Jenis-Jenis Tenses dalam Bahasa Jepang


Jenis-Jenis Tenses dalam Bahasa Jepang

Bahasa Jepang tidak memiliki bentuk perubahan kata kerja sesuai dengan waktu seperti pada bahasa Indonesia, seperti ‘saya makan’ atau ‘saya akan makan’. Namun, terdapat aturan waktu yang berbeda dalam bahasa Jepang yang disebut sebagai tenses atau waktu dalam bahasa Indonesia. Terdapat empat jenis tenses dalam bahasa Jepang yang harus dipahami bagi orang yang ingin mempelajari bahasa Jepang dari dasar.

1. Masa (Present Tense): Masa dalam bahasa Jepang tidak memiliki bentuk kata kerja atau penyesuaian dengan waktu, seperti dalam Bahasa Inggris atau Bahasa Indonesia. Namun, terdapat dua kata kerja berbeda untuk ‘menunjukkan’ dan ‘tidak menunjukkan’ sebuah aksi dalam waktu hingga sekarang, yaitu ‘iru’ dan ‘aru’.

a. ‘Iru’ digunakan untuk menunjukkan keberadaan makhluk hidup seperti hewan, manusia, dan tumbuhan. Sebagai contoh penggunaannya, ‘neko ga iru’ artinya ‘ada kucing’.

b. ‘Aru’ digunakan untuk menunjukkan keberadaan benda seperti meja, buku dan sebagainya, maka kalimatnya akan menjadi ‘benda ga aru’. Contohnya “tesuto ga aru”, artinya ‘ada tes’ atau ‘tes ready’.

2. Masa Depan (Future Tense): Dalam bahasa Jepang, ada dua cara untuk mengungkapkan masa depan, yaitu dengan menggunakan aturan kata kerja dan kata keterangan waktu. Aturan kata kerja menggunakan kata bantu contohnya ‘masu’ untuk menunjukkan waktu pada saat aksi di masa depan. Contohnya, “saya akan makan” dalam Bahasa Jepang menjadi “Watashi wa tabemasu”.

3. Masa Lampau (Past Tense): Dalam Bahasa Jepang, tata bahasa dan penekanannya sangat penting dalam penggunaan tenses. Masa lampau dalam Bahasa Jepang dapat dirumuskan dengan menambahkan ‘ta’ atau ‘da’ ke ujung kata kerja. Contohnya, ‘aku makan’ menjadi ‘watashi wa tabeta’, ‘dia minum’ menjadi ‘kare wa nomi’ atau ‘kare wa non-da’.

4. Masa Lampau Mutlak (Past Perfect Tense): Masa lampau mutlak digunakan untuk menunjukkan bahwa suatu peristiwa memang telah selesai terjadi. Dalam Bahasa Jepang, masa lampau mutlak menggunakan kata yang berbeda. Kata kerja прошлое, juga disebut sebagai masa lampau mutlak dalam Bahasa Jepang, adalah ‘mashita’. Contohnya, ‘aku telah makan’ menjadi ‘watashi wa tabemashita’ dan ‘dia telah membaca’ menjadi ‘kare wa yomimashita’.

Itulah keempat jenis tenses dalam bahasa Jepang yang harus dipahami sebelum mempelajari Bahasa Jepang lebih lanjut. Namun, untuk menjadi mahir dalam bahasa Jepang, tidak cukup hanya dengan memahami empat jenis tenses tersebut saja. Hal tersebut membutuhkan penggunaan kosakata, tata bahasa, dan memori dalam menghafal kosakata dan aturan tata bahasa.

Pola Kalimat Bahasa Jepang yang Wajib Diketahui


Pola Kalimat Bahasa Jepang yang Wajib Diketahui

Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki bahasa yang unik dan berbeda dengan bahasa-bahasa lainnya. Bahasa Jepang terdiri atas beberapa karakter kanji, hiragana dan katakana. Selain itu, bahasa Jepang juga memiliki pola kalimat yang berbeda dengan bahasa Indonesia. Berikut adalah pola kalimat bahasa Jepang yang wajib diketahui bagi para pemula:

1. Pola kalimat SVO

SVO pola kalimat jepang

Pola kalimat SVO adalah pola kalimat yang paling umum digunakan di bahasa Jepang. SVO merupakan singkatan dari Subjek, Predikat, dan Objek. Contohnya:

Saya + makan + nasi = 私はご飯を食べます (Watashi wa gohan o tabemasu) Artinya: Saya makan nasi

Dalam pola kalimat ini, subjek disebutkan pertama kali, kemudian predikat, lalu objek. Selain itu, dalam bahasa Jepang objek selalu diikuti oleh partikel “o”. Partikel “o” juga dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa objek pada kalimat tersebut merupakan objek yang sedang diacu. Partikel ini mirip dengan preposisi “di” atau “ke” pada bahasa Indonesia.

2. Pola kalimat SOV

SOV pola kalimat jepang

Selain pola kalimat SVO, pola kalimat SOV juga sering digunakan pada bahasa Jepang. SOV merupakan singkatan dari Subjek, Objek, dan Predikat. Contoh:

Saya + nasi + makan = 私は飯を食べます (Watashi wa gohan o tabemasu) Artinya: Saya makan nasi

Dalam pola kalimat SOV, objek direkatkan setelah subjek dan diakhiri dengan predikat. Mirip dengan pola kalimat SVO, objek pada kalimat SOV juga diikuti oleh partikel “o”. Pola kalimat SOV biasanya digunakan ketika subjek dan objek dalam kalimat tersebut sudah saling mengenal satu sama lain, sehingga objek tidak perlu disebutkan terlebih dahulu.

3. Pola kalimat Nai

Pola kalimat Nai jepang

Pola kalimat Nai biasanya digunakan untuk menyatakan kalimat yang negatif. Pada pola kalimat Nai, terdapat partikel “nai” yang memiliki arti “tidak”. Contohnya:

Saya + tidak + makan = 私は飯を食べない (Watashi wa gohan o tabenai) Artinya: Saya tidak makan nasi

Dalam pola kalimat Nai, partikel negatif “nai” langsung diletakkan setelah predikat. Hal ini berbeda dengan bahasa Indonesia dimana partikel negatif biasanya diikuti oleh kata kerja yang menggunakan akhiran “tidak”. Pola kalimat Nai juga dapat digunakan pada kalimat tanya seperti “Makan tidak?” yang berarti “食べないのですか?”(tabenai no desu ka?) atau “Kamu tidak makan?” yang berarti “あなたは食べないの?”(anata wa tabenai no?)

4. Pola kalimat Te

Pola kalimat Te jepang

Pola kalimat Te digunakan untuk menyatakan dua kejadian yang berurutan atau terjadi bersamaan. Partikel “te” yang terletak di akhir kata kerja pada kalimat tersebut menunjukkan hubungan antara dua kejadian. Contohnya:

Saya + makan + nasi + lalu + minum + teh = 私はご飯を食べて、それからお茶を飲みます (Watashi wa gohan o tabete, sorekara ocha o nomimasu) Artinya: Saya makan nasi, lalu minum teh.

Dalam pola kalimat Te, partikel “te” juga dapat digunakan untuk membentuk kalimat perintah. Misalnya, “Tunggu” yang berarti “待ってください”(matte kudasai) atau “Jangan mati” yang berarti “死んではいけない”(shi de wa ikenai).

Dalam belajar bahasa Jepang, memahami pola kalimat menjadi sangat penting. Setelah memahami pola kalimat dasar, kemampuan berbicara bahasa Jepangmu akan semakin berkembang. Yuk, terus belajar bahasa Jepang.

Perbedaan Partikel “wa” dan “ga” dalam Bahasa Jepang


Perbedaan

Partikel “wa” dan “ga” merupakan dua partikel penting dalam bahasa Jepang yang memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Secara umum, kedua partikel ini secara sederhana dapat diartikan sebagai penanda subjek dalam kalimat bahasa Jepang.

Partikel “wa” bisa digunakan sebagai pengganti partikel “ga”. Namun, kedua partikel ini memiliki perbedaan dalam penggunaannya. Untuk mencari perbedaan ini, mari kita lihat masing-masing partikel:

“wa”

Partikel “wa” adalah partikel subjek yang paling umum digunakan dalam bahasa Jepang. “Wa” merupakan cara untuk mengidentifikasi subjek utama dari suatu kalimat dan menyoroti hal-hal yang dianggap penting atau menekankan pada subjek tersebut. Partikel “wa” juga biasanya digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan umum terkait suatu topik.

Contohnya:

– Watashi wa nihonjin desu. (Saya adalah orang Jepang).

– Kanojo wa konpyuuta- ga suki desu. (Dia suka komputer).

– Ringo wa oishii desu. (Apel itu enak).

“ga”

Partikel “ga” digunakan untuk menentukan subjek utama dari kalimat dan menjelaskan hal-hal yang kurang dikenal atau disenangi. Partikel “ga” juga digunakan ketika menjawab pertanyaan tentang subjek. Partikel ini biasanya mengidentifikasi subjek dari sisi negatif atau dibandingkan dengan sesuatu.

Contohnya:

– Anata ga sukidesu. (Saya menyukaimu).

– Kono resutoran ga oishii desu. (Restoran ini enak).

– Kore ga watashi no hon desu. (Ini buku saya).

Perbedaan antara Partikel “wa” dan “ga”

Selain fungsinya sebagai penanda subjek, “wa” dan “ga” memiliki perbedaan dalam hal penggunaannya. Perbedaan utama di antara keduanya adalah:

1. Subjek vs. Objek

“Wa” digunakan sebagai penanda subjek, sedangkan “ga” digunakan sebagai penanda objek. Jadi, “wa” biasanya digunakan untuk menjelaskan subjek, sedangkan “ga” digunakan untuk menekankan objek.

2. Fokus Kalimat

“Wa” menekankan subjek dan fokus pada apa yang dedikasikan untuknya, sedangkan “ga” menunjukkan pemikiran yang berbeda tentang subjek tertentu yang diperkenalkan dalam kalimat.

3. Dalam kalimat tertentu

Kadang-kadang, kedua partikel ini digunakan bersama-sama dalam satu kalimat untuk menggambarkan perbedaan antara subjek dan objek.

Contohnya:

– Ringo wa oishii ga, mo ~ tto oishiidesu. (Apel itu enak tetapi lebih enak).

– Anata no namae wa hontoo wa senkai desu. (Nama Anda itu sebenarnya sangat terkenal).

Dalam kalimat tersebut, partikel “ga” mengarahkan perhatian pada objek, dan partikel “wa” menunjukkan perbandingan atau kontras dari subjek dan objek.

Itulah perbedaan antara partikel “wa” dan “ga” dalam bahasa Jepang. Mempelajari kedua partikel ini sangat penting untuk memahami bahasa Jepang dengan baik.

Penggunaan Kanji dalam Kalimat Bahasa Jepang


Penggunaan Kanji dalam Kalimat Bahasa Jepang

Kanji adalah sistem penulisan yang berasal dari Tiongkok dan digunakan oleh bahasa Jepang. Karakter Kanji merupakan gambar-grafik yang merepresentasikan sebuah ide atau kata. Kanji menjadi satu-satunya tulisan kalimat tertulis dalam bahasa Jepang selain huruf hiragana dan katakana. Kanji digunakan tidak hanya untuk kata benda atau nomina tetapi juga untuk kata kerja atau verbal bahkan dalam penulisan nama. Penggunaan karakter Kanji dalam kalimat bahasa Jepang dapat memperjelas makna dan memudahkan proses membaca.

Kanji terdapat sekitar 2000 karakter yang dipakai di Jepang. Namun, belakangan ini penggunaan Kanji mulai berkurang bahkan digantikan oleh huruf romaji yang menggunakan abjad Romawi. Hal ini karena sampai jaman modern ini masih banyak orang Jepang yang belum bisa mengenal sekaligus membaca semua karakter Kanji.

Penggunaan Kanji dalam bahasa Jepang sangatlah penting. Dalam bahasa Jepang, ada banyak kata-kata yang menggunakan huruf Kanji lebih dari pada hiragana maupun katakana. Pegangan utama dalam penggunaan Kanji adalah kata-kata benda, kata-sifat, dan kata-kerja umumnya lebih sering digunakan dalam bentuk Kanji. Sedangkan, kata-kata keterangan, kata-kata seru, dan sebagainya lebih umum ditulis dalam bentuk hiragana.

Penggunaan Kanji dalam kalimat bahasa Jepang sangat variatif, semuanya tergantung pada konteks dan kebijakan penulisan yang digunakan. Beberapa penulis, novelis, dan pelajar memutuskan untuk menulis semua huruf dalam kalimat tersebut hanya menggunakan huruf Kanji karena huruf Kanji tidak hanya memperjelas makna kata tetapi juga menjadi bagian dari estetika penulisan. Sedangkan, dalam penulisan sehari-hari, penggunaan huruf Kanji lebih sering dikombinasikan dengan huruf hiragana dan katakana.

Salah satu contoh penggunaan huruf Kanji dalam kalimat Jepang adalah pada tanggal. Tanggal dalam bahasa Jepang dibaca dengan menggabungkan nomina dan angka atau dengan simbol buah-buahan dan angka. Penggunaan kanji dalam penulisan tanggal ditulis pada bulan dan tanggal dengan karakter kanji. Misalnya, 1月11日 yang dibaca ichigatsu juichinichi yang mana dapat ditulis dengan karakter Kanji 一月十一日.

Hal yang penting untuk diingat adalah bahwa meskipun penting untuk belajar Kanji dalam menulis dan membaca bahasa Jepang, pembelajaran bukanlah proses yang mudah atau cepat. Butuh waktu dan latihan ekstra untuk mengingat dan bisa membaca karakter kanji. Terlebih di luar negeri, belajar Kanji untuk pertama kalinya terkadang membutuhkan rasa sungkan yang lebih karena banyak dari penulis bahasa Jepang sudah sangat terbiasa memisahkan antara huruf kanji, hiragana, maupun katakana.

Dengan demikian, penggunaan Kanji dalam bahasa Jepang akan sangat membantu pembacanya dalam proses membaca dan memudahkan pemahaman terhadap teks Jepang yang ditemui sehari-hari. Belajar huruf Kanji adalah hal penting bagi siapa saja yang tertarik belajar bahasa Jepang khususnya untuk orang-orang yang ingin tinggal maupun bekerja di Jepang.

Teknik Memahami Bunpou dengan Lebih Mudah


Teknik Memahami Bunpou dengan Lebih Mudah

Kemampuan memahami bunpou bahasa Jepang merupakan hal yang cukup penting bagi para pembelajar bahasa Jepang. Walau terlihat sederhana, ternyata bunpou memiliki banyak tipe dan bentuk, bahkan daftar kosakata yang digunakan pun agak berbeda. Oleh karena itu, dalam artikel ini akan membahas lebih lanjut mengenai teknik memahami bunpou bahasa Jepang dengan lebih mudah.

1. Menguasai Partikel
Partikel dalam bahasa Jepang cukup berbeda dengan bahasa Indonesia. Pemahaman atas partikel seringkali membuat para pembelajar kesulitan. Ada beberapa jenis partikel yang memiliki fungsi yang berbeda dan terdapat beberapa aturan penggunaannya. Mulai dari partikel “wa”, “ga”, “no”, “ni”, “de”, “ha” yang harus dipahami dengan benar.

2. Menghindari Konsep Bahasa Indonesia
Banyak orang yang beranggapan bahwa bahasa Indonesia sangat mirip dengan bahasa Jepang, tetapi sebenarnya tidak seperti itu. Konsep bahasa Indonesia seperti penggunaan kata negatif yang berlawanan dengan bahasa Jepang perlu diperhatikan. Begitupun dengan penggunaan kosakata dan bentuk kalimat yang berbeda.

3. Berlatih Menggunakan Kosakata
Pemahaman atas kosakata sangat penting dalam penggunaan bunpou. Bagi para pemula sebaiknya memperbanyak kosakata yang dimiliki, mempraktikkannya pada contoh kalimat yang sesuai, dan terus berlatih sehingga terbiasa.

4. Kesalahan Sebagai Pelajaran
Jangan takut membuat kesalahan dalam berbahasa Jepang, karena hal tersebut merupakan bagian dari proses belajar. Tetapi, dari kesalahan yang dibuat itu kita juga harus belajar agar tidak terjadi lagi. Jangan ragu untuk bertanya kepada guru atau teman yang lebih mahir.

5. Memahami Bunpou Berdasarkan Jenisnya
Memahami bunpou bukan berarti memahami semua jenis bunpou secara terus menerus. Sebaiknya, para pembelajar memfokuskan untuk memahami satu jenis bunpou terlebih dahulu, misalnya saja pola kalimat, kata sifat, kata kerja/verb, dan lain sebagainya. Dengan penguasaan satu jenis secara baik, maka pembelajaran selanjutnya akan semakin mudah dilakukan.

Dalam proses mempelajari bahasa Jepang, ada lebih banyak lagi teknik-teknik yang dilakukan untuk memudahkan memahami bunpou. Namun, melalui teknik dasar yang disebutkan di atas, diharapkan para pembelajar bahasa Jepang bisa lebih mudah dalam memahami bunpou. Teruslah belajar dan selalu praktikkan, hasil pasti akan terlihat nantinya!

Iklan