Apa itu Okane Ga Nai dalam Bahasa Jepang?


Okane Ga Nai

Okane Ga Nai adalah judul dari sebuah manga dan anime yang berasal dari Jepang. Dalam bahasa Indonesia, istilah ini dapat diartikan menjadi “Tidak Ada Uang”.

Okane Ga Nai bercerita tentang hubungan antara seorang mahasiswa bernama Ayase Yukiya dan saudagar ilegal bernama Kanou Somuku. Cerita dimulai ketika Ayase terpaksa meminjam uang dari Kanou untuk membayar hutang kakaknya. Namun, Ayase tidak bisa membayar kembali uang tersebut, dan sebagai gantinya, Kanou menawarkan Ayase untuk menjadi “barang” miliknya selama 500 juta yen.

Dalam manga dan anime ini, Ayase dipaksa untuk menjalani kehidupan sebagai seorang “penghibur” yang harus menuruti segala keinginan Kanou. Meskipun begitu, Ayase mulai merasa terikat emosional dengan Kanou dan perlahan-lahan menjalin hubungan yang kompleks dengan saudagar ilegal tersebut.

Okane Ga Nai merupakan karya dari Hashiba Maki, dan manga ini pertama kali diterbitkan pada tahun 2002 di Jepang. Sejak itu, manga ini juga telah diadaptasi menjadi sebuah anime yang tayang pada tahun 2007.

Meskipun Okane Ga Nai memiliki bahasan yang kontroversial, manga dan anime ini mendapatkan popularitas di kalangan pembaca dan penonton. Namun, kita juga harus memperhatikan pesan moral dari cerita ini, yaitu mengenai dampak buruk dari utang dan perilaku ilegal pada kehidupan kita.

Sejarah dan Asal Usul Okane Ga Nai


Okane Ga Nai

Okane Ga Nai atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan judul “No Money” adalah manga karya Sho Hino. Manga ini pertama kali diterbitkan di Jepang oleh Coral Comics pada tahun 2001 dan berakhir pada tahun 2017. Okane Ga Nai terdiri dari 12 volume dengan 41 babak.

Manga ini menjadi populer di Indonesia pada awal tahun 2000-an, karena popularitasnya berhasil menyebar di kalangan pencinta manga dan anime. Bahkan, di Indonesia, manga ini pernah diadaptasi dalam versi anime.

Secara sederhana, Okane Ga Nai bercerita tentang seorang mahasiswa bernama Ayase Yukiya yang nekat meminjamkan uang kepada seseorang yang ia tidak kenal, dengan harapan mengembalikan uang tersebut di kemudian hari. Namun, harapan Ayase itu pupus ketika ia disandera sebagai budak oleh orang yang meminjam uang atau dalam bahasa Jepang disebut usurer. Orang itu bernama Kanou Somuku.

Mereka berdua terjebak dalam perjanjian yang menyatakan bahwa Ayase akan menjadi budak Kanou sampai Ayase berhasil membayar hutang tersebut. Perbudakan Ayase dirahasiakan dan tidak diketahui oleh orang lain, bahkan keluarganya.

Tidak cuma itu, hubungan antara Ayase dan Kanou tidak hanya terpusat pada perbudakan, melainkan berkembang menjadi hubungan yang lebih dalam. Dalam setiap kisah yang terjadi antara Ayase dan Kanou, terdapat sisi emosional yang sangat kuat.

Mungkin sudah banyak manga Jepang yang mempunyai tema yang sama dengan Okane Ga Nai, namun, apakah manga ini termasuk manga yang menceritakan kisah cinta kontroversial? Sepertinya begitu, tetapi tema kontroversialnya tidak hanya terfokus pada cinta sesama jenis atau saya katakan “Yaoi” (manga dengan tema homoerotik), melainkan juga kontroversi tentang tingkah laku Kanou yang terkesan sewenang-wenang pada Ayase.

Kisah Ayase dan Kanou dalam manga ini sangat kontroversial, dimana kisah cinta Ayase dan Kanou terhitung tidak normal dalam pandangan masyarakat, karena tidak mengindahkan faktor usia, posisi mereka di masyarakat, dan masih banyak lagi.

Namun, manga ini mengambil keuntungan dari masalah tersebut dan memberikan pencerahan tentang kebebasan yang ada dalam hal cinta. Karena setiap orang bebas mengambil keputusan dan bertanggung jawab atas keputusan tersebut, termasuk menentukan pasangan hidup dan kehidupan pribadi.

Okane Ga Nai juga memberikan pengertian bahwa dalam mencintai seseorang tidak harus menceritakan semua cerita kehidupan pribadi kita, dan dalam memilih orang yang kita cintai tidak harus ‘disetujui’ oleh orang tua ataupun keluarga.

Inti pesan yang ingin disampaikan dalam manga ini adalah bahwa meskipun kebebasan lengkap dalam cinta memang tidak selalu ada, kita masih bisa membuat keputusan yang tepat. Terlebih, manga ini mampu mengajarkan bahwa meskipun cinta terkadang menyakitkan, tetapi cinta selalu memberikan motivation yang lebih dalam mencari arti kehidupan.

Penggunaan Okane Ga Nai dalam Kehidupan Sehari-hari


okanega

Okane Ga Nai merupakan salah satu manga yaoi asal Jepang yang telah diterjemahkan dan dipopulerkan di seluruh dunia. Alur cerita yang menggambarkan kisah percintaan dua anak muda dari kalangan kaya dan miskin menjadi daya tarik tersendiri bagi penggemarnya.

Tidak hanya menjadi bacaan yang asyik dan menawan, Okane Ga Nai juga menjadi inspirasi bahkan menjadi referensi dalam banyak hal bagi penggemarnya. Beberapa di antaranya adalah:

1. Referensi dalam Dunia Fashion


okanega dalam fashion

Okane Ga Nai memberikan inspirasi bagi para penggemar manga dalam mengaplikasikan gaya busana sesuai karakter dalam komik. Terutama gaya busana karakter Utsumi Yuki, seorang mahasiswa miskin yang selalu mengenakan kemeja putih polos serta celana jins.

Gaya simpel ini banyak disukai karena nyaman dan mudah diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Terutama bagi para pelajar yang mengutamakan kenyamanan dalam berpakaian. Tak heran jika kebanyakan pecinta Okane Ga Nai sering mengenakan atasan putih serta celana jins saat beraktivitas sehari-hari.

2. Membangkitkan Rasa Suka pada Musik Jazz


okanega dan jazz music

Okane Ga Nai menghadirkan nuansa musik jazz di dalamnya. Hal ini mulai memengaruhi para penggemar manga yaoi ini. Nuansa musik yang memukau dalam beberapa adegan yang ditampilkan dalam komik ini menjadikan para pembacanya menjadi tertarik untuk mencari tahu lebih mengenai lagu jenis musik tersebut.

Tak sedikit para pecinta Okane Ga Nai yang kemudian menjadi tertarik pada jazz music dan memilih untuk mendengarkan jenis musik yang satu ini. Hingga kini, banyak dari mereka yang menyamakan musik jazz sebagai representasi dari kehidupan para karakter dalam manga tersebut, karena lagunya yang penuh dengan nuansa romantis dan vintage.

3. Menginspirasi dalam Memahami Makna Persahabatan


okanega dalam persahabatan

Okane Ga Nai juga memberikan nilai lebih dalam memahami makna persahabatan. Terutama hubungan antara ketiga karakter utama yaitu Kanou Somuku, Ayase Yuki dan Yuki Utsumi. Ketiga karakter utama ini belum memiliki hubungan romantis satu sama lain, namun mereka tetap menjaga hubungan persahabatan yang erat.

Banyak yang tertarik pada tema persahabatan yang dihadirkan di dalam komik ini. Menjadikan mereka mulai memperhatikan hubungan persahabatan yang dijalin dalam kehidupan sehari-hari. Seperti menjaga hubungan baik, saling mendukung dan memahami satu sama lain. Sehingga, hubungan persahabatan yang dibangun bisa mendukung dan memberikan lesan kehidupan yang positif.

Jadi, Okane Ga Nai adalah salah satu manga yaoi yang menghadirkan banyak inspirasi bagi penggemarnya. Mulai dari fashion, musik hingga makna persahabatan. Meskipun kisah percintaan yang rumit dan tidak lazim ditampilkan dalam cerita, tetapi tetap memberi pesan moral yang menginspirasi bagi para pembacanya.

Perbedaan Okane Ga Nai dengan Hibiya Line Syndrome


Okane Ga Nai artinya in Indonesia

Okane Ga Nai dan Hibiya Line Syndrome adalah dua manga populer tentang kehidupan di Jepang. Mereka memiliki perbedaan yang cukup signifikan.

Okane Ga Nai, yang artinya “Saya tidak punya uang” dalam bahasa Jepang, adalah manga tentang seorang mahasiswa bernama Ayase Yukiya yang dijual ke seorang tuan tanah kaya, Kanou Somuku, sebagai pembayaran untuk hutang kakaknya. Awalnya, Ayase menolak untuk hidup sebagai budak seksual dan mencoba melarikan diri, tapi kemudian ia jatuh cinta pada Kanou dan mulai bekerja sama dengannya. Manga ini bercerita tentang hubungan antara Ayase dan Kanou yang terus berubah.

Sementara itu, Hibiya Line Syndrome adalah manga tentang seorang pria muda bernama Motoharu Okabe yang terjebak dalam stres dan tekanan hidup modern di Tokyo. Ceritanya meliputi masalah yang dihadapi orang muda di Jepang, seperti kesulitan mencari pekerjaan dan kesulitan menjalin hubungan romantis.

Hibiya Line Syndrome

Perbedaan utama antara Okane Ga Nai dan Hibiya Line Syndrome adalah tentang genre ceritanya. Okane Ga Nai adalah manga yaoi, yaitu cerita tentang hubungan romantis antara dua pria. Sementara itu, Hibiya Line Syndrome adalah manga yang lebih fokus pada masalah kehidupan sehari-hari orang muda Jepang.

Selain itu, Okane Ga Nai lebih fokus pada hubungan antara Ayase dan Kanou, yang terus berubah seiring dengan peristiwa-peristiwa dalam cerita. Sementara Hibiya Line Syndrome berfokus pada kehidupan Motoharu dan bagaimana ia mencoba mengatasi tekanan dan kesulitan dalam hidupnya.

Terakhir, okane Ga Nai memiliki tema khusus tentang kekuasaan, kekayaan, dan budaya materialisme dalam masyarakat Jepang modern, yang dijalani oleh Kanou; sementara Hibiya Line Syndrome membahas masalah sosial dan psikologis yang dialami remaja di masa kini.

Pandangan Masyarakat Jepang terhadap Okane Ga Nai


Pandangan Masyarakat Jepang terhadap Okane Ga Nai

Okane ga Nai (Tidak Ada Uang) adalah manga Yaoi atau manga dengan tema pria sejenis. Banyak orang di Indonesia yang mengenalnya karena dijadikan anime dengan judul yang sama. Namun, tahukah Anda bahwa Okane Ga Nai mendapat pandangan yang berbeda di Jepang?

1. Kontroversi di kalangan orang tua

Kontroversi Orang Tua di Jepang terhadap Okane Ga Nai

Sebagian besar orang tua di Jepang masih konservatif dalam memandang hubungan sejenis. Mereka beranggapan bahwa hubungan sejenis merupakan hal yang salah, tidak normal, dan menyimpang dari norma sosial. Oleh karena itu, banyak orang tua yang keberatan dengan adanya manga Yaoi, termasuk Okane Ga Nai. Mereka mengkhawatirkan jika anak-anak mereka mempelajari gaya hidup yang salah dan tidak sesuai dengan nilai-nilai yang mereka anut.

2. Pengaruh terhadap remaja

Pengaruh Okane Ga Nai terhadap Remaja Jepang

Dalam budaya pop Jepang, manga dan anime merupakan bagian yang sangat penting. Mereka memiliki pengaruh besar terhadap remaja Jepang, termasuk pengaruh tentang seksualitas dan hubungan sejenis. Seiring dengan populernya Okane Ga Nai, banyak remaja Jepang yang menjadi terbuka dengan hubungan sejenis. Ini tentu saja disambut dengan baik oleh sebagian remaja yang memiliki orientasi seksual yang berbeda, namun disesalkan oleh sebagian orang tua.

3. Pandangan dari kelompok tertentu

Pandangan Kelompok Tertentu terhadap Okane Ga Nai

Di Jepang, ada kelompok tertentu yang menilai Okane Ga Nai sebagai karya yang menampakkan kebiasaan buruk dari masyarakat perkotaan. Mereka beranggapan bahwa hubungan sejenis tidak sesuai dengan etika moral dan merusak norma sosial. Kelompok ini sering mengkritik manga Yaoi secara umum, termasuk Okane Ga Nai, sebagai karya yang tidak pantas untuk dikonsumsi oleh masyarakat Jepang.

4. Dilema antara kebebasan berkreasi dan nilai moral

okanega nai anime review

Sebagai negara yang berbudaya tunduk pada norma dan etika, Jepang sering berada dalam dilema antara kebebasan berekspresi dan nilai moral. Di satu sisi, manga dan anime memberikan ruang yang luas bagi para seniman untuk berkreasi dan mengekspresikan diri tanpa batas. Di sisi lain, mereka juga harus memperhatikan keterbatasan norma dan etika Jepang agar tidak menimbulkan kontroversi dan ketidaknyamanan di kalangan masyarakat.

5. Toleransi di kalangan masyarakat urban

Toleransi Masyarakat Urban Jepang terhadap Okane Ga Nai

Meskipun terdapat kekhawatiran dan kritik dari sejumlah orang dengan adanya manga Yaoi seperti Okane Ga Nai, masyarakat perkotaan Jepang cukup toleran dengan keberadaannya. Sebagai negara yang tengah melewati transformasi sosial dan budaya, Jepang semakin terbuka dalam menerima perbedaan. Banyak orang di perkotaan Jepang yang menikmati karya manga dan anime Yaoi, termasuk Okane Ga Nai, sebagai bentuk hiburan yang tidak perlu diambil secara serius.

Dalam sisi lain, beberapa orang di Jepang melihat popularitas Okane Ga Nai sebagai representasi yang baik dalam masyarakat yang majemuk. Mereka berpendapat bahwa anime dan manga seperti Okane Ga Nai penting untuk memperkenalkan gaya hidup yang berbeda dan mengajarkan nilai untuk saling menghormati dan menerima orang lain tanpa prasangka.

Secara keseluruhan, pandangan masyarakat Jepang terhadap Okane Ga Nai datang dari berbagai macam kelompok. Orang tua cenderung konservatif dan mengkritiknya sebagai hal yang buruk untuk anak-anak mereka, kelompok tertentu menghujatnya sebagai karya bermoral rendah, sedangkan di kalangan remaja dan masyarakat urban terlihat lebih toleran dan menerima adanya manga Yaoi sebagai bagian dari hiburan.

Iklan