalahan gramatikal jepang

Bahasa Jepang seringkali menjadi momok bagi banyak orang karena tata bahasanya yang kompleks dan rumit. Meskipun demikian, kebanyakan orang mungkin telah mempelajari bahasa Jepang sebagai bahasa asing di Sekolah Menengah atau perguruan tinggi. Namun, bahasa Jepang memiliki banyak kesalahan gramatikal yang dapat membingungkan bahkan pengguna yang paling berkualitas. Berikut adalah beberapa kesalahan gramatikal umum dalam bahasa Jepang yang dapat membingungkan pengguna lainnya di Indonesia.

1. Penggunaan Partikel “Wa” Dan “Ga”


penggunaan partikel wa dan ga

Salah satu kesalahan paling umum dalam bahasa Jepang adalah penggunaan partikel “Wa” dan “Ga”. Kedua partikel tersebut memiliki arti yang berbeda dan salah penggunaannya dapat membuat cacat kalimat yang membuat orang bingung untuk memahami arti sebenarnya. Partikel “Wa” digunakan untuk menekankan subyek kalimat dan memberikan informasi umum tentang topik. Sebaliknya, partikel “Ga” digunakan untuk menunjukkan subyek penting dalam kalimat dan menekankan informasi terbaru.

2. Penggunaan Kelompok Kata Benda Dalam Kalimat


kelompok kata benda jepang

Dalam bahasa Jepang, kelompok kata benda memiliki urutan yang berbeda dari bahasa Indonesia. Barisan kata benda dalam bahasa Jepang dimulai dari bunyi-bunyi alam dan makhluk hidup terlebih dahulu, kemudian baru benda-benda mati. Urutan ini dapat membingungkan pengguna bahasa Jepang yang tidak terbiasa. Salah satu contoh yang sering ditemukan adalah pada kalimat “suster yang bekerja di rumah sakit” yang seharusnya ditulis dalam bahasa Jepang “rumah sakit yang suster berkerja”.

3. Penggunaan Verba Dan Adjektiva


penggunaan verba dan adjektiva jepang

Penggunaan verba dan adjektiva dalam bahasa Jepang dapat membingungkan, karena kedua kata tersebut memiliki fungsi serta penggunaan yang berbeda-beda. Bahkan, beberapa kata dalam bahasa Jepang dapat digunakan sebagai verba dan adjektiva. Beberapa contoh kata sering yang dijumpai seperti “Tsutaeru”, sebagai verba artinya “menginformasikan” dan sebagai adjektiva artinya “dapat diakses”.

4. Perbedaan Antar Bahasa Dalam Penggunaan Kosakata


perbedaan bahasa dalam kosakata

Kosakata dalam bahasa Jepang dan bahasa Indonesia cukup berbeda, membuat pengguna bahasa Jepang kadang-kadang salah dalam penggunaan kata-kata tersebut. Bahkan, beberapa kata yang sama terlihat serupa, tetapi memiliki arti yang berbeda-beda berdasarkan konteks dan penggunaannya.

5. Pembagian Waktu


pembagian waktu jepang

Waktu dalam bahasa Jepang seringkali membinggungkan bagi orang-orang yang terbiasa dengan bahasa Indonesia. Dalam bahasa Jepang, waktu dibagi menjadi beberapa bagian, seperti pagi, siang, petang, dan malam. Namun, pemilihan kata untuk menunjukkan waktu ini dapat membingungkan pengguna lainnya di Indonesia. Sebagai contoh, “Asatsuyu” diterjemahkan sebagai embun di pagi hari, sementara “Hiru-gohan” diterjemahkan sebagai makan siang di bahasa Jepang.

Kesalahan gramatikal di atas hanyalah beberapa saja dari banyak kesalahan lainnya dalam bahasa Jepang. Karena itu, penting bagi pengguna Jepang untuk mempelajari bahasa ini dengan lebih baik dan memahami tata bahasanya dengan benar. Untuk itu, diperlukan kerja keras dan semangat untuk terus belajar dan menguasai bahasa Jepang dengan baik, sehingga diharapkan dapat meminimalisir kesalahan-kesalahan tersebut dan berkomunikasi dengan lebih baik dan efektif dengan orang Jepang.

Iklan