Kebingungan dengan tiga abjad utama


Bahasa Jepang Menyebalkan

Jepang dikenal sebagai salah satu negara dengan bahasa yang cukup rumit dan unik. Hanya dengan memandang tulisan bahasa Jepang saja, kamu akan merasa terkesima dengan huruf-huruf yang terlihat seperti simbol-simbol yang misterius. Jika kamu sering belajar bahasa Jepang, maka kamu pasti akan memiliki banyak pengalaman yang menarik terkait ketiga abjad utama di bahasa Jepang. Kamu akan merasa kesulitan ketika harus memahami dan menguasai tiga abjad tersebut. Nah, berikut ini adalah beberapa hal yang membuat bahasa Jepang dengan tiga abjad utamanya menjadi sangat menyebalkan di Indonesia.

Hiragana

hiragana

Abjad pertama ialah hiragana. Huruf-huruf dalam hiragana digunakan untuk menunjukkan pengucapan Jepang yang lebih umum. Hampir semua kanji dalam bahasa Jepang pernah dihasilkan dari hiragana. Meskipun begitu, hiragana sendiri memiliki banyak sekali simbol yang bisa kamu temui dan hafalan yang cukup melelahkan. Jadi, kamu butuh waktu yang lama untuk mengingat seluruh lambang dalam hiragana serta untuk dapat membaca nya dengan baik dan benar.

Katakana

katakana

Abjad kedua ialah katakana. Sesuai dengan namanya, katakana lebih sering digunakan pada kata-kata yang berasal dari bahasa asing. Bahasa asing yang paling sering dijumpai merupakan bahasa Inggris. Kamu mungkin akan terkejut ketika menemukan sebuah kata bahasa Inggris namun ditulis menggunakan abjad katakana. Seperti hal nya hiragana, katakana pun mempunyai banyak sekali huruf. Kamu perlu menghafalnya satu per satu untuk dapat memahami kata-kata dalam bahasa Jepang yang menggunakan katakana.

Kanji

kanji

Abjad ketiga ialah kanji. Kanji merupakan huruf-huruf yang sangat rumit dan membosankan. Hampir semua kanji memiliki arti yang unik dan sering digunakan untuk menunjukkan kata-kata yang sangat penting dalam bahasa Jepang. Kamu perlu sekali lagi menghafal seluruh simbol tersebut supaya bisa membaca dan menulis kata-kata yang mengandung kanji di dalamnya. Tak hanya itu, bentuk tulisan akan sangat membingungkan kalau kamu tak memahami maksud dari beberapa simbol itu.

Kesulitan yang kamu hadapi ketika belajar bahasa Jepang menggunkan tiga abjad cukup mengganggu. Kamu akan mengalami rasa frustasi ketika harus menghafal seluruh simbol dari ketiga abjad tersebut. Namun, kamu juga takkuasa untuk meninggalkan ketiga abjad utama dalam bahasa Jepang. Karena tanpa menguasai ketiga abjad itu, kamu tak akan bisa membaca dan menulis kata-kata dalam bahasa Jepang dengan benar.

Banyak Tenses yang Membingungkan


bahasa jepang menyebalkan

Bahasa Jepang dikenal sebagai salah satu bahasa yang memiliki banyak bentuk kata kerja atau tenses. Banyaknya tenses yang dimiliki bahasa tersebut seringkali mengundang rasa kesulitan bagi orang Indonesia yang sedang mempelajarinya. Bahkan, banyak orang yang merasa bosan dan frustrasi saat belajar tenses-tenses ini.

Seperti yang sudah diketahui, bahasa Jepang terbagi menjadi formal dan informal. Namun, dalam bahasa Jepang, ada banyak sekali kata kerja yang berubah-ubah bentuknya tergantung pada kondisi yang ada. Contohnya adalah kata kerja yang digunakan untuk menyatakan bahwa sesuatu sedang dilakukan dengan menggunakan kata “te”. Bentuk ini biasanya digunakan dalam situasi formal dan informal. Entah itu dalam percakapan sehari-hari, interaksi di tempat kerja, atau ketika berbicara dengan orang-orang yang lebih tua. Dalam contoh ini, seseorang harus memperhatikan berbagai bentuk bahasa Jepang agar dapat memahami kegunaan dan artinya.

Dalam bahasa Jepang, bentuk kata kerja yang paling dasar biasanya terdiri dari tiga kata dasar yang dikenal sejak sekolah dasar yaitu “masu”, “na-i”, dan “te-iru”. Bentuk kata kerja ini biasanya sangat teratur dan mudah dipahami. Akan tetapi, tenses-tenses yang lebih kompleks sangat membingungkan karena dapat berubah bentuk menjadi pasif, kausatif, dan sebagainya. Belum lagi, bentuk kata kerja yang cukup sulit seperti “te shimau” yang hanya digunakan pada situasi tertentu atau bahkan memiliki arti dan makna yang berbeda tergantung pada percakapan.

Memahami tenses Jepang memang memerlukan waktu yang cukup lam. Namun, selain itu, orang juga harus memperhatikan kosakata dan tata bahasa Jepang yang digunakan saat berbicara dengan lawan bicara. Dalam bahasa Jepang, kondisi waktu sangat memengaruhi makna dari kalimat dan dapat mempengaruhi makna bahkan sampai pada kebingungan dalam percakapan. Jadi, tidak ada rugi-ruginya bagi teman-teman semuanya untuk terus berlatih dan belajar tentang bahasa Jepang secara lebih intensif.

Bahkan, untuk benar-benar menguasai bahasa Jepang, teman-teman juga harus memperhatikan intonasi dan makna dalam bahasa Jepang. Bahasa Jepang dikenal sebagai bahasa yang sangat baik dalam mengekspresikan perasaan dan nuansa. Oleh karena itu, penting bagi orang Indonesia yang ingin mempelajari bahasa Jepang untuk memahami betapa pentingnya intonasi dan nuansa dalam percakapan bahasa Jepang.

Meskipun bahasa Jepang memang bisa menjadi bahasa yang sangat menyebalkan untuk dipelajari, tidak ada yang tidak mungkin jika kita memperhatikan waktu dan kesabaran. Bahkan, banyak orang Indonesia yang sudah mahir mempelajari bahasa Jepang dengan lancar. Jadi, tidak ada yang harus dipikirkan dengan terlalu berlebihan.

Pengucapan yang sulit dan berbeda dari bahasa lain


bahasa jepang menyebalkan pengucapan sulit $subtitle$

Mengapa bahasa Jepang menjadi bahasa yang menyebalkan? Salah satunya adalah pengucapannya yang sulit dan berbeda dari bahasa lain. Jika kita sudah terbiasa dengan bahasa Latin yang dipakai dalam bahasa Indonesia, maka pronunciaton bahasa Jepang yang penuh pola dan nuansa harus di ucapkan dengan benar agar tidak sampai salah dalam mengucapkannya.

Menurut para ahli bahasa, Bahasa Jepang memiliki beberapa suara yang sangat sulit dilafalkan bagi orang non-natif Jepang, seperti huruf “r” dan “l” yang terdapat di dalam bahasa Jepang. Dalam bahasa Jepang, doa “ra ri ru re ro” terdengar secara unik sehingga terkadang terdengar seperti “da di du de do” dalam bahasa Indonesia. Dan bagi orang non Jepang atau bahkan bagi orang yang sudah lama belajar bahasa Jepang, sulit untuk melafalkan huruf R yang ada di bahasa Jepang.

Tak hanya itu, bahasa Jepang juga memiliki bunyi “n” yang unik, di dalam bahasa Jepang, bunyi “n” bisa bertahan cukup lama dan sering diucapkan pada akhir kalimat atau kata, mengikuti huruf “m” dan “ng”, bunyi ini sering membuat bahasa Jepang terdengar unik dan menarik, tetapi bagi orang awam, might be tricky most of the time.

Kita harus tahu, bahwa beberapa huruf di bahasa Jepang dari segi ejaan juga bisa terdengar sama, sehingga kadang-kadang membuat orang bingung dan membingungkan. Beberapa kata seperti “shinai /segnai/“ dan “yoi / yoi/“ terdengar sama, namun memiliki makna yang cukup berbeda.

Beberapa bahasa lain juga mempunyai bunyi-bunyi yang lebih mudah diucapkan dan lebih sederhana, seperti bahasa Inggris, bahasa Portugis dan bahasa Spanyol dengan bunyi “a, i, u, e, o”, sedangkan bahasa Jepang cenderung memiliki pola bunyi yang lebih menarik dan rumit. Setiap suara diucapkan dengan intensitas dan durasi yang berbeda, sehingga membutuhkan latihan dan kebiasaan supaya bisa mengeluarkan bunyi dengan benar.

Bagi orang yang belajar bahasa Jepang, mengetahui cara melafalkan huruf-huruf, serta mengenal dan memahami perbedaan suara bunyi pada bahasa Jepang sangatlah penting dan bermanfaat dalam mempelajari bahasa Jepang.

Susunan kalimat sangat berbeda dari bahasa Indonesia


Bahasa Jepang Menyebalkan

Bahasa Jepang bukanlah bahasa yang mudah dipelajari bagi orang Indonesia, terutama dalam hal susunan kalimatnya. Kalimat Bahasa Jepang memiliki tata bahasa yang berbeda dengan Bahasa Indonesia. Oleh karena itu, kalimat Bahasa Jepang yang dibentuk oleh orang Indonesia sering kali salah.” Dasar Bahasa Jepang memiliki pola kalimat yang memiliki aturan yang harus dipatuhi. Pola kalimat ini sangat berbeda dengan Bahasa Indonesia yang lebih bebas dalam susunan kalimatnya.

Kalimat Bahasa Jepang umumnya memiliki subjek, objek, dan predikat. Namun, urutan susunan kalimatnya berbeda dengan Bahasa Indonesia yang seringkali memiliki susunan kalimat S-P-O (subjek-predikat-objek). Susunan kalimat Bahasa Jepang lebih cenderung O-S-P (objek-subjek-predikat). Hal ini bisa menjadi kesulitan bagi orang Indonesia yang sedang belajar Bahasa Jepang.

Sebagai contoh, dalam Bahasa Indonesia, kalimat “Saya makan nasi di rumah” diubah susunan katanya dengan S-P-O. Namun, dalam Bahasa Jepang, kalimat tersebut menjadi “Watashi wa ie de gohan wo tabemasu” dengan urutan susunan katanya O-S-P. Penggunaan partikel “wa” yang berfungsi sebagai subjek juga sering kali membuat orang Indonesia bingung. Soalnya, partikel “wa” itu artinya adalah “adalah”. Sementara dalam bahasa Indonesia, subjek bisa terletak di awal atau di akhir kalimat.

Orang Indonesia juga seringkali mengalami kesulitan dalam mengatur kata kerja di dalam kalimat Bahasa Jepang. Sebab, tak jarang terdapat ragam kata kerja yang spesifik untuk situasi tertentu. Salah-salah dalam memilih kata kerja, bisa mengubah makna kalimat secara keseluruhan. Kebanyakan orang Indonesia juga sering lupa menambahkan partikel “o” ketika menggambarkan obyek atau tujuan dalam kalimat. Padahal, penggunaan partikel “o” itu sangat penting dalam Bahasa Jepang.

Meski begitu, Bahasa Jepang yang memiliki banyak aturan tata bahasa ini memang bisa dibilang menyebalkan. Namun, jangan pantang menyerah. Semua bahasa butuh waktu serta kerja keras untuk dipelajari. Bahasa Jepang bisa dipelajari dengan tekun, serta bisa mendapatkan manfaat yang besar dalam kehidupan sehari-hari.

Sulitnya memahami tingkatan bahasa Jepang


Sulitnya memahami tingkatan bahasa Jepang

Saat belajar bahasa Jepang, kita pasti tidak hanya belajar kosakata atau tata bahasa, namun juga tingkatan bahasa Jepang. Tingkatan bahasa sangat penting di Jepang, karena berbicara dengan orang yang lebih tua, lebih tinggi posisinya, atau lebih dihargai membutuhkan penggunaan tingkatan bahasa yang tepat. Namun, masalahnya adalah tingkatan bahasa Jepang cukup sulit dipahami bagi orang yang belajar Bahasa Jepang.

Di Jepang, terdapat banyak tingkatan bahasa, seperti 丁寧語, 尊敬語, 謙譲語, 丁重語, dan masih banyak lagi. Tingkatan bahasa ini digunakan tidak hanya untuk menghormati orang yang lebih tua atau lebih tinggi posisinya, tetapi juga digunakan dalam situasi formal seperti di tempat kerja dan di sekolah.

Tingkatan bahasa Jepang memiliki pola kalimat yang agak berbeda dari tingkatan bahasa lainnya. Misalnya, jika kita ingin mengucapkan “Saya makan siang” dalam bahasa Jepang, kita harus menggunakan pola kalimat yang berbeda tergantung pada tingkatan bahasa yang digunakan. Jika kita menggunakan bahasa sopan, kita akan mengatakan “Shūshoku wo itadakimasu” sedangkan apabila kita menggunakan bahasa yang lebih informal, kita akan mengatakan “Hirugohan wo tabemasu.”

Belajar tingkatan bahasa Jepang memang cukup rumit, namun ada beberapa trik yang bisa dipelajari agar lebih mudah memahaminya. Pertama, belajarlah satu tingkatan bahasa Jepang pada satu waktu, jangan mempelajari semuanya secara bersamaan karena hal ini hanya akan membuat Anda bingung. Kedua, perhatikan samarannya pada pola kalimat. Tingkatan bahasa Jepang memiliki samaran atau cara menghilangkan kata atau frasa tertentu pada kalimat agar kalimat yang diucapkan jadi terdengar lebih sopan. Misalnya, katanya “watashi wa” yang berarti “saya” bisa diganti dengan “watakushi wa” jika kita ingin menggunakan bahasa sopan. Ketiga, pratikkan penggunaan tingkatan bahasa Jepang di kehidupan nyata, seperti di toko, di restoran, atau di tempat kerja.

Mengetahui dan memahami tingkatan bahasa Jepang akan membantu kita berkomunikasi dengan lebih baik dan sopan di Jepang. Namun, hal ini tidak bisa dicapai secara instan. Melalui latihan yang berkelanjutan dan pembelajaran yang mendalam, kita akan dapat memahami tingkatan bahasa dan menggunakannya secara tepat.

Iklan