Asal-usul Akhiran “-i” dalam Bahasa Jepang


Akhiran -i dalam Bahasa Jepang

Bahasa Jepang terkenal dengan penggunaan aksara kanji, hiragana, dan katakana. Selain itu, bahasa Jepang juga memiliki akhiran “-i” yang sering digunakan pada kata-kata dalam bahasa tersebut. Akhiran “-i” sendiri memiliki arti sebagai kata sifat dalam bahasa Indonesia.

Namun, tahukah kamu bagaimana asal-muasal penggunaan akhiran “-i” ini dalam bahasa Jepang? Sejarah akhiran “-i” ini sendiri cukup panjang dan mengalami perkembangan dari masa ke masa.

Pada zaman kuno, bahasa Jepang masih sangat sederhana dan memiliki tata bahasa yang berbeda dengan tata bahasa modern. Pada masa itu, kata-kata dalam bahasa Jepang tidak memiliki pola tertentu pada akhir kata. Namun, seiring dengan perkembangan bahasa Jepang, pola dasar akhiran “-i” mulai muncul pada abad ke-9 pada era Heian.

Pada masa itu, Akhiran “-i” masih digunakan di awal kata-kata sebagai kata depan yang memiliki arti sama seperti kata “dari” pada bahasa Indonesia. Namun, pada masa Kamakura, akhiran “-i” baru mulai digunakan sebagai kata sifat dan diakhiri pada penghubung kata benda yang di modifikasi.

Dalam tata bahasa bahasa Jepang modern, akhiran “-i” digunakan sebagai kata sifat di akhir kata benda dan memiliki peran yang sama seperti kata sifat pada bahasa Indonesia. Misalnya, kata “anata” yang merupakan kata ganti orang kedua tunggal dalam bahasa Jepang, dapat diikuti oleh kata sifat seperti “kirei” yang memiliki arti “cantik”. Sehingga penggunaan kalimatnya adalah “anata wa kirei desu” yang memiliki arti “Anda cantik”.

Penggunaan akhiran “-i” ini pada kata sifat sendiri memiliki peran yang sangat penting pada bahasa Jepang. Sebab, pada bahasa Jepang tidak mengenal pembentukan kata-kata baru dengan cara menambahkan awalan atau akhiran seperti pada bahasa Indonesia. Oleh karena itu, penggunaan kata sifat yang akhirannya berakhiran pada “i” adalah cara yang efektif dalam memperjelas arti dari kata benda yang dimodifikasi.

Pada bahasa Jepang, penggunaan kata sifat dengan akhiran “-i” dapat dikatakan memiliki keterkaitan erat dengan daya tarik atau keindahan dari suatu objek. Misalnya, kata “kirei” yang berarti “cantik”, tidak hanya dapat digunakan pada manusia, tapi juga dapat digunakan pada benda seperti bunga dan pemandangan alam. Sehingga, penggunaan kata sifat dengan akhiran “-i” ini dapat dipakai untuk menekankan daya tarik atau keindahan dari suatu objek atau benda.

Itulah asal-muasal penggunaan akhiran “-i” pada bahasa Jepang. Meskipun dalam bahasa Indonesia, kata sifat tidak harus diakhiri dengan huruf “i”, namun dalam bahasa Jepang, akhiran “-i” memainkan peran yang sangat penting pada tata bahasanya.

Fungsi Akhiran “-i” sebagai Penanda Kata Kerja


Akhiran-i Indonesia

Akhiran “-i” adalah salah satu akhiran dalam bahasa Indonesia yang dipakai untuk menandai kata kerja. Akhiran ini memiliki fungsi yang sangat penting dalam bahasa Indonesia. Fungsi akhiran “-i” adalah merubah kata dasar menjadi kata kerja, berverbifikasi. Akhiran “-i” ini ditambahkan pada akhir kata dasar untuk menandakan bahwa kata tersebut adalah kata kerja. Jadi, akhiran “-i” sangat penting dan digunakan dalam pembentukan kata kerja di dalam bahasa Indonesia.

Akhiran “-i” biasanya digunakan pada bentuk kata benda atau kata sifat untuk menerangkan suatu kegiatan. Misalnya, kata “buku” menjadi “membaca”, kata “kayu” menjadi “mengukir” atau kata “tinggi” menjadi “meninggi”. Dengan menambahkan akhiran “-i”, kata tersebut menjadi kata kerja yang menunjukkan tindakan atau kegiatan tertentu.

Pada akhiran “-i” juga terdapat beberapa aturan yang harus diperhatikan. Pertama, akhiran ini digunakan pada kata-kata yang tidak memiliki bentuk kerja sendiri, misalnya pada kata benda seperti “buku”, “meja”, “kursi” atau pada kata sifat seperti “tinggi”, “luas”, “panjang”. Akhiran “-i” juga dapat digunakan pada kata yang awalnya adalah kata kerja, tetapi diberikan akhiran “-i” sebagai kata kerja terbitan baru. Contohnya, kata kerja “baca” menjadi “membaca”, kata kerja “tulis” menjadi “menulis”, dan “tidur” menjadi “tiduri”.

Penekanan suara juga harus diperhatikan ketika menggunakan akhiran “-i”. Kata kerja ketika diberi akhiran “-i” akan menekankan pada suku kata terakhirnya. Misalnya, kata “buku” jika ditambah akhiran “-i” menjadi “membaca”, maka penekanannya berada di suku kata terakhir “ca”. Oleh sebab itu, dalam penggunaan kata kerja yang menggunakan akhiran “-i” harus memperhatikan penekanan suara pada kata tersebut.

Apa saja kata kerja yang umum digunakan dengan akhiran “-i”? Ada banyak sekali kata kerja yang menggunakan akhiran “-i” di dalam bahasa Indonesia. Di antaranya adalah:

  • Membaca
  • Menulis
  • Mencuci
  • Menyapu
  • Mengukir
  • Mendengar
  • Menyanyi
  • Memasak
  • Menggambar
  • Melihat

Selain itu, masih banyak lagi kata kerja yang menggunakan akhiran “-i” dalam bahasa Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa akhiran “-i” memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan kata kerja dan juga dalam mewujudkan ragam bahasa Indonesia yang kaya dan beragam.

Perbedaan Penggunaan Akhiran “-i” dalam Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia


akhiran i indonesia

Bahasa Indonesia dan Bahasa Jepang adalah dua bahasa yang berbeda dalam penggunaan akhiran “-i”. Akhiran “-i” di Bahasa Indonesia dan Bahasa Jepang memiliki perbedaan yang signifikan dalam hal tata bahasa dan penggunaan.

Penggunaan Akhiran “-i” dalam Bahasa Jepang

bahasa jepang

Dalam Bahasa Jepang, akhiran “-i” sering digunakan sebagai bentuk kata sifat. Bentuk kata sifat ini digunakan untuk menunjukkan keadaan benda atau kata benda yang berhubungan dengan sifat, bentuk, atau warna. Misalnya, “atakai” yang berarti “hangat” atau “akarui” yang berarti “terang”. Selain itu, akhiran “-i” juga digunakan sebagai bentuk kata kerja berupa kata kerja sederhana atau dasar. Bentuk kata kerja sederhana ini digunakan dalam kondisi penggunaan kata kerja yang sederhana dan tanpa penambahan kata kerja lainnya. Misalnya, “taberu” yang berarti “makan” atau “nomu” yang berarti “minum”.

Penggunaan Akhiran “-i” dalam Bahasa Indonesia

bahasa indonesia

Dalam Bahasa Indonesia, akhiran “-i” tidak digunakan pada bentuk kata sifat dan kata kerja seperti yang terdapat pada Bahasa Jepang. Akhiran “-i” dalam Bahasa Indonesia biasanya digunakan sebagai bentuk akhiran dari kata kerja. Kata kerja ini bisa menjadi bentuk perintah atau bentuk kata kerja yang digunakan dalam kalimat tanya. Misalnya, “beli” yang berarti “membeli” atau “pilih” yang berarti “memilih”.

Perbedaan Penggunaan Akhiran “-i” dalam Konteks Kalimat

contoh kata jepang

Dalam konteks kalimat, perbedaan penggunaan akhiran “-i” juga hadir dalam Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia. Bahasa Jepang memiliki struktur kalimat yang berbeda dengan Bahasa Indonesia, sehingga penggunaan kata kerja dengan akhiran “-i” dalam Bahasa Jepang sering dimasukkan ke dalam struktur kalimat. Misalnya, “taberu” (makan) dibentuk menjadi kata kerja bentuk -masu atau -te, sehingga bisa digunakan dalam kalimat seperti “tabemasu” (saya makan) atau “tabete” (makan dulu). Di sisi lain, Bahasa Indonesia jarang menggunakan akhiran “-i” sebagai bagian dari struktur kalimat. Kata kerja bentuk dasar atau bentuk infinitif lebih sering digunakan dalam Bahasa Indonesia dalam konteks kalimat.

Kesimpulan

kontrakan terbaik surabaya

Dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Jepang, perbedaan penggunaan akhiran “-i” terlihat jelas dalam hal tata bahasa dan penggunaannya dalam konteks kalimat. Sedangkan dalam Bahasa Jepang, akhiran “-i” lebih sering digunakan sebagai bentuk kata sifat dan kata kerja sederhana. Di sisi lain, Bahasa Indonesia lebih jarang menggunakan akhiran “-i” sebagai bagian struktur kalimat dan lebih sering menggunakan bentuk kata kerja dasar atau infinitif. Oleh karena itu, pemahaman yang benar tentang penggunaan akhiran “-i” dalam kedua bahasa ini dibutuhkan untuk menghindari kesalahan dalam penggunaannya dalam percakapan sehari-hari.

Akhiran “i” di Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang kaya akan ragam tata bahasa, salah satunya adalah penggunaan akhiran kata benda “-i”. Dalam penggunaannya, akhiran ini menambahkan unsur keindahan dan penyempurnaan pada kata benda, serta membantu pembentukan kata benda menjadi lebih variatif. Berikut adalah jenis-jenis kata benda yang menggunakan akhiran “-i” di Indonesia:

Kata benda yang berasal dari bahasa Jawa


Kata benda yang berasal dari bahasa Jawa

Indonesia memiliki banyak suku dan budaya, sehingga banyak kata benda yang digunakan sehari-hari berasal dari bahasa Jawa. Beberapa di antaranya memiliki akhiran “-i” untuk menambahkan bentuk kata benda. Contohnya adalah bakul, pakuwaja, dangu, dan banyak lagi.

Kata benda yang berasal dari bahasa Sunda


Kata benda yang berasal dari bahasa Sunda

Bahasa Sunda juga memiliki pengaruh besar dalam bahasa Indonesia, terutama pada kosakata kata benda. Banyak kata benda dalam bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Sunda, misalnya angklung, batik, endog, dan lain sebagainya yang memiliki akhiran “-i”.

Kata benda yang berasal dari bahasa Arab


Kata benda yang berasal dari bahasa Arab

Bahasa Arab juga memiliki pengaruh besar pada bahasa Indonesia, terutama dalam bidang agama dan kebudayaan. Contoh kata benda yang diambil dari bahasa Arab dan memiliki akhiran “-i” adalah zakat, haji, quran, dan banyak lagi.

Kata benda yang bermakna alat atau benda


Kata benda yang bermakna alat atau benda

Akhiran “-i” juga digunakan pada kata benda yang bermakna alat atau benda. Misalnya, baki untuk menunjukkan wadah untuk menyimpan makanan atau minuman, pulpen sebagai alat tulis, dan lain sebagainya. Penggunaan akhiran “-i” pada kata benda ini melambangkan suatu alat atau benda yang tepat, dan menjadi ciri khas bahasa Indonesia.

Akhiran “-i” pada kata benda dalam bahasa Indonesia merupakan contoh nyata dari kekayaan tata bahasa bahasa Indonesia. Penggunaannya memperkaya kosakata dan memudahkan pembentukan kata benda menjadi lebih variatif.

Bentuk Pasif dalam Bahasa Jepang dengan Penambah Akhiran “-i”


Akhiran i in Indonesia

Apa itu Akhiran -i dalam Bahasa Jepang?

Akhiran -i dalam Bahasa Jepang dapat digunakan dalam berbagai situasi linguistik, termasuk untuk membentuk kalimat pasif. Bentuk pasif dalam Bahasa Jepang dipakai ketika subjek tidak berperan aktif dalam melakukan aksi. Alih-alih menyebut subjeknya, kalimat menggunakan kata benda yang dikenal sebagai “topik yang diberi tindakan”. Akhiran -i menandakan bahwa suatu tindakan diterima oleh topik tersebut, seperti dalam kalimat “pakaian dicuci”.

Bentuk Pasif dalam Bahasa Jepang

Bentuk pasif dalam Bahasa Jepang dapat dibentuk dengan menambahkan akhiran -i ke kata kerja. Misalnya, kata kerja miru (melihat) dapat diubah menjadi mirareta (telah dilihat). Bentuk pasif juga dapat digunakan bersama dengan kata sifat, seperti dalam kalimat “ini buku yang populer” atau “buku ini populer”.

Contoh Kalimat dengan Akhiran -i

1. Saya telah makan
2. Saya telah dimakan
3. Mereka telah membeli mobil
4. Mobil tersebut telah dibeli oleh mereka
5. Dia menyapu lantai
6. Lantai sudah disapu oleh dia.

Aplikasi Akhiran -i dalam Bahasa Indonesia

Bentuk pasif dengan akhiran -i juga dapat ditemukan dalam Bahasa Indonesia. Meskipun tidak sama persis dengan Bahasa Jepang, penggunaan akhiran -i dapat memberikan efek yang sama, yaitu menunjukkan bahwa subjek tidak berperan aktif dalam tindakan tersebut.

Contoh Kalimat dengan Akhiran -i dalam Bahasa Indonesia

1. Baju dicuci oleh ibu
2. Anton dimarahi oleh Bosnya
3. Udara tercemar oleh polusi udara
4. Makanan disajikan oleh pelayan
5. Buku tersebut telah dibaca selesai oleh saya.

Bentuk Pasif dalam Bahasa Jepang dengan Penambah Akhiran i

Kesimpulan

Bentuk pasif dalam Bahasa Jepang dengan penambahan akhiran -i adalah bagian penting dari tata bahasa Jepang. Meskipun Bahasa Indonesia tidak memiliki aturan yang sama persis, penggunaan akhiran -i dapat menciptakan efek yang sama dalam kalimat – menunjukkan bahwa subjek tidak berperan aktif dalam melakukan tindakan.

Iklan