Mengetahui Jenis-Jenis Alat Musik Tradisional Jepang


Shakuhachi Flute

Jepang adalah negeri yang kaya akan keanekaragaman budaya dan seni. Salah satu seni yang paling terkenal dari Jepang adalah musik tradisionalnya. Alat musik tradisional Jepang, atau juga dikenal sebagai gagaku, terdiri dari berbagai macam instrumen musik. Instrumen musik tradisional Jepang ini sangat unik dengan nada dan suara yang khas. Berikut adalah beberapa jenis alat musik tradisional Jepang yang patut untuk kamu ketahui.

1. Shakuhachi Flute


Shakuhachi Flute

Shakuhachi flute adalah salah satu alat musik tradisional Jepang yang sangat terkenal. Flute ini berasal dari bambu dengan panjang sekitar 54 sentimeter. Jenis alat musik ini sering dimainkan sendirian untuk mengekspresikan perasaan dan emosi dari penerima musik yang mendengarkannya. Salah satu karakteristik khas dari shakuhachi flute adalah suaranya yang penuh dengan nuansa melankolis dan sangat cocok dimainkan pada malam hari. Bahkan alat musik ini populer bukan hanya di Jepang, melainkan seluruh dunia.

Shakuhachi flute sering ditemukan dalam bentuk solo, tetapi juga sering digunakan dalam grup musik tradisional seperti gagaku dan dalam musik Zen. Biasanya para maestro akan memainkan shakuhachi flute untuk membangkitkan pemikiran dan inspirasi dalam kegiatan tepat seperti dalam meditasi dan olahraga yoga.

Shakuhachi flute merupakan alat musik tradisional yang sangat penting dalam budaya Jepang, dan penampilan para pemainnya sangat dihargai dan dianggap sebagai seniman di berbagai event. Alat musik ini juga kerap digunakan dalam jenis musik populer terbaru. Memang, shakuhachi flute terus berkembang beserta zaman, tetapi ini tetap merupakan bagian khas dari area budaya tradisional Jepang.

Kenalan Dengan Koto


Kenalan Dengan Koto

Koto adalah salah satu instrumen musik tradisional Jepang yang berasal dari zaman Heian (794-1185). Koto dipercaya sebagai instrumen musik yang mulai dikenal sejak awal abad ke-18. Alat musik ini terbuat dari kayu dan dawai yang terdiri dari 13 senar. Koto biasanya dimainkan dengan cara dipetik. Koto merupakan instrumen musik yang cukup kompleks, sebab pemainnya harus memiliki teknik pemanipulasian yang baik. Koto sering dimainkan dalam konteks musik tradisional Jepang, seperti Gagaku dan Musik Minyo.

Bentuk yang khas dari Koto terdiri dari kotak berlubang dengan lebar mencapai 190 cm dan panjang sekitar 70 cm. Koto diletakkan di atas stand berbentuk U. Pemukul diletakkan di tangan kanan dan menggunakan kembali jari tangan kiri untuk menarik senar secara berirama musik. Sedangkan bentuk Koto modern, biasanya dirancang lebih fleksibel dan ringkas. Koto juga kerap dipadukan dengan instrumen musik lainnya, seperti Shakuhachi (seruling bambu) dan Biwa (alat musik tradisional lainnya).

Salah satu pemain Koto terkenal di Indonesia adalah Ayako Ishikawa. Ayako merupakan pemain Koto berkebangsaan Jepang yang dikenal sebagai artis serba bisa. Selain memainkan Koto dengan mahir, Ayako juga bisa memainkan Biola, Piano, dan gitar. Kiprah Ayako di dunia musik membuatnya sering diundang di beberapa acara musik di Indonesia.

Gitar Khas Dari Jepang


Gitar Khas Dari Jepang

Gitar khas dari Jepang memiliki beragam jenis. Namun, salah satu jenis gitar khas tersebut adalah Shamisen. Shamisen adalah instrumen musik tradisional Jepang yang dimainkan dengan cara dipetik. Dalam hal bentuk, Shamisen memiliki leher yang sangat panjang, memanjang hingga sekitar 100 cm lebih.

Seperti halnya Koto, Shamisen juga terbuat dari kayu sebagai bahan utama pembuatannya. Pada Shamisen, terdapat hanya 3 senar yang dipasang pada kayu bagian tengah. Anda bisa memainkan Shamisen dengan memegangnya dengan tangan kanan dan memetik senar dengan bantuan pick-up yang dipegang oleh tangan kiri. Suara yang dihasilkan dari Shamisen lebih bersuara melengking.

Bentuk Shamisen menjadi konotasi musik enka, musik rakyat Jepang dan juga sebagai mode Dominan semasa zaman Edo. Beberapa musisi Jepang yang terkenal dengan Shamisen, seperti Masahiro Nitta dan Chie Hanawa. Keduanya merupakan pemain Shamisen yang sangat andal dan meraih beberapa penghargaan sebagai musisi Shamisen terbaik di Jepang.

Banyaknya pemain musik yang sudah mulai beralih ke musik modern, tak membuat musik tradisional Jepang luntur bahkan semakin meluas. Kita bisa menemukan banyak instrumen musik khas Jepang di Indonesia seperti Koto dan Shamisen. Kehadirannya di Indonesia pun menuai antusiasme dari publik. Bahkan, beberapa lembaga musik di Indonesia mulai menambahkan instrumen musik khas Jepang ini sebagai program pembelajaran dalam kelas musik mereka. Hal ini diharapkan mampu memperkenalkan kembali musik-musik tradisional Jepang dan merangsang minat para pemuda Indonesia untuk menekuni musik tradisional.

Shakuhachi, Alat Musik Tiup Populer Pertama Di Jepang


Shakuhachi Japan

Shakuhachi adalah alat musik tiup tradisional Jepang yang telah digunakan selama berabad-abad. Alat musik ini memiliki sejarah yang panjang dan terkait dengan tradisi Zen, di mana kegiatan memainkan shakuhachi digunakan untuk membantu praktik meditasi. Shakuhachi pertama kali dibawa ke Jepang dari daratan Cina pada abad kesembilan dan satu-satunya alat musik dalam konvensi nembutsu (upacara doa) agama Buddha Zen pada saat itu.

Shakuhachi adalah alat musik yang terbuat dari bambu dan memiliki enam lubang, dan pemain shakuhachi menggunakan teknik pukulan kecil dan peniupan untuk mengeluarkan suara yang lembut dan indah. Alat musik ini juga digunakan untuk mengiringi tarian tradisional Jepang, serta dinyanyikan bersama dalam nyanyian liris yang biasa disebut shakuhachi honkyoku.

Dari segi penampilan, shakuhachi memiliki bentuk yang unik, dengan diameter besar dan panjang yang memanjang. Di ujung bawah alat musik, akan terdapat lubang yang dimainkan dengan cara menggerakkan sepotong bambu yang berfungsi sebagai mulut pemain untuk meniup udara ke dalam lubang tersebut.

Shakuhachi menjadi begitu populer di Jepang pada abad ke-19, di mana banyak seniman yang mencoba mempelajari jalan suara shakuhachi untuk dikombinasikan dengan instrumen musik lainnya. Banyak juga komponis Jepang yang menggabungkan unsur-unsur shakuhachi dalam karya musik tradisional Jepang, seperti lagu rakyat dan musik tekanan.

Saat ini, shakuhachi masih digunakan secara populer di kalangan masyarakat Jepang, dan di seluruh dunia, terutama di kalangan penggemar musik etnik. Karena nilai sejarah dan kebudayaannya, pada tahun 2004 pemerintah Jepang mengumumkan shakuhachi sebagai perlindungan budaya yang penting bagi negara tersebut.

Bagi para penggemar musik tradisional Jepang, shakuhachi adalah alat musik yang sangat penting untuk dipelajari dan diapresiasi. Tidak hanya mempromosikan kebudayaan tradisional Jepang kepada dunia, tetapi juga mendorong pemain shakuhachi untuk mempraktikkan konsentrasi dalam meditasi.

Melodi Syahdu Dari Biwa


Biwa Instrument

Biwa merupakan salah satu alat musik tradisional dari Jepang yang memiliki melodi syahdu dan indah. Alat musik ini memiliki bentuk yang mirip dengan gitar akustik namun dengan ukuran yang lebih kecil. Biwa biasanya dibuat dari bahan kayu dengan senar sebanyak empat atau lima. Alat musik ini dimainkan dengan cara dipetik dengan menggunakan jari-jari pada tangan kiri dan menggunakan pick pada tangan kanan.

Biwa memiliki sejarah yang sangat panjang di Jepang sejak zaman Nara pada abad ke-8. Pada zaman itu, Biwa digunakan sebagai alat musik yang menyertai kisah-kisah tentang agama dan mitologi. Selain itu, Biwa juga digunakan sebagai alat musik pengiring ritual keagamaan serta rombongan pilgramage.

Pada zaman Heian, Biwa menjadi alat musik pengiring cerita-cerita hikayat berjudul “The Tale of the Heike.” Alat musik ini dimainkan oleh pengembara yang berkeliling dari satu desa ke desa lainnya untuk memberikan pertunjukkan cerita kepada masyarakat. Biwa juga digunakan sebagai alat musik pada ritual keagamaan di kuil-kuil.

Selain itu, Biwa memiliki nilai estetika yang sangat tinggi dalam seni musik Jepang. Selain melodi syahdu dan indah, alat musik ini juga dianggap sebagai simbol keindahan dan kebijaksanaan. Kini, Biwa masih bisa dipertontonkan dengan diiringi oleh para ahli seni musik tradisional Jepang diseluruh dunia.

Alat Musik Petik Asal Negeri Sakura


Koto instrument

Koto adalah salah satu alat musik tradisional dari Jepang asal negeri Sakura yang sangat populer dan digemari hingga kini baik digunakan untuk keperluan acara-acara tradisional maupun konser musik.

Koto memiliki desain yang sangat unik. Bentuknya menyerupai sebuah harpa, hanya saja dengan ukuran yang lebih besar. Alat musik ini terbuat dari berbagai jenis kayu pilihan yang dirangkai dengan presisi oleh pengrajin khusus. Koto memiliki ratusan senar daripada Biwa dan dimainkan dengan cara dipetik dengan menggunakan jari-jari tangan.

Koto telah hadir di Jepang sejak zaman Heian dan menjadi bagian penting dari musik tradisional Jepang. Biasanya Koto digunakan sebagai alat musik pengiring lagu-lagu klasik Jepang atau sebagai pengiring pada pertunjukan kabuki (teater Jepang).

Meski telah ada selama berabad-abad, namun Koto tetap menjadi pilihan utama dalam musik kontemporer Jepang. Salah satu musisi legendaris dari Jepang, Michio Miyagi, mempopulerkan Koto hingga ke mancanegara dengan karya-karya orisinilnya yang mengadaptasi Koto ke dalam lagu-lagu populer.

Hingga kini, Koto masih terus berkembang dan digunakan sebagai alat musik pengiring yang indah dan eksotis serta semakin populer hingga ke seluruh penjuru dunia.

Kecapi


Kecapi instrument

Kecapi adalah sebuah alat musik petik tradisional yang populer di beberapa negara Asia terutama Indonesia, Malaysia dan Thailand. Pengembangan Kecapi ini bahkan dikatakan berasal dari wilayah Asia Tenggara.

Kecapi terdiri dari 10 atau 12 senar yang saling bersilangan dan terbuat dari bahan-bahan yang bervariasi mulai dari kayu, tanduk, kulit atau logam. Alat musik ini biasanya dimainkan dengan cara dipetik menggunakan jari-jari atau menggunakan sebuah penyangga yang terbuat dari rotan sebagai alat bantu.

Kecapi memiliki sejarah yang panjang di Indonesia dimana alat musik ini biasanya digunakan sebagai pengiring alunan musik tradisional seperti dalam gamelan dan tembang sunda. Kini, Kecapi juga telah digunakan dalam pertunjukan musik modern seperti pop, rock dan jazz.

Selain itu, kecapi juga digunakan sebagai alat musik ciptaan dan atraksi solo dalam pertunjukan kreatif. Meski kini bahan pembuatan sudah beragam, namun sebagian guru musik lebih memilih Kecapi yang terbuat dari tanduk yang menurut mereka menghasilkan suara yang lebih khas dan enak didengarkan.

Kecapi menjadi salah satu alat musik petik tradisional yang kian identik dengan budaya Indonesia dan kini menjadi salah satu lambang kekayaan budaya dan identitas bangsa Indonesia.

Alat Musik Unik Dari Jepang: Taiko, Drum Raksasa Yang Dipukul Dengan Palu Kayu


Taiko

Taiko adalah alat musik tradisional Jepang yang dikenal dengan nama “drum Jepang”. Taiko digunakan dalam ritual keagamaan dan festival, dan sering dimainkan dalam kelompok grup. Taiko memiliki berbagai ukuran, mulai dari yang kecil hingga sangat besar. Taiko yang paling terkenal adalah taiko raksasa atau o-daiko yang dipukul dengan palu kayu yang besar dan berat.

Taiko raksasa biasanya terbuat dari kayu atau bubinga, dan kulit yang melapisi drum utama terbuat dari kulit sapi atau kerbau. Dibandingkan dengan taiko yang lebih kecil, taiko raksasa mempunyai suara yang lebih dalam dan keras, dan juga bersuara lebih lama.

Taiko raksasa dipukul dengan palu kayu yang disebut bachi. Bachi ini terbuat dari kayu keras dan biasanya memiliki tingkat kekerasan yang berbeda sesuai dengan ukuran taiko. Selain itu, ada juga teknik khusus dalam memukul taiko raksasa yang disebut kiai, suara pernapasan yang kuat dari pemain taiko yang memberikan unsur musik yang dinamis.

Taiko raksasa

Biasanya grup taiko terdiri dari lima atau enam pemain, dan setiap pemain memegang taiko yang berbeda ukuran. Mereka menggunakan teknik yang berbeda dalam memukul taiko agar menghasilkan ritme musik yang kompleks. Bagi sebagian orang, pemilihan ukuran taiko yang tepat dan teknik dalam memainkannya adalah hal yang sangat penting karena dapat mempengaruhi kualitas musik yang dihasilkan.

Taiko raksasa sudah menjadi bagian penting dalam banyak festival di Jepang sejak zaman kuno. Satu di antaranya adalah kuil di Gunung Takao, Tokyo, yang mengadakan acara tahunan di mana puluhan pemain taiko memainkan taiko raksasa di bawah sinar matahari terbenam. Acara ini menarik banyak pengunjung lokal maupun turis dari seluruh dunia.

Pada tahun-tahun terakhir, taiko juga semakin populer di luar Jepang. Banyak grup taiko yang berasal dari negara lain, seperti Amerika, Inggris, dan Selandia Baru, yang banyak berlatih dan memahami teknik memainkan taiko sebelum akhirnya tampil dalam acara-acara yang diadakan oleh kelompok taiko utama di Jepang. Hal ini membawa taiko di luar Jepang dan menjadi alat musik yang semakin dikenal di seluruh dunia.

Iklan