Pengertian Kalimat Bentuk Pasif


Kalimat Bentuk Pasif

Kalimat bentuk pasif atau passive voice adalah salah satu bentuk kalimat dalam Bahasa Indonesia yang sering digunakan untuk menunjukkan bahwa subjek dalam kalimat tersebut menerima aksi dari kata kerja yang dilakukan oleh orang atau objek lainnya. Dalam kalimat pasif, subjek menjadi penerima aksi, sementara pelaku atau subyek aktif dalam kalimat tersebut menjadi fokus utama dari kalimat. Dalam bentuk kalimat pasif, kata kerja diubah ke bentuk participle.

Misalnya, kalimat aktif “Saya membeli buku” dapat diubah menjadi kalimat pasif “Buku dibeli oleh saya”. Dalam kalimat ini, buku menjadi fokus utama dari kalimat, sementara saya sebagai pelaku aksi menjadi tidak penting atau bahkan bisa dihilangkan. Dalam kalimat pasif, kata kerja “membeli” juga berubah menjadi bentuk participle “dibeli”.

Seringkali, kalimat pasif digunakan untuk menunjukkan kejadian atau peristiwa yang terjadi tanpa menyebutkan siapa yang bertanggung jawab atau melakukan tindakan tersebut. Namun, dalam beberapa kasus, penggunaan kalimat pasif juga bisa menimbulkan ambiguitas atau kebingungan bagi pembaca atau pendengar.

Salah satu contoh penggunaan kalimat pasif yang sering digunakan adalah pada berita-berita media massa. Misalnya, “Dalam operasi tangkap tangan yang dilakukan oleh KPK, seorang anggota DPR ditangkap karena terlibat korupsi.” Dalam kalimat ini, fokus utama dari kalimat tersebut adalah bahwa seorang anggota DPR telah ditangkap, sementara aksi dan pelaku operasi tidak disebutkan secara jelas. Dengan demikian, kalimat ini dapat memberikan kesan netralitas atau ketidakberpihakan pada pemberitaan tersebut.

Ada beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi kalimat bentuk pasif, antara lain:

  1. Kata kerja diubah ke bentuk participle, yaitu kata kerja yang diberi akhiran “d”, “di”, atau “ter”. Contohnya: diberikan, diketahui, terlupakan.
  2. Subjek kalimat merupakan penerima atau objek dari aksi yang dilakukan pada kalimat tersebut.
  3. Seringkali, kalimat pasif diawali dengan kata “oleh” yang menunjukkan pelaku aksi, meskipun pelaku aksi bisa dihilangkan atau tidak disebutkan.

Dalam bahasa Inggris, bentuk kalimat pasif lebih sering digunakan daripada dalam bahasa Indonesia. Oleh karena itu, kemampuan dalam mengidentifikasi dan menggunakan kalimat bentuk pasif sangat penting untuk meningkatkan kemampuan berbahasa kita, khususnya dalam menulis atau berbicara dalam bahasa Indonesia.

Manfaat Penggunaan Kalimat Bentuk Pasif


Manfaat Penggunaan Kalimat Bentuk Pasif

Kalimat bentuk pasif sering digunakan dalam bahasa Indonesia. Dalam penggunaannya, kalimat bentuk pasif memiliki manfaat untuk memperjelas pesan yang disampaikan dan memberikan penekanan pada objek kalimat.

Salah satu manfaat dari penggunaan kalimat bentuk pasif adalah untuk mengurangi pengulangan subjek dalam kalimat. Dengan menggunakan kalimat bentuk pasif, kita dapat menghindari repetisi yang tidak perlu pada tulisan atau percakapan kita. Contohnya, dalam kalimat “Saul membeli kue. Kue itu dibuat oleh bakedelia,” subjek dari kedua kalimat tersebut adalah “kue”. Namun, dengan menggunakan kalimat bentuk pasif, kita bisa menghindari pengulangan ini, menjadi: “Kue dibeli oleh Saul. Kue itu dibuat oleh Bakedelia.”

Manfaat lain yang terkait dengan penggunaan kalimat bentuk pasif adalah menonjolkan objek kalimat. Dalam beberapa situasi, penekanan pada objek kalimat jauh lebih penting daripada penekanan pada subjek. Misalnya, dalam kalimat “Pemain bola basket itu mencetak 50 poin,” yang lebih penting dalam konteks ini adalah kenyataan bahwa ada 50 poin yang dicetak, bukan siapa yang mencetaknya. Kalimat tersebut dapat diubah menjadi bentuk pasif “50 poin dicetak oleh pemain basket itu” agar menonjolkan objek kalimat.

Selain itu, kalimat bentuk pasif juga berguna untuk menggambarkan suatu tindakan yang terjadi namun subjek tindakan tidak diketahui atau tidak ingin disebutkan. Misalnya, “Batik diproduksi di Indonesia sejak abad ke-19,” kalimat ini dapat diartikan bahwa kita tidak mengetahui siapa yang memproduksi batik pertama kali atau tidak ada informasi tentangnya. Namun, kita masih bisa memberikan informasi mengenai keberadaan dan sejarah batik di Indonesia dengan menggunakan kalimat bentuk pasif.

Selain itu, penggunaan kalimat bentuk pasif juga dapat membantu menghilangkan bias atau pendapat pribadi dari pengguna kalimat. Ini akan membantu memberikan kesan yang lebih netral dan objektif dalam menyampaikan pesan. Misalnya, “Aku percaya Indonesia adalah negara yang paling indah,” kalimat tersebut adalah pendapat dari si penulis. Namun, dengan menggunakan kalimat bentuk pasif, “Indonesia dianggap sebagai negara yang paling indah oleh banyak orang,” tidak ada pendapat atau opini pribadi penyampai pesan.

Ada beberapa cara untuk menghindari pengulangan subjek yang dapat membingungkan dalam kalimat. Salah satunya adalah dengan menggunakan kalimat bentuk pasif. Selain itu, dengan menonjolkan objek kalimat, kita dapat menyeimbangkan penekanan pada subjek dan objek serta memiliki kesan penulisan yang lebih netral.

Cara Membentuk Kalimat Bentuk Pasif dalam Bahasa Jepang


Cara Membentuk Kalimat Bentuk Pasif dalam Bahasa Jepang

Kalimat bentuk pasif adalah suatu kalimat yang mengungkapkan bahwa subjek menerima tindakan dari pelaku atau kata kerja. Dalam bahasa Jepang, kalimat bentuk pasif disebut “uketoru kei” (受け取る系) yang berasal dari kata “ukeru” yang artinya menerima, dan “toru” yang berarti menjadi atau terjadi. Pada subtopik ini, kita akan membahas cara membentuk kalimat bentuk pasif dalam bahasa Jepang.

1. Bentuk Pasif dari Kata Kerja Biasa

Cara membentuk kalimat bentuk pasif dari kata kerja biasa adalah dengan menghilangkan “ru” dari akhir kata kerja, lalu menambahkan “raresu” (られる) pada akhir kata kerja untuk konsonan ringan/hiragana dan “seru” (される) untuk konsonan berat/katakana.

Contoh:

  • 食べる (taberu) (makan) – 食べられる (taberareru) (dapat dimakan)
  • 見る (miru) (melihat) – 見られる (mirareru) (dapat dilihat)
  • 書く (kaku) (menulis) – 書かれる (kakareru) (dapat ditulis)

2. Bentuk Pasif dari Kata Kerja Beraturan

Cara membentuk kalimat bentuk pasif dari kata kerja beraturan adalah dengan mengganti huruf terakhir di kata kerja tersebut dengan “areru” (あれる).

Contoh:

  • 話す (hanasu) (berbicara) – 話される (hanasareru) (dapat dibicarakan)
  • 歩く (aruku) (berjalan) – 歩かれる (arukareru) (dapat ditempuh)
  • 待つ (matsu) (menunggu) – 待たれる (matareru) (dapat ditunggu)

3. Bentuk Pasif dari Kata Sifat

Cara membentuk kalimat bentuk pasif dari kata sifat adalah dengan mengganti huruf terakhir di kata sifat tersebut dengan “areru” (あれる).

Contoh:

  • 高い (takai) (tinggi) – 高くされる (takaku sareru) (dapat ditinggikan)
  • 美しい (utsukushii) (indah) – 美しくされる (utsukushiku sareru) (dapat dibuat indah)
  • 面白い (omoshiroi) (menarik) – 面白くされる (omoshiroku sareru) (dapat dibuat menarik)

Itulah cara membentuk kalimat bentuk pasif dalam bahasa Jepang. Meskipun terlihat sederhana, penggunaan kalimat bentuk pasif ini tetap memerlukan pemahaman yang tepat agar tidak salah dalam penggunaannya. Namun, dengan memperbanyak latihan, Anda akan semakin terbiasa dalam penggunaan bentuk pasif dalam bahasa Jepang.

Contoh Penggunaan Kalimat Bentuk Pasif dalam Percakapan Sehari-hari


percakapan sehari-hari

Kalimat bentuk pasif dalam bahasa Indonesia sering digunakan dalam percakapan sehari-hari. Berikut ini contoh penggunaannya:

  • 1. Menanyakan kabar
    “Kabar kamu bagaimana?” menjadi “Kamu bagaimana kabarnya?”
  • 2. Menebak usia
    “Kamu berapa tahun?” menjadi “Umurmu berapa?”
  • 3. Memesankan makanan atau minuman
    “Tolong saya pesan kopi susu” menjadi “Kopi susu dipesan oleh saya”
  • 4. Memberikan pesan
    “Kamu harus mengumpulkan tugas ini besok” menjadi “Tugas ini harus dikumpulkan besok oleh kamu”
  • pesan kantor bentuk pasif

    Contoh keempat adalah salah satu kalimat pasif yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Istilah kalimat pasif atau kalimat dengan bentuk pasif digunakan ketika kita memberi informasi tentang apa yang terjadi pada suatu objek atau benda. Misalnya, ketika kita memberikan pesan. Dalam pesan tersebut, kita harus menjelaskan objeknya dan terkadang informasi itu harus disampaikan dengan cara yang polos dan langsung. Kalimat aktif mewajibkan subjek dan objek dalam kalimat memiliki peran aktif, sementara kalimat pasif memungkinkan objek itu “menjadi tindakan” dari kata kerja dalam kalimat.

    Contoh kalimat pasif mengalami perubahan dari subjek (kata yang ditulis setelah “oleh”), kata kerja, dan objek. Biasanya namun tidak selalu, subjek/penulis atau pembicara berada dalam dan penekanannya memang lebih pada objek.

    Dalam pesan yang diberikan kalimat pasif lebih cocok digunakan untuk menghindari perselisihan antara pembicara dan subjek, melelangsingkan kalimat yang mencapai tujuan, atau memberi nilai tegas dan formal pada kalimat.

    Contoh penggunaan kalimat pasif dalam pesan misalnya dalam sebuah surat pekerjaan:

    Sehubungan dengan jadwal rapat yang diperkirakan akan tersedia sesudah pukul 15.00, maka rapat dengan tema “Peningkatan Kinerja dan Evaluasi Pegawai” yang direncanakan pada tanggal 22 maret 2021 akan dipindahkan ke Ruangan Parahyangan pada tanggal 25 maret 2021, lokasi dan waktu rapat baru sesuai dengan yang tertulis pada surat pemberitahuan ini.

    Seperti disebutkan sebelumnya, dalam contoh ini, penulis menggunakan kalimat pasif untuk menghindari sengketa dan melelandsingkan kalimat sehingga pesan dapat diterima dengan tepat pada siapa yang ditujunya tanpa tekanan atau pengaruh yang berkaitan dengan pembicaraan yang berlangsung.

  • 5. Memberikan saran
    “Kamu sebaiknya berkunjung ke museum itu” menjadi “Disarankan agar kamu mengunjungi museum itu”

Kesalahan Umum dalam Membentuk Kalimat Bentuk Pasif dan Cara Menghindarinya


kemudahan membentuk kalimat bentuk pasif

Kalimat bentuk pasif adalah jenis kalimat yang terbentuk dari kata kerja bentuk ketiga (V3) dan menggunakan kata bantu “di” atau “ter” untuk menunjukkan bahwa subyek dalam kalimat tersebut tidak melakukan aksi, melainkan menerima aksi yang dilakukan oleh objek. Meskipun mudah untuk membentuk kalimat bentuk pasif, seringkali terjadi kesalahan dalam penggunaannya yang dapat menyebabkan kalimat menjadi rusak atau kurang tepat. Berikut adalah beberapa kesalahan umum dalam membentuk kalimat bentuk pasif dan cara menghindarinya:

1. Salah paham dalam menentukan subjek kalimat

salah paham subjek kalimat

Kalimat bentuk pasif memiliki dua jenis subjek, yaitu subyek aktif dan subyek pasif. Subyek aktif merupakan pelaku atau yang melakukan aksi, sedangkan subyek pasif adalah yang menerima aksi. Penting untuk memperhatikan jenis subjek yang digunakan dalam kalimat, karena hal ini dapat mempengaruhi struktur kalimat dan arti keseluruhan. Salah satu kesalahan umum yang kerap terjadi dalam membentuk kalimat bentuk pasif adalah kurang tepatnya menentukan subjek kalimat. Oleh karena itu, sebelum membentuk kalimat bentuk pasif, maka pastikan terlebih dahulu jenis subjek yang akan digunakan.

2. Menggunakan kata kerja yang salah

kata kerja salah

Kata kerja dalam kalimat bentuk pasif merupakan bentuk ketiga dari sebuah kata kerja atau disebut sebagai V3. Penting untuk memilih kata kerja yang tepat dengan aksi yang dilakukan dalam kalimat. Kesalahan umum yang sering terjadi adalah menggunakan kata kerja yang salah dalam kalimat bentuk pasif. Hal ini dapat mengakibatkan kalimat tidak jelas atau bahkan salah pengertian.

3. Penggunaan kata bantu yang kurang tepat

kata bantu yang kurang tepat

Kata bantu “di” atau “ter” merupakan unsur yang penting dalam kalimat bentuk pasif. Kesalahan yang sering terjadi dalam penggunaan kata bantu adalah penggunaan yang kurang tepat. Misalnya menggunakan kata bantu “di” untuk aksi yang dilakukan dengan sengaja oleh subyek aktif, atau menggunakan kata bantu “ter” untuk menunjukkan aksi yang dilakukan dengan sengaja oleh pelaku atau subyek aktif. Hal ini dapat menyebabkan kalimat menjadi ambigu atau keliru.

4. Kalimat menjadi terlalu formal

kalimat terlalu formal

Kalimat bentuk pasif seringkali digunakan dalam bahasa tulis dan formal seperti makalah, tugas sekolah, dan surat resmi. Namun, penggunaan yang berlebihan atau tanpa perlu dapat membuat kalimat yang dihasilkan terasa kaku dan terlalu formal. Oleh karena itu, gunakanlah kalimat bentuk pasif secara bijak dan tepat untuk menghindari tampilan kalimat yang kaku dan sulit dipahami.

5. Tidak memilih kata yang tepat untuk menjelaskan aksi

kemudahan membentuk kalimat bentuk pasif

Dalam membentuk kalimat bentuk pasif, penting untuk memilih kata yang tepat untuk menjelaskan aksi yang dilakukan. Pilihlah kata kerja yang sifatnya lebih deskriptif dan tidak ambigu. Misalnya, dalam kalimat “Sayuran telah dipanen oleh petani”, kata “dipanen” seharusnya diganti dengan kata yang lebih deskriptif seperti “dikumpulkan” atau “dipetik”. Hal ini akan menghasilkan kalimat yang lebih jelas dan mudah dipahami.

Iklan