Struktur Gramatikal yang Rumit


Struktur Gramatikal yang Rumit

Jepang adalah salah satu bahasa yang dianggap sulit dan kompleks untuk dipelajari. Hal ini karena struktur gramatikalnya yang sangat rumit dan berbeda dari bahasa-bahasa lain. Bagi orang Indonesia, bahasa Jepang bisa membuat frustrasi karena kebanyakan orang tidak terbiasa dengan strukturnya. Oleh karena itu, dalam artikel ini akan membahas beberapa contoh struktur gramatikal Jepang yang membuatnya sangat menyebalkan bagi orang Indonesia.

1. Kalimat Terbalik

Bahkan dalam kalimat sederhana sekalipun, struktur kalimat dalam bahasa Jepang selalu terbalik dari bahasa Indonesia. Dalam bahasa Jepang, subjek kalimat selalu berada di akhir kalimat sedangkan predikatnya berada di awal dan objeknya berada di tengah. Ada juga kalimat yang tidak memiliki subjek dan objek tetapi hanya menggunakan predikat.

Contoh:

– Indonesia de jibun no kuni no tabemono wo tabenasai. (Makanlah makanan dari negara sendiri di Indonesia)

Dalam kalimat ini, subjeknya adalah siapa yang dimaksudkan dengan “jibun” (diri sendiri), sedangkan predikatnya adalah “tabenasai” (makanlah) dan objeknya adalah “tabemono” (makanan). Kalimat yang seharusnya dalam bahasa Indonesia “Makanlah makanan dari negara sendiri di Indonesia” menjadi “Di Indonesia makanlah makanan dari negara sendiri”

Kalimat yang terbalik ini sering kali membuat orang Indonesia bingung dan kesulitan dalam memahaminya. Namun, dengan sering-sering membaca dan mempelajarinya, dengan waktu, bisa terbiasa bahkan menguasainya.

Penulisan dan Bacaan Kanji yang Membuat Pusing


Kanji Jepang

Salah satu hal yang membuat bahasa Jepang menjadi menyebalkan adalah penulisan dan bacaan kanji yang membingungkan. Bagi orang awam, huruf-huruf kanji yang terlihat seperti gambar kecil itu, seringkali sulit untuk diartikan dan diucapkan dengan benar.

Kanji adalah karakter tulisan asal Tiongkok yang diperkenalkan di Jepang pada abad ke-5. Karakter tersebut berfungsi sebagai simbol yang merepresentasikan suatu ide atau kata. Saat ini, terdapat sekitar 2000 karakter kanji yang dipakai dalam bahasa Jepang.

Namun, hal yang membuat bahasa Jepang semakin rumit adalah fakta bahwa setiap karakter kanji memiliki beberapa cara pembacaan yang berbeda-beda tergantung pada konteks dan kata yang digunakan. Misalnya, karakter kanji 木 dapat dibaca “ki” saat berada di sebuah kata seperti 木曜日 (kiyoubi) yang artinya “hari Kamis”, tetapi juga dapat dibaca “moku” pada kata seperti 木材 (mokuzai) yang berarti “kayu olahan”.

Mengingat banyaknya karakter kanji yang harus dipelajari dan juga variasi cara pembacaan, tidak mengherankan jika orang asing yang belajar bahasa Jepang merasa pusing dan kesulitan. Bahkan orang Jepang sendiri kadang-kadang masih sering keliru dalam mengartikan atau mengucapkan suatu karakter kanji yang baru dikenal.

Untuk mengatasi masalah ini, ada beberapa trik yang bisa dilakukan, di antaranya:

1. Menggunakan Aplikasi Kamus Online

Online Kamus

Seiring berkembangnya teknologi, kini sudah banyak aplikasi kamus online yang bisa membantu dalam menerjemahkan dan memberikan variasi cara pembacaan suatu karakter kanji. Salah satu aplikasi tersebut adalah KaniWani. Selain aplikasi, sekarang juga banyak website atau blog yang memberikan contoh kalimat sehari-hari dalam bahasa Jepang yang dilengkapi dengan karakter kanji dan juga cara pembacaannya.

2. Membuat Flashcard

Flashcard

Membuat flashcard dengan menuliskan karakter kanji di satu sisi dan artinya di sisi lainnya, bisa menjadi cara yang efektif untuk menghafal kanji. Setelah membuat flashcard, bisa dilakukan berbagai macam latihan seperti mencocokkan karakter dengan arti atau sebaliknya, atau mencocokkan karakter dengan cara pembacaannya.

3. Mempelajari Kanji dengan Menghubungkannya dengan Arti Kata

Membaca Jepang

Dalam bahasa Jepang, banyak kata-kata yang terdiri dari beberapa karakter kanji. Misalnya, karakter kanji 金 yang berarti “emas” bisa ditemukan pada karakter kata seperti 金魚 (kingyo) yang berarti “ikan emas”. Dengan mengenal arti kata dasar dan karakter kanji yang terkait dengan kata tersebut, kita bisa lebih mudah mengingat cara membaca dan menulis karakter tersebut.

Dengan menguasai karakter kanji, tentunya akan membantu dalam memahami dan menguasai bahasa Jepang secara keseluruhan. Meskipun sulit pada awalnya, dengan latihan dan niat yang kuat, kita pasti bisa berhasil menguasai bahasa yang satu ini. Selamat mencoba!

Bermacam-macam Bentuk Kata Kerja yang Membingungkan


Bermacam-macam Bentuk Kata Kerja yang Membingungkan in Bahasa Jepang

Bahasa Jepang terkenal sebagai salah satu bahasa yang paling sulit dipelajari di dunia. Selain memiliki kuil karakter, bahasa Jepang juga memiliki tata bahasa yang sangat berbeda dengan bahasa Indonesia. Salah satu yang paling membingungkan dari tata bahasa Jepang adalah berbagai bentuk kata kerjanya.

Secara umum, bahasa Jepang memiliki 3 macam bentuk kata kerja yang digunakan. Bentuk kata kerja biasa (bentuk dasar), bentuk pola te dan bentuk kata kerja pola masu. Tiap bentuk memiliki perannya masing-masing dalam sebuah kalimat. Berikut ini adalah penjelasan lebih detail tentang ketiga macam bentuk kata kerja tersebut.

1. Bentuk Kata Kerja Biasa (Bentuk Dasar)

Bentuk Dasar in Bahasa Jepang

Bentuk kata kerja biasa adalah bentuk paling dasar dari semua bentuk kata kerja bahasa Jepang. Bentuk dasar digunakan untuk menyatakan sebuah perbuatan yang sudah terjadi di masa lalu atau sedang terjadi saat ini. Dalam bahasa Indonesia, bentuk dasar seringkali disebut sebagai kata kerja verb 1.

Contoh:

– 食べる (taberu) = Makan (verb 1)

– 遊ぶ (asobu) = Bermain (verb 1)

2. Bentuk Pola te

Bentuk Pola Te in Bahasa Jepang

Bentuk te adalah bentuk kata kerja yang digunakan untuk menyatakan suatu perbuatan sedang berlangsung. Bentuk pola te ini sebenarnya dapat digunakan pada semua tingkat ke-2 waktu (masa lampau, sekarang, dan masa depan). Dalam bahasa Indonesia, bentuk pola te ini disebut sebagai kata kerja verb 2.

Contoh:

– 食べている (tabeteiru) = Sedang makan (verb 2)

– 遊んでいる (asondeiru) = Sedang bermain (verb 2)

3. Bentuk Kata Kerja Pola Masu

Bentuk Kata Kerja Pola Masu in Bahasa Jepang

Bentuk kata kerja pola masu adalah bentuk yang digunakan untuk menyatakan sebuah perbuatan yang akan dilakukan pada masa depan atau sedang dilakukan di masa sekarang. Bentuk pola masu digunakan untuk semua tingkat kehormatan. Dalam bahasa Indonesia, bentuk pola masu ini seringkali disebut sebagai kata kerja verb 3.

Contoh:

– 食べます (tabemasu) = Akan makan (verb 3)

– 遊びます (asobimasu) = Akan bermain (verb 3)

Bentuk kata kerja dalam bahasa Jepang memang cukup rumit dan memerlukan waktu yang cukup lama untuk mempelajarinya. Namun, hal ini tidak perlu dikhawatirkan karena dengan tekun belajar dan latihan, dijamin kita pasti bisa menguasai semua bentuk kata kerja bahasa Jepang dengan baik. Semoga artikel ini bermanfaat untuk teman-teman semua.

Bahasa Jepang Nya Menyebalkan di Indonesia?

Bahasa Jepang memang dikenal sebagai salah satu bahasa yang sulit dipelajari karena sangat berbeda dengan bahasa lainnya, termasuk bahasa Indonesia. Pengucapan dan bunyi kata-katanya pun sangat berbeda, sehingga seringkali membuat orang Indonesia merasa kesulitan mempelajari bahasa Jepang. Berikut ini adalah alasan mengapa bahasa Jepang nya menyebalkan di Indonesia.

Pengucapan dan Bunyi yang Tidak Sama dengan Bahasa Indonesia


Pengucapan dan bunyi dalam bahasa Jepang sangatlah berbeda dengan bahasa Indonesia. Dalam bahasa Jepang, terdapat beberapa suara yang tidak ada di dalam bahasa Indonesia, sehingga seringkali membuat orang Indonesia merasa kesulitan untuk mengucapkan kata-kata dalam bahasa Jepang. Salah satu contoh suara yang sulit bagi orang Indonesia adalah suara “tsu”, seperti pada kata “tsunami”. Orang Indonesia seringkali mengucapkannya seperti “suni”, karena tidak terbiasa dengan suara tersebut.

Selain itu, bahasa Jepang juga memiliki beberapa huruf yang memiliki bunyi yang sama dengan huruf di bahasa Indonesia, namun pengucapannya berbeda. Misalnya saja huruf “ya”, yang dalam bahasa Indonesia diucapkan seperti huruf “ja”, namun dalam bahasa Jepang diucapkan seperti huruf “ya” di dalam bahasa Inggris. Hal ini seringkali membuat orang Indonesia salah dalam mengucapkan kata-kata dalam bahasa Jepang.

Selain itu, bahasa Jepang juga memiliki sistem penulisan yang berbeda dengan bahasa Indonesia. Di dalam bahasa Jepang terdapat tiga jenis huruf, yaitu hiragana, katakana, dan kanji. Hiragana dan Katakana merupakan huruf-huruf yang digunakan untuk menuliskan kata-kata yang berasal dari bahasa Jepang, sedangkan kanji merupakan karakter yang berasal dari aksara Hanzi milik bahasa Cina yang digunakan di Jepang untuk menuliskan kata-kata yang berasal dari bahasa Cina dan beberapa kosakata Jepang.

Banyak dari huruf-huruf tersebut yang sulit dipelajari oleh orang Indonesia, sehingga seringkali membuat proses belajar bahasa Jepang menjadi lebih sulit. Selain itu, tidak seperti di bahasa Indonesia yang memiliki beberapa huruf yang memiliki bentuk yang hampir sama, huruf-huruf di dalam bahasa Jepang memiliki bentuk yang sangat berbeda, sehingga membutuhkan waktu dan usaha yang lebih untuk bisa menghafalnya.

Oleh karena itu, sangat penting bagi orang yang ingin mempelajari bahasa Jepang untuk belajar dengan tekun dan bersungguh-sungguh. Selain itu, disarankan untuk mencari guru atau mentor yang ahli di bidang itu untuk mempercepat proses belajar bahasa Jepang. Dengan belajar yang tekun, dan latihan yang cukup, akan memudahkan kamu untuk bisa menguasai bahasa Jepang dengan baik dan benar.

Susunan Kalimat yang Terbalik dan Sulit Dipahami


Susunan Kalimat yang Terbalik dan Sulit Dipahami

Bahasa Jepang memang terkenal dengan pola kata kerjanya yang rumit dan kadang-kadang sulit dipahami oleh orang awam. Selain beberapa aturan yang berbeda dari bahasa Indonesia, seperti penggunaan prefiks dan sufiks, ada juga beberapa susunan kalimat yang sangat terbalik dan sulit dipahami untuk pemula. Berikut adalah beberapa susunan kalimat yang umum digunakan namun sulit dipahami di bahasa Jepang.

  1. Kata Benda Sebelum Kata Kerja
  2. Anda mungkin sudah terbiasa dengan susunan kata kerja di akhir kalimat dalam bahasa Indonesia, namun di bahasa Jepang susunan kata kerjanya bisa berada di awal kalimat. Namun, ketika kata benda diletakkan sebelum kata kerja, kadang-kadang bisa membuat sulit memahami kalimat tersebut. Contohnya seperti kalimat “Anata wa tabako wo suimasu ka?” (apakah kamu merokok) yang kata “tabako” (rokok) diletakkan sebelum kata kerja “suimasu” (merokok).

  3. Kata Kerja dan Objek Sebelum Subjek
  4. Di bahasa Jepang, objek dari pernyataan bisa diletakkan sebelum kata kerja dan bahkan sebelum subjek. Hal ini menyebabkan kesulitan dalam memahami kalimat yang dibangun dengan struktur seperti ini. Contohnya, ada kalimat “Gakkou ni wa mainichi eigo ga benkyou shimasu.” (Setiap hari di sekolah saya belajar bahasa Inggris) di mana objek “eigo” (bahasa Inggris) dan kata kerja “benkyou shimasu” (belajar) diberikan sebelum subjek “watashi” (saya).

  5. Kata Kerja Tanpa Subjek
  6. Di bahasa Jepang, ada kalimat yang penggunaannya tidak ada subjek sama sekali. Hal ini menyebabkan kesulitan dalam memahami kalimat tersebut, terutama karena bahasa Indonesia selalu membutuhkan subjek dalam penggunaan kalimat. Kata kerja tanpa subjek ini disebut “doukutsu” atau “kata tanpa subjek” dalam bahasa Jepang. Contohnya ada kalimat “Ima arukimasu” (Sekarang sedang berjalan), di mana kata kerja “arukimasu” (berjalan) diberikan tanpa subjek.

  7. Kata Sifat Sebelum Kata Benda
  8. Susunan kata yang tidak biasa lainnya yang sering ditemukan di bahasa Jepang adalah kata sifat yang diletakkan sebelum kata benda. Ini berbeda dengan bahasa Indonesia, di mana kata sifat selalu diletakkan setelah kata benda. Contohnya adalah kalimat “Watashi wa kuroi kutsu wo motte imasu” (Saya membawa sepatu hitam), di mana kata sifat “kuroi” (hitam) ditempatkan sebelum kata benda “kutsu” (sepatu).

  9. Kata Depan dan Partikel Berbeda dari Bahasa Indonesia
  10. Terakhir, ada juga beberapa kata depan dan partikel di bahasa Jepang yang berbeda dari bahasa Indonesia, sehingga bisa menyebabkan kesulitan dalam memahami susunan kalimat. Contohnya, ada partikel “ga” yang sering digunakan sebagai subjek dalam kalimat, tetapi tidak selalu harus digunakan. Sedangkan di bahasa Indonesia, subjek diletakkan di depan kalimat dan ada beberapa kata depan yang harus diperhatikan seperti “di”, “ke”, dan “dari”.

Itulah beberapa susunan kalimat yang sulit dipahami di bahasa Jepang. Bagi pemula, mempelajari bahasa Jepang bisa menjadi sangat menantang, terutama jika bahasa yang Anda gunakan sebagai bahasa ibu adalah bahasa Indonesia. Namun, dengan latihan dan pengamatan yang tepat, tentu ada banyak kemajuan yang bisa dicapai.

Iklan