Sejarah Kalender Jepang


Kalender Jepang

Kalender Jepang atau sejarah penanggalan Jepang memiliki sejarah panjang sejak zaman kuno. Dalam bahasa Jepang, kalender dikenal sebagai koyomi atau jyuu-ni-kan. Konsep penanggalan atau kalender merupakan aspek yang sangat penting dalam kebudayaan Jepang dan terus dipertahankan hingga saat ini. Tidak seperti kalender Masehi atau kalender Gregorian, kalender Jepang awalnya menggunakan sistem perhitungan bulan dan siklus surya sebagai dasar penghitungannya.

Kalender Jepang pertama kali digunakan sekitar tahun 604 Masehi di Jepang. Pada masa itu, kalender Jepang menggunakan sistem penanggalan Tiongkok yang disebut dengan Tenpyou. Pada tahun 670, Jepang menggunakan kalender baru yang disebut dengan Wado. Sistem penanggalan Tiongkok memengaruhi cara perhitungan waktu di Jepang, bahkan sampai periode modern.

Setelah masa pengaruh Tiongkok, Jepang membuat kalender yang memadukan unsur-unsur penanggalan Tiongkok dan Jepang sendiri. Pada tahun 1872, Jepang memutuskan untuk menggunakan kalender Gregorian dan meninggalkan kalender tradisionalnya. Seiring waktu, masyarakat Jepang mulai merasa terasing dengan kalender Gregorian yang digunakan sebagai alat penghitung waktu resmi di Jepang, sehingga pada tahun 1873 kalender Jepang kembali digunakan sebagai alat penghitung waktu layaknya kalender perhitungan resmi.

Saat ini, kalender Jepang masih digunakan untuk keperluan tertentu seperti menentukan hari libur nasional dan juga merayakan festival budaya Jepang. Kalender ini memiliki keterkaitan erat dengan aktivitas sosial dan budaya. Setiap bulan kalender Jepang memiliki nama, yang biasanya berasal dari aktivitas atau peristiwa tertentu pada waktu itu. Misalnya, bulan pertama dalam kalender Jepang disebut Mutsuki, yang artinya adalah bulan pembuka atau bulan yang menandai permulaan tahun baru.

Melalui perjalanan sejarahnya, kalender Jepang telah banyak mengalami perubahan. Namun, esensi dalam perhitungan waktu yang mengacu pada siklus alam dan kehidupan tetap dipertahankan sehingga memunculkan makna dalam setiap momen dan tradisi yang dilakukan. Hal inilah yang menjadikan kalender Jepang tidak hanya sebagai alat penghitung waktu tetapi juga sebagai pencatat sejarah dan budaya Jepang.

Jenis-Jenis Kalender Jepang


Jenis-Jenis Kalender Jepang

Kalender adalah alat penting yang digunakan untuk menghitung waktu dan menentukan kapan perayaan yang ada di suatu negara. Di Jepang, kalender memiliki peran yang sangat penting dalam kebudayaan tradisional Jepang. Kalender yang digunakan di Jepang berbeda dengan yang digunakan di negara-negara Barat. Berikut adalah jenis-jenis kalender Jepang yang perlu diketahui:

Kalender Lunisolar

Kalender Lunisolar

Kalender Lunisolar adalah kalender yang digunakan di Jepang sejak zaman kuno. Dalam kalender ini, tahun disusun berdasarkan pergerakan bulan dan matahari. Artinya, kalender Jepang menghitung tahun berdasarkan fase bulan dan siklus tahun matahari. Awal tahun dari kalender acestors di Jepang adalah musim semi, bulan pertama. karena pada musim ini, bunga plum sakura yang melambangkan keindahan dan kesejukan. Waktu untuk menentukan musim semi adalah ketika matahari sudah melintasi titik ekuator pada sekitar tanggal 20 hingga 21 Maret. Kalender Lunisolar juga memperhitungkan tahun kabisat dengan menambahkan bulan ekstra. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan keselarasan waktu di antara siklus bulan dan tahun matahari.

Kalender Solar

Kalender Solar

Kalender Solar merupakan kalender yang berdasarkan waktu peredaran bumi mengelilingi matahari. Jepang awalnya menggunakan kalender lunisolar, namun pada tahun 1873, pemerintah Meiji memutuskan untuk mengadopsi kalender Barat atau Solar. Kalender ini menghitung waktu berdasarkan jumlah hari dalam setahun. Tahun Barat dimulai pada 1 Januari dan berakhir pada 31 Desember. Kalender Solar digunakan pada saat melakukan kegiatan-kegiatan modern seperti bisnis, pendidikan, dan administrasi pemerintah.

Kalender Imlek

Kalender Imlek

Kalender Imlek adalah kalender yang digunakan oleh etnis Tionghoa di seluruh dunia untuk menentukan tanggal-tanggal perayaan Imlek. Di Jepang, kalender ini juga digunakan oleh komunitas Tionghoa. Kalender ini memiliki 12 hewan zodiak yang berputar tiap tahunnya. Nah, kalender Imlek di Jepang sendiri biasanya dipakai untuk menentukan tanggal-tanggal perayaan Imlek. Perayaan Imlek yang dilakukan oleh orang Jepang biasanya ditandai dengan menghias rumah, berkumpul bersama keluarga, makan hidangan khas Imlek, dan memberikan angpao (sampul merah berisi uang) pada anak-anak dan orang yang berusia lebih tua.

Kalender Musim

Kalender Musim

Kalender Musim digunakan secara luas di Jepang. Kalender ini berdasarkan warna dan fenomena alam yang muncul pada setiap musim. Seperti, bunga sakura dan pohon jenis lainnya pada musim semi, kaktus cetus pada musim panas, dan momiji (penanggal) pada musim gugur. Kalender musim dapat berubah setiap tahunnya tergantung pada suhu udara. Hal inilah yang membuat kalender musim selalu membentuk tradisi perayaan di Jepang mulai dari kegiatan di sekolah, festival rakyat, dan lainnya.

Nah, itulah beberapa jenis kalender yang digunakan di Jepang. Semua kalender tersebut memiliki perannya masing-masing dalam kehidupan masyarakat Jepang. Meski menggunakan kalender yang berasal dari tradisi lama, namun Jepang tetap mampu menggabungkan gaya hidup modern dengan tradisi jadul dan membuat mereka adalah bangsa yang unik pada zamannya.

Penulisan Tanggal dalam Bahasa Jepang


Kalender Jepang

Kalender Jepang memiliki sistem penulisan tanggal yang berbeda dengan kalender yang biasa kita gunakan, yaitu kalender Masehi. Agar dapat memahami cara penulisan tanggal dalam bahasa Jepang dengan benar, penting untuk mengetahui konvensi penulisan tahun, bulan, dan tanggal.

Tahun dalam Bahasa Jepang


Tahun Jepang

Di Jepang, tahun ditulis dengan menggunakan era yang sedang berlangsung, di mana era tersebut dimulai pada saat seorang kaisar naik takhta. Pada saat ini, era Heisei sedang berlangsung, yang dimulai pada tahun 1989 ketika Kaisar Akihito naik takhta. Setiap era diidentifikasi dengan nama uniknya dan biasanya hanya digunakan dalam kalender dan dokumen resmi. Untuk tahun-tahun sebelum era Heisei, digunakan sistem tahun laporan, seperti pada kalender Masehi. Contohnya, tahun 1990 ditulis sebagai 02 (Heisei kedua) atau 1990 (tahun laporan).

Bulan dalam Bahasa Jepang


Bulan Jepang

Di Jepang, bulan ditulis dalam huruf Kanji (漢字) yang memiliki arti tertentu dan biasanya disertai dengan karakter hiragana (ひらがな) yang menunjukkan pelafalan. Setiap bulan dinamai berdasarkan musim atau peristiwa penting dalam kebudayaan Jepang. Contohnya, bulan pertama (Januari) dinamakan Mutsuki (睦月) yang berarti bulan persahabatan, sedangkan bulan kedua (Februari) dinamakan Kisaragi (如月) yang berarti bulan yang sama seperti Januari.

Selain itu, di Jepang juga terdapat sistem penulisan bulan menggunakan huruf Romaji (abc) yaitu: Januari (Ichigatsu), Februari (Nigatsu), Maret (Sangatsu), April (Shigatsu), Mei (Gogatsu), Juni (Rokugatsu), Juli (Shichigatsu), Agustus (Hachigatsu), September (Kugatsu), Oktober (Jugatsu), November (Jugatsu), dan Desember (Jugatsu).

Tanggal dalam Bahasa Jepang


Tanggal Jepang

Untuk menulis tanggal dalam bahasa Jepang, terdapat dua cara, yaitu menggunakan sistem Arab atau menggunakan sistem Kanji. Sistem Arab dinamakan sebagai “Western style” (洋風, yōfū), sedangkan sistem Kanji disebut “Japanese style” (和風, wafū).

Pada sistem Arab, tanggal ditulis dalam format tanggal-bulan-tahun. Contohnya, tanggal 12 Mei 2021 ditulis sebagai “5月12日” (Go-gatsu jūni-nichi). Di sini, 5 merupakan kode bulan untuk Mei, sedangkan 12 merupakan tanggal. Urutan tahun dapat dituliskan dengan cara menambahkan tahun dalam format Masehi, seperti “2021年5月12日” (ni-sen-ni-jū-ichi nen go-gatsu jūni-nichi).

Pada sistem Kanji, tanggal ditulis menggunakan karakter Kanji yang sesuai dengan tanggal dan bulan. Contohnya, tanggal 12 Mei ditulis sebagai “五月十二日” (Gogatsu jūni-nichi). Pada sistem ini, huruf hiragana dapat ditambahkan untuk memastikan pelafalan yang benar, seperti “ごがつじゅうににち” (gogatsu juuni-nichi).

Nah, itulah penjelasan mengenai sistem penulisan tanggal dalam bahasa Jepang. Meskipun terlihat rumit, tetapi dengan memahami konvensi penulisan, kita dapat menggunakan kalender Jepang dengan benar dan menghindari kesalahan penulisan.

Penggunaan Kalender Jepang pada Acara Tradisional


Kalender Jepang Acara Tradisional

Kalender Jepang atau disebut juga Kanji bermula dari bentuk-bentuk kalender lunar Tiongkok kuno. Para imigran Tionghoa ke Jepang membawa cara menghitung waktu dan aturan penanggalan. Kalender lunar juga digunakan di Vietnam, Korea, dan beberapa negara Asia. Kalender Jepang melengkapi perhitungan kalender Tiongkok dengan penambahan unsur-unsur seni tradisional, seperti shikibishiki (warna musim), zhōngqì (bunga dan pepohonan), dan junishi (shio 12 binatang).

Di Jepang, setiap musim memiliki warna, ramalan shio, dan bunga. Masyarakat Jepang meyakini bahwa kelahiran seseorang ditakdirkan oleh bintang-bintang pada saat kelahirannya. Oleh karena itu, karakteristik seseorang dapat diprediksi melalui kelahiran di tahun, bulan, atau hari tertentu. Itulah sebabnya, kalender Jepang sering digunakan untuk acara-acara tradisional dan memperkuat ikatan sosial di masyarakat.

Berikut adalah beberapa acara adat yang menggunakan kalender Jepang:

Dōshō no Sekku

Dōshō no Sekku

Dōshō no Sekku atau disebut juga Hina Matsuri atau Momo no Sekku, diperingati pada tanggal 3 Maret setiap tahun. Acara ini bertujuan untuk mendoakan kebahagiaan dan kelancaran anak laki-laki. Sejumlah patung boneka yang sering disebut Hina-ningyō, ditempatkan di depan rumah atau di dalamnya dengan peralatan duduk (yakata-bune) yang lengkap. Biasanya Hina-ningyō terdiri dari sepasang tokoh utama Yakko-san dan O-motsu atau dikenal juga dengan Kogō dan Obō.

Tango no Sekku

Tango no Sekku

Tango no Sekku atau disebut juga Irō-uyo atau Kashi no I-gusa, diperingati pada tanggal 5 Mei setiap tahun. Acara ini bertujuan untuk memperingati kesetiaan dan keberanian anak laki-laki. Dalam acara ini, kadang-kadang diadakan kompetisi memanah dan pertarungan boneka samurai, serta mengibarkan bendera dengan simbol yang berhubungan dengan keberanian kekaisaran dan kejayaan.

Tanabata

Tanabata

Tanabata atau disebut juga Shichiseki, diadakan pada tanggal 7 Juli setiap tahun. Acara ini berkisar pada kisah cinta antara pemuda bintang bernama Hikoboshi dengan putri bintang bernama Orihime. Dalam acara ini, orang-orang menulis impian mereka di atas surat dan menggantungnya di atas pohon.

Yukata Matsuri

Yukata Matsuri

Yukata Matsuri atau disebut juga Hari Matsuri, diadakan selama musim panas. Acara ini dimaksudkan untuk menghibur dan mempererat hubungan sosial di antara keluarga, teman, dan kerabat. Orang-orang sering mengenakan pakaian akhir pekan (yukata) dan bersenang-senang di sepanjang jalan. Dalam acara ini, permainan, makanan, dan bekerja sama diadakan agar hubungan masyarakat tetap menjadi sesuatu yang dinamis.

Itulah beberapa acara adat di Jepang yang menggunakan kalender Jepang. Acara yang mengutamakan nilai-nilai budaya ini harus tetap dilestarikan agar tidak hilang dalam sejarah.

Kalender Jepang di Era Modern


Kalender Jepang di Era Modern

Kalender Jepang di Era Modern masih menggunakan sistem penanggalan yang sama dengan kalender lunar yang dikembangkan oleh Dinasti Tang di Tiongkok pada abad ke-7. Namun, perbedaan tahun di Jepang terhitung sejak tahun pemerintahan Kaisar, bukan sejak Masehi, sehingga tahun Jepang sekarang adalah Heisei 33. Selain itu, sistem penanggalan Jepang modern juga menggabungkan unsur-unsur kalender Gregorian yang digunakan oleh Barat.

1. Penanggalan Jepang Modern


Penanggalan Jepang Modern

Penanggalan Jepang modern disebut sebagai “Gregorian Calendar” karena dimodifikasi dari kalender Gregorian yang digunakan di Barat. Sistem penanggalan ini mulai dipakai tanggal 1 Januari 1873, dalam reformasi kalender di era Meiji. Meski mengikuti kalender Gregorian, Jepang tetap menggunakan sistem penanggalan bulan-bulan Lunar tradisional. Ini membuat perbedaan antara kalender Jepang dengan kalender Gregorian, seperti lebarannya Idul Fitri yang merayakan tanggal dalam kalender lunar.

2. Hari Libur Nasional


Hari Libur Nasional di Jepang

Seiring dengan kalender Gregorian, Jepang memiliki tiga belas hari libur nasional resmi sepanjang tahun. Yang terkenal di antaranya adalah Shogatsu, atau Tahun Baru Jepang, pada tanggal 1 Januari. Selain itu, ada Golden Week pada akhir April dan awal Mei, dengan empat hari libur berturut-turut untuk merayakan hari-hari nasional dan memperingati kenaikan tahta Kaisar. Bagi warga Jepang, hari-hari libur nasional ini bahkan bisa jatuh pada hari kerja, namun tetap dianggap sebagai hari libur kerja.

3. Shogatsu


Shogatsu, Tahun Baru Jepang

Tahun Baru Jepang atau Shogatsu adalah salah satu perayaan terbesar di Jepang, dimana keluarga dan kerabat berkumpul dan merayakan pergantian tahun. Mereka juga memakan makanan khas tahun baru, seperti soba dan mochi. Sebelum pergantian tahun, mereka juga membersihkan rumah dan membayar hutang jika ada. Hari ini, Shogatsu masih menjadi perayaan yang sangat dinantikan di Jepang.

4. Era Kaisar Jepang


Era Kaisar Jepang

Kaisar Jepang adalah simbol nasional dan pemimpin spiritual negara. Selama pemerintahannya, sebuah era diberikan nama sesuai dengan lambang atau filosofi yang diusungnya sebagai tanda awal pemerintahannya yang baru. Saat Kaisar baru naik tahta, era baru dimulai, seperti Era Heisei saat ini. Sebelum itu, era diberikan nama sesuai dengan kejadian penting atau tanda waktu yang sesuai dengan penguasa berikutnya.

5. Penggunaan Kalender di Jepang Modern


Penggunaan Kalender di Jepang Modern

Seiring dengan perusahaan multinasional, Jepang menggunakan kalender Gregorian dalam kehidupan sehari-harinya. Tanggal itu biasanya tertulis dalam format M/D/T , jadi jika Anda melihat tanggal 4/8/2021, itu berarti 8 April 2021. Selain itu, banyak restoran dan toko juga menggunakan kalender Gregorian dan terkadang bingung tentang perbedaan antara kalender lunar dan Gregorian.

Jadi, itulah beberapa hal yang perlu diketahui tentang kalender Jepang di era modern. Penggunaan kalender Jepang tetap relevan dalam budaya Jepang, sementara kalender Gregorian juga penting dalam hal bisnis dan komunikasi dengan orang asing. Selain itu, hari libur nasional di Jepang terus disambut dengan penuh semangat, meningkatkan kesejahteraan dan kerja sama sosial.

Iklan